01. Memulai

1.1K 131 14
                                    

halo teman-teman jam berapa kalian baca cerita ini

••Happy reading••

~ °⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~

Sepasang mata mengerjap beberapa kali, bulu mata lentiknya bergerak seirama, terlihat kerutan halus di bagian pelipis itu menandakan sang empu merasa tak nyaman, ia tengah berada di dalam kereta kuda dengan keadaan yang terbilang cukup memprihatinkan, bagaimana tidak rambut yang berantakan, wajahnya terdapat riasan tebal memberi kesan kurang enak dipandang dan berlebihan, belum lagi pakaiannya yang terlihat sangat tak rapih, membuatnya seakan ia merupakan orang dengan gangguan kejiwaan.

Perlahan mata itu terbuka dengan sang empu yang merasa kebingungan pada apa yang menimpanya, mencoba mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, beberapa kali tubuhnya bergerak kala roda kereta kuda tersebut menginjak beberapa batuan besar di jalan.

Tunggu kereta kuda?

Apa yang terjadi padanya, mengapa ia berada di dalam kereta kuda, bukankah seharusnya ia berada di kontrakannya, lalu apa ini?.

Mengapa ia mengenakan pakaian kerajaan, ada apa dengannya?, ia masih ingat betul terakhir kali ia tersengat listrik saat hendak menyalakan lampu yang tiba-tiba padam.

Garis halus di pelipisnya terlihat, gadis itu menahan rasa sakit yang menghantam keras kepalanya, rasanya seperti di tusuk beribu duri, benar-benar sakit, beberapa gambar masuk seperti kaset rusak, mereka bergerak dengan sangat cepat seolah tak membiarkannya mencerna satu persatu, tak kuasa menahan, ia kemudian terkulai lemas dalam keadaan tak sadarkan diri.

Beberapa jam kemudian kereta tersebut berhenti di sebuah kastil, terlihat seorang wanita mengenakan pakaian pelayanan berjalan mendekat, berniat membantunya untuk turun dari sana, matanya melebar terkejut mendapati sang Nona tak sadarkan diri segera ia meminta bantuan yang lain untuk memindahkannya ke kamar.


~ °⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~

Sepasang mata hazel itu terbuka perlahan, menampilkan kilauan indah yang terpancar, kerutan halus yang sempat tercipta di pelipisnya menghilang, setelah itu ia beranjak perlahan dari atas kasur, berjalan ke arah sebuah cermin besar yang sepertinya tempat untuk berhias, melihat penampilannya yang berbeda membuatnya memahami situasi saat ini.

Jadi benar dirinya mengalami transformasi, ah benarkah seperti itu namanya atau transisi, ah ia tak perduli yang terpenting ia mengalami perpindahan jiwa saat ini, ia merasakan memori asli pemilik tubuh ini masuk, memberinya sebuah ingatan kala merasa pelik di kepalanya, namun bukan itu masalahnya, ia kini tengah berada di tubuh seorang antagonis wanita sang villain.

Pintu perlahan terbuka menampilkan seorang pelayan yang membawa baki berisikan air dan sebuah makanan, pelayanan itu terperanjat kaget mendapati Daisy sudah membuka matanya, pasalnya ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,
"e.. maafkan saya Nona saya lupa mengetuk pintu terlebih dahulu, saya pikir anda belum tersadar, saya mohon maaf", pelayanan tersebut tertunduk dalam.

Merasa tak mendapatkan jawaban, pelayan tersebut terdiam merutuki kesalahannya yang kedua, "e.. sa.. salam Nona Marceline, semoga kebahagiaan selalu menyertai anda" matilah ia, sudah masuk tanpa mengetuk pintu lalu lupa memberi salam, ia sudah pasrah akan apa yang akan menimpanya kali ini.

Marceline merupakan gadis yang mempunyai tempramen yang kurang baik, jika ada yang membuat kesalahan maka ia tak segan untuk menghabisinya, memberi hukuman berat, dan menyiksanya.

Ia terkenal dengan keangkuhannya dan juga sikapnya yang tak tau malu, mengejar Duke Charles yang terkenal akan sikapnya yang sedingin es, serta wajahnya yang sedatar papan, belum lagi hatinya yang sekeras batu.

Pelayanan di kediamannya tentu takut terhadap Nona muda Maddison ini, terlebih ia yang sangat dimanjakan oleh ayahnya membuatnya semakin arogan dan bertindak seenaknya, ia bahkan diberi sempel buruk oleh semua orang, namun ia tak perduli, Charles merupakan sesuatu yang amat berharga baginya, sikapnya yang acuh tak acuh seakan menantang untuk ditaklukan.

"Ya" hanya itu yang diucapkan sebagai jawaban, membuat pelayanan tersebut kebingungan dibuatnya, "kau boleh pergi" pelayanan tersebut terdiam cukup lama mencerna perkataan sang Nona, ia merasa senang karna tak dihukum seperti pelayanan lain yang telah melakukan kesalahan.

"Sa.. saya pamit nona, te..terimakasih" Daisy tak menghiraukannya ia hanya bergumam pelan untuk menjawab, yang ia pikirkan saat ini adalah mengapa dirinya bisa berada disini, bukankan tempat itu hanyalah sesuatu yang fana, lalu mengapa ia mengalami hal di luar nalar seperti ini, apakah dosanya terlalu banyak sehingga surga bahkan neraka tak mau menampungnya.

Mengapa ia berada disini, menjadi seorang antagonis yang akan mati di tangan suaminya sendiri, gadis itu menghela nafasnya berat, kemudian mengusap wajahnya kasar, mencoba meredakan perasaannya yang tak karuan, apakah ia akan merasakan kematian untuk kedua kalinya, oh ayolah perasaannya sangat buruk saat ini.

Merasa tubuhnya dipenuhi keringat pun ia segera membersihkan badan, tentu saja tanpa bantuan pelayan, aroma mawar menyeruak masuk kedalam indra penciumannya, benar benar menenangkan, apakah ia harus membawa beberapa wewangian ketika nanti ia sudah terbebas dari tubuh ini, tak apa kan mengambil sedikit saja, toh takkan membuat mereka seketika jatuh miskin.

Tetapi apakah ia akan kembali lagi ke dunianya atau terjebak disini dengan semua konsekuensinya, memikirkannya membuat kepalanya terasa semakin berat, berjalan ke arah meja rias, menelisik pantulan cermin yang menampilkan dirinya, ah lebih tepatnya tubuh Marceline yang ditempatinya.

Satu kata untuk menjabarkan semuanya 'Sempurna' Daisy merasa kagum akan kecantikan Marceline yang menurutnya sangatlah cantik, bukankan ini terlalu cantik untuk menjadi seorang antagonis, pikirannya berkelana memikirkan bagaimana paras kecantikan sang
female lead jika dirinya saja sudah seperti ini.

Bagaimana tidak kulit seputih susu, bulu mata lentik, bibir ranum berbentuk smile lips atau yang kerap di sebut bibir senyuman, hidung ramping nan tinggi, dengan perawakan yang indah.

Sungguh Daisy tak dapat mengutarakan kecantikannya, ia bahkan seperti melihat dewi yunani, namun sayangnya Marceline menutupinya dengan riasan tebal karena menurutnya itu akan menunjukkan kecantikannya, alih-alih terpesona Duke Charles terlihat semakin tak menyukainya.

Marceline merupakan gadis manja sehingga semua yang ia inginkan harus tercapai, sepertinya itu pula yang menyebabkan ia bersikeras meluluhkan hati sang Duke, entah apa yang dipikirkannya sehingga menurunkan martabatnya sebagai wanita.

Apa yang harus ia lakukan di sini, mengapa tidak Marceline saja, lagipula siapa yang mau terjebak dalam dunia fantasi ini, dunia yang penuh dengan ilusi, mengahadapi masalah yang bertubi-tubi, ia mendesah frustasi, ah ia tak mau terjebak disini lebih lama lagi.

Suara ketukan pintu terdengar mengalihkan atensinya "permisi Nona apakah saya boleh masuk?" Daisy beranjak dari duduknya berjalan ke arah kasur empuknya untuk kemudian duduk di atasnya "ya" pintu itu kemudian terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian yang berbeda dengan pelayanan yang sebelumnya.

"Salam Nona Marceline, semoga kebahagiaan selalu menyertai anda" Daisy menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban "Nona saya freya akan membantu anda untuk memilih gaun pernikahan"

Deg!!

~ °⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~

hai gimana ni cerita aku menurut kalian

semoga kalian suka yaa sama ceritanya

jangan lupa share ceritanya teman², biar rame dah autor semangat nulisnya

terimakasih sudah membaca cerita ini 🤗🤗

jangan lupa vote ya kaka²

Duchess Marceline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang