EdFel ' 06

7.2K 354 12
                                    

"Eh Farel, nungguin Felix ya?" Tanya Hira saat mendapati Farel yang sudah duduk di kursi depan kelasnya.

Farel mengangguk lalu mengantongi kembali ponselnya disaku.

Kepalanya menyembul di balik pintu"Felix, Farel udah didepan nih, buruan keluar"teriak Hira

Felix yang sedang mengemasi barangnya kedalam tas beralih melihat kepala hira yang menyembul dibalik pintu sambil menunjukan bahwa adiknya sudah menunggunya diluar.

Keadaan kelas sudah sepi, tadi hanya tersisa mereka berdua karena memang mereka terjadwal piket membersihkan kelas.

"I-iya"ia mencangklong tasnya lalu berjalan melangkah keluar.

"Ya udah aku duluan ya, sopirku pak Doni udah dibawah" teriak Hira melambaikan tangan keduanya sambil berlari cepat keluar dulu.

"A-ayo fa-farel"

"Hm " Farel berdiri dari duduknya.

Mereka berjalan beriringan "tadi lo gak diapa-apain lagi kan?"tanya Farel menatap Felix yang berjalan menunduk di sampingnya.

"E-engga-k kok" sepanjang hari ini ia merasa aman karena Hira selalu bersamanya, walaupun ada beberapa yang mengatakan hal buruk atau kotor tentangnya.

"Maaf, gue gak bisa nolongin lo" ucap Farel tiba-tiba, membuat Felix tersenyum lembut mendengarnya. Memang dikarenakan gedung sekolah mereka terpisah, jadi sang adik tidak bisa selalu membantunya atau membelanya saat ia sedang dibully.

"Semisal kejadian lagi cepet hubungin gue"tekan Farel tegas.

Felix mengangguk cepat.

Mengingat tiga hari yang lalu membuat Farel kembali merasa geram, bagaimana bisa saat ia seperti biasa akan menjemput Felix di jam pulang justru dibuat terkejut saat mendapati kakaknya yang memakai seragam baru lagi dan juga ia mendapati beberapa luka memar kebiruan di kedua tangannya. Hati seorang adik mana yang tidak sakit melihatnya.

Saat itu juga Farel disalut emosi dan langsung menanyakan apa yang terjadi padanya namun Felix tidak mau jujur dan hanya mengatakan dan menyakinkan bahwa sekarang dianya sudah tidak apa-apa.

Seandainya saja ia berada satu gedung dengan kakaknya, ia pastikan tidak akan ada yang berani melukai kakaknya itu.

"Eh Fa-farel kita m-mau ke ma-mana?" Felix mencolek lengan Farel yang duduk disampingnya.

Mereka sudah berada di angkot yang biasanya akan membawanya pulang, namun Felix tersadar saat angkot mereka bukan melintas kearah jalan yang seperti biasa yang mereka lewati melainkan berbelok kearah lain.

Ia menoleh "bentar gue mau ke suatu tempat"

"Ta-tapi nan-ti ibu cari-in" takut ibunya pasti sudah pulang dari kerja dan akan mencari mereka saat mereka belum tiba.

"Gue udah izin kemaren" balas Farel.

Disebuah bengkel Felix duduk dikursi panjang yang tak jauh dari letak tempat adiknya berada, terlihat Farel yang sedang berbicara pada lelaki yang umurnya pikir diatas mereka.

Ia berdiri saat Farel kembali sambil menuntun sebuah montor metic kearahnya.

Farel menyodorksn sebuah helm padanya"pakai terus naik" pintanya.

Felix yang ingin bicara namun Farel memotongnya.

"Buruan, ntar gue jelasin di jalan" sahut cepat Farel saat kakaknya ingin meminta penjelasan.

Felix mengangguk lantas segera memakai helm yang berada ditangannya dan langsung naik ke atas montor.

Farel mulai menjalankan montornya dengan kecepatan rata-rata sedangkan Felix dibelakang memeluk erat pinggang adiknya karna takut ia akan jatuh nanti.

ACCIDENT - EdFel ' [BL|mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang