04. Buku Sihir

1.9K 166 5
                                    

halo semuanya

jam berapa kalian baca cerita ini

budayakan vote sebelum membaca terimakasih

••Happy reading••

~ °⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~

Gadis itu membuka beberapa laci mencari sebuah buku, seingatnya Marceline mempunyai buku diary walaupun ia tak terlalu terbiasa untuk menulis, hanya beberapa hal yang berkesan saja menurutnya.

Tangannya tak henti hentinya membuka semua laci, ketika hendak berjalan kearah lemari kakinya tak sengaja menyandung sesuatu ia kemudian mengalihkan perhatian kecilnya pada benda di bawahnya.

Mencoba membawa benda tersebut dan dapat, yaa ternyata itu merupakan buku yang dicarinya, ia mendudukan dirinya di ujung kasur membuka satu persatu buku yang di bawahnya.

Melihat beberapa tulisan yang tertera disana, walau tak banyak namun itu cukup membantunya.


kau tau aku melihat seorang pria tampan nan rupawan, tatapan matanya tajam seakan dapat menghunus lawan saat itu juga, iapun sangat irit bicara, kala itu aku bertemu dengannya disebuah kastil tua yang sudah lama terbengkalai.

aku datang kesana karna temanku mengundangku kesebuah perjamuan disudut kota, dia memberiku sebuah alamat yang tak benar, mengerahkanku kesebuah kastil ini.

aku menatap nanar ke depan, apakah tak ada yang menyukaiku sama sekali, padahal aku berniat membangun hubungan baik dengan mereka, aku selalu saja di kucilkan seakan aku adalah hama yang tak baik untuk didekati.

tak lama berselang seorang pemuda datang dari arah berlawanan entah apa yang ia lakukan disini, namun aku cukup bersyukur akan kehadirannya, terlepas dari apa yang ia lakukan disini.

"Em tuan bolehkah saya bertanya?" terlihat pria itu menghentikan langkahnya membuatku tersenyum cerah "kau tau dimana ini, saya rasa saya tersesat".

"Asteria" sontak aku melebarkan mata, ternyata aku pergi terlalu jauh, pantas saja perjalanannya terasa sangat lama, "em bolehkah saya ikut dengan anda? Kereta kuda saja mengalami kendala, saya juga tak tau harus minta tolong pada siapa lagi, karena sepertinya wilayah ini sangatlah sepi".

Dehaman pelan terdengar menanggapi "Ah terimakasih banyak" kami mulai meninggalkan tempat tersebut semenjak saat itu aku menyukainya, pria yang menolongku kala itu, entah ia terpaksa ataupun tidak.

hingga akhirnya aku mengetahui siapa nama pria itu, namanya ada adalah Charles, bukan hanya wajahnya yang tampan namun namanya juga.

-Marceline-


Akhirnya ia mengerti mengapa Marceline dulu berbuat demikian, bagaimana tidak, percaya pada seseorang yang ia anggap sahabat yang justru menghancurkan hidupnya, merundungnya terus menerus.

Bukankah seorang antagonis memiliki sebuah alasan mengapa ia melakukan hal demikian, terkadang kita hanya melihat sang protagonis dan menganggap antagonis lah yang paling bersalah dari semuanya.

Namun pernahkah kau berfikir bagaimana jika berada di posisi mereka, apakah kau akan berhenti melakukan tindakan tak baiknya atau melakukan hal yang sama.

Gadis itu membuka kertas selanjutnya yang ternyata kosong, yaa Marceline yang asli hanya menuliskan itu didalamnya sepertinya ia terlalu sibuk untuk meluluhkan hati sang Duke, sehingga tak ada waktu untuk mengisi bukunya itu.

Duchess Marceline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang