••Happy reading••Marceline mendengus kesal, sesekali ia menghentakkan kakinya kala mengingat wajah Charles yang menatapnya seakan ingin mengulitinya, lagipula apa salahnya bertegur sapa dengan temannya, apakah itu termasuk pelanggaran berat?.
Wajahnya tertekuk dengan perasaan dongkol, berjalan pelan ke arah kasur, membanting tubuhnya terlentang menghadap langit-langit kamar yang polos. Menetralisir perasaannya yang mendominasi.
Lama berselang ia mulai memikirkan bagaimana nasib tubuhnya disana, apakah ia akan kembali ke tubuhnya? Mengingat sudah cukup lama ia berada di dunia ini, yang rasanya ia tak tau harus bagaimana.
Apa yang harus ia lakukan untuk kembali ke tubuhnya, mengingat Marceline asli tak pernah hadir untuk sekadar memberi tahunya sesuatu, membuatnya dilanda frustasi berkepanjangan, apa yang harus ia lakukan di dunia ini.
Seingatnya jika ada yang bertransmigrasi maka jiwa yang diisinya akan datang untuk sekedar memberi tau apa alasan ia terjebak disini, atau ia akan kembali atau tidak, bahkan ada beberapa yang ditugaskan untuk membalas dendam.
Arghh semua ini membuatnya pusing, rasanya kepalanya akan pecah saat ini juga, tidak bisakah ia hidup dengan tenang?.
Merasa terlalu banyak energi yang dikeluarkan membuatnya kelelahan, setelah itu ia mulai terlelap dengan posisi semula tanpa tau ada sepasang mata yang mengawasinya sedari tadi.
~ °⋆𐙚 ⋆𐙚⋆𐙚⋆° ~
Marceline berjalan terus mencari buku sihir yang ia temukan di perpustakaan, mengapa ia lupa menyimpannya, matanya terus membidik setiap sela ruang, takut ada yang terlewatkan nantinya.
Tangannya mencoba membuka lukisan yang terpajang, bukannya terbuka lukisan tersebut tetap pada semula, seakan dibelakangnya terdapat perekat, mengingat lukisan yang berada dihadapannya ini adalah lukisan terakhir yang ia buka.
Dimana lukisan dihadapannya ialah satu-satunya yang tak dapat dibuka, membuatnya memicing curiga, entah ide dari mana ia mulai menekan lukisan tersebut dengan telapak tangannya.
Ajaibnya sebuah pintu terbuka, matanya menatap takjub ke arah tangga bersusun yang kini berada di hadapannya, perlahan kakinya memijak tangga tersebut satu persatu, yang membawanya ke sebuah ruang bawah tanah.
Gelap menyapanya, sebenernya ia takut namun rasa penasarannya terlalu besar sehingga ia terus melangkah, menekan dalam-dalam rasa takutnya, tetapi setelah beberapa saat sebuah cahaya menerpa wajahnya, membuatnya menghela nafas lega.
Matanya mengerjap pelan menatap kagum kedepannya, di luar prediksinya yang membayangkan betapa menyeramkannya ruang bawah tanah yang biasanya berisi akan tahanan ataupun semacamnya.
Banyak darah yang terceceran dengan mayat manusia di sekitar, tentu saja itu yang dibayangkan olehnya, terlepas dari itu semua bahkan ia rasa ruangan ini sangat indah, bagaimana tidak, ia yang seorang pecinta buku menemukan banyak sekali buku-buku yang sepertinya sudah usang namun tetap terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Marceline
Teen FictionBagaimana jika seorang gadis yang menghabiskan masa kecilnya di dalam panti asuhan tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya bertransmigrasi ke dalam film yang ia tonton karena paksaan sahabatnya. Di mana film tersebut bergenre kerajaan, dengan sang a...