Wah, pak guru Iruka memang punya pesona sendiri," Anko Mitarasi, salah satu guru sekaligus fans Iruka tak sadar berseloroh. Kedua telapak tangannya menopang ke pipi laksana kasmaran.Shino yang duduk disampingnya mengingatkan,"Perhatikan isi pesannya, jangan orangnya."
Anko melirik sengit,"Diam, kau. Ganggu orang mimpi saja."
Shino jadi bersungut-sungut,"Dasar gembul."
Anko semakin kesal,"Apa kau bilang?"
Di lain waktu,
"Huaaaa!!! Pak Iruka, tega sekali kau menghancurkan hatiku." Anko menangis gak jelas dan dipegangi oleh Shino.
"Cup cup cup, nanti kalau nangis badanmu kurus, lho."
Anko langsung mengibaskan tangannya sehingga pegangan Shino terlepas, "Kenapa kau selalu bodyshaming?"
"Lho, memang benar, kok. Penelitisn menyatakan bahwa menangis bisa menguruskan badan."
"Cukup! Dasar pria tak menghargai wanita. Urus saja serangga-seranggamu tuh." Anko jadi sewot dan menghentak-hentakkan kakinya.
Guru yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua guru yang selalu tidak akhir itu.
---*---
"Pagi semuanya."
Semua yang ada di ruang guru terkejut. Mereka lalu mendekati Iruka yang baru datang.
"Pak Iruka, selamat datang kembali? Bagaimana bulan madunya?"
Iruka hanya cengar-cengir sambil mengusap leher belakangnya. "Ehm, begitulah. Oh ya, panggil Bu Anko dan Pak Shino kemari. Ada yang perlu kami bicarakan."
'Pak Iruka, kenapa menyatukan minyak dan air."
"Maksudnya?"
"Begini.... dst... dst..."
Kabar pertengkaran Anko dan Shino Aburame akhirnya sampai di depan Iruka, sang kepala sekolah. Bahkan keduanya kini bertengkar di depan Iruka. Iruka jadi pening dan memijat-mijat pelipisnya. Kedua teman sejawatnya itu benar-benar tidak dewasa. Ketidak sepahaman yang sedikit saja bisa memicu pertengkaran.
Iruka jadi pulang cepat karena migrannya kambuh. Sang istri, Mei Terumi memberinya obat lalu menyelimutinya. "Istirahat saja, Sayang. Nanti setelah bangun tidur, pasti lebih baik."
"Bagaimana bisa baik, Mei? Setiap kali ke sekolah, Anko dan Sino selalu berdebat."
"Berdebat? Bukankah mereka memang sudah banyak tidak cocoknya dari dulu?"
"Kau tahu?"
"Kepala sekolah yang dulu yang memberitahu." Mei meletakkan gelas yang tadi dipegang oleh Iruka di atas nakas lalu duduk di pinggir ranjang. Iruka langsung mendusel ke perut Mei, mengelus-elus perut Mei dan menciuminya.
"Ehm, hanya ini yang bisa membuat pusingku berkurang. Rupanya punya istri enak juga."
"Hem... Manja," Mei menepuk pipi Iruka. "Tapi, ceritakan tentang mereka berdua. Kira-kira kenapa permusuhan mereka tambah parah?"
"Kurang tahu. Hanya saja... Shino memang suka bodyshaming. Itu kadang membuat Anko jengkel. Tapi, sebenarnya kelakuan Shino yang macam itu sudah agak berkurang. Dan penyebab pertengkaran kian meruncing juga aku tidak tahu."
"Wah, gawat juga. Padahal keduanya adalah orang yang kau andalkan. Kau masih berniat untuk mengangkat salah satu dari mereka jadi wakilmu, bukan?"
"Ya, tapi melihat performa mereka. Kok sepertinya aku ragu."
