jangan lupa vote, terimakasih
••Happy reading••
~ °⋆𐙚⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~
"Maaf Nyonya, kami hanya melihat buku dengan setiap lembarnya berisikan kertas kosong" pelayanan satunya menganggukan kepala membenarkan. Marceline mengerutkan pelipisnya heran.
Bagaimana bisa hanya ia yang dapat melihat tulisan dalam buku ini, bahkan tangannya kini membuka lembaran selanjutnya dan seterusnya, mereka penuh dengan tulisan sastra. Yang entah bagaimana Marceline dapat membacanya tanpa kendala sedikitpun.
Di dunianya dulu, nilai bahasa inggris saja tidak lebih dari 75, dan satu hal yang perlu kalian catat, Daisy sangat tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Yaa, tentu saja bahasa Indonesia saja sudah menjadi musuh bebuyutannya, lalu apa ini? Bahasa sastra, sungguh mustahil.
Atau ini ingatan Marceline asli? Akan tetapi, dalam narasi Marceline benar-benar menyia-nyiakan waktu belajarnya untuk mengejar Charles, bahkan ia sering meninggalkan kelas hingga terancam dikeluarkan.
Namun, jika meruju pada pendidikan bahasa, tentu saja mustahil. Bukan bagaimana, tetapi Marceline saja bertutur kata kasar, bagaimana mungkin ia dapat mengetahuinya.
"Nyonya" Marceline tersadar dari lamunannya "anda baik-baik saja?" gadis itu tersenyum simpul, kemudian mengangguk, "aku baik-baik saja, kalian boleh melanjutkan aktivitas kembali".
Sepeninggal ketiga pelayanannya, Marceline menatap buku yang dipegangnya dengan pandangan kosong, pikirannya menerawang jauh. Mencoba mengingat setiap alur yang dikhawatirkan ia lupakan, namun selama ia berkutat dengan pikirannya tak ada satupun ingatan tentang apa yang ia lakukan saat ini.
Apakah alurnya sudah berubah jauh? sebuah asap kecil terlihat menampilkan Lily yang tengah berbaring di kasurnya, dengan posisi terlentang. Senyumnya terukir dengan satu tangan memegang perutnya, seakan menandakan ia tengah kekenyangan.
Tak lama terdengar suara sendawa kecil membuat Marceline melebarkan matanya terkejut. Ayolah makhluk kecil nan lucu seperti Lily ini terlalu mengejutkan jika melakukan hal tersebut, bahkan penampilannya terlalu menggemaskan menurutnya, berbanding balik dengan apa yang baru saja diperbuatnya.
"Apa yang kau lakukan Lily?" Lily tersenyum cerah, mendudukkan tubuhnya dan memperlihatkan ekornya, sungguh makhluk di hadapannya ini sangatlah ceria, bahwa Marceline tak pernah membayangkan bagaimana ekspresi sedihnya, seperti ia sangat menikmati hidupnya.
"Kau tau Elin, buah apel di halaman kastilmu sangatlah manis, aku benar-benar menyukainya" tunggu dulu, apakah Lily telah mencurinya, oh Tuhan, sepertinya benar kita tak boleh melihat sesuatu dari covernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Marceline
Teen FictionBagaimana jika seorang gadis yang menghabiskan masa kecilnya di dalam panti asuhan tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya bertransmigrasi ke dalam film yang ia tonton karena paksaan sahabatnya. Di mana film tersebut bergenre kerajaan, dengan sang a...