"Oooh... Hime... Kau luar biasa," Bisik Neji setelah mengulum payudara Hinata.
Hinata di bawahnya menggeliat, dadanya terbusung hingga Neji memeluknya erat. Dia pun mengelus punggung Neji. Hingga Neji mulai memasukinya, Hinata mencengkeram punggung Neji. Air mata jatuh di pipinya. Hatinya perih mengenang seseorang yang datang dan pergi. Dia pun menghempas rasa melankolis itu dan berusaha menikmati keintimannya.
Hingga mereka sama-sama puas. Neji tidur membelakanginya. Hinata meringkuk dan mencoba tidur juga. Sebuah mimpi hinggap di alam bawah sadarnya.
Dia sedang mengejar Hideo saat itu. Neji memperingatkan agar berhati-hati jangan sampai menubruk orang. Namun nyatanya dia menubruk seseorang juga. Salahkan kimononya yang terlalu ketat atau Gela yang terlalu tinggi. Hinata akan terjatuh, namun lengan kekar mencegahnya dengan melingkari pinggangnya. Dan Hinata bisa melihat mata yang dia rindukan lagi.
"Hime, kau tidak apa?"
Kata-kata Neji membuat pria itu menuntun Hinata agar berdiri dengan benar.
"Wah, Kejutan. Aku kira kau sudah lupa dengan Nagasaki, Naruto." Neji bertolak pinggang melihat sahabatnya yang sudah lama hilang akhirnya kembali.
"Aku sudah tiga hari di sini."
"Hem, dan kau tidak berkunjung ke rumahku. Benar-benar tidak setia kawan."
Naruto terkekeh.
Dan mereka pun ngobrol di sebuah restoran setelah Neji berhasil menemukan Hideo. Obrolan seru tentang bisnis baru Naruto. Pria itu sedang mengembangkan bisnis tekstil dan dia sedang mencari informasu tentang kemungkinan pembukaan toko tekstil di Nagasaki.
Pada saat Hideo merengek. Neji tidak bisa mengelak lagi. Putranya itu minta dibelikan es krim olehnya. Hanya olehnya. Bahkan Hinata yang menawarkan diri untuk membeli pun, Hideo tetap bersikeras agar ayahnya yang belikan.
Akhirnya Neji mengalah. Pria itu berdiri, menggandeng Hideo lalu pergi ke stand es krim di pojok sana. Hinata ditinggalkan begitu saja dengan Naruto. Hinata bisa melihat bahwa pria itu menghindari bertatap muka dengannya. Bahkan sedari tadi, Hinata tahu bahwa Naruto selalu mengacuhkannya.
Hinata melirik tangan Naruto. Tangan itu pernah membelainya penuh kasih. Dia menompangkan tangannya di atas tangan Naruto. Naruto terkejut dan menarik tangannya.
"Kau tahu kenapa aku tidak mengunjungi Neji walau sudah tiga hari di sini?"
Naruto bertanya sambil tetap memalingkan muka. Hinata menatap dengan harap-harap cemas.
Naruto mendesah,"Kau jahat, Hinata. Kau membuat hatiku terombang-ambing. Aku harus menghindarimu."
Naruto pun berdiri. Berajoji lalu pergi dari situ. Hati Hinata nelangsa.
---*---
'Selamat, Tuan Neji. Nyonya Hyuga sedang mengandung saat ini."
Neji langsung sumringah. Hiashi menepuk-nepuk pundaknya. "Hebat, Nak. Satu lagi keturunan darah murni."
Neji segera memasuki kamar. Dielusnya kepala Hinata lalu diciuminya wajahnya. "Terima kasih, Hime. Terima kasih."
---*---
"Kakak, kau tahu cinta menggebu itu apa?" Tanya Hanabi pada Hinata. Adik kecilnya itu kini sudah remaja. Sudah tahu tentang cinta. Dia telungkup di atas tatami sambil membuka-buka novel di tangannya sementara Hinata duduk anggun di atas tatami sambil menjahit yukata untuk bayinya yang akan lahir. Hideo sedang bermain tanah di taman.
"Aku baca-baca di novel. Seperti bunga mekar. Namun bunga mekar hanya dalam jangka waktu pendek. Apakah demikian cinta menggebu itu?"
Hinata tidak menjawab. Dia hanya tersenyum lalu mengelus perutnya yang buncit.