Felix melepaskan helm dari kepalanya kemudian mengarahkannya pada Farel, Farel pun menerimanya lantas menyimpannya disamping helm nya kembali diatas jok montor yang sudah terparkir rapi di area gedung sekolah Farel adiknya.
"Gue anter sampai depan kelas"Farel berjalan lebih dulu, Felix pun langsung mengekor dibelakang sambil meremas kedua ujung ranselnya.
Dibenaknya mengapa adiknya itu tiba-tiba mau mengantarkannya sampai ke kelas?
Huh, dirinya bukan anak kecil lagi sekarang, ia bahkan saat ini yang menjadi seorang kakak untuk Farel namun kenapa dirinya justru diperlakukan seolah-olah dirinya adalah yang menjadi seorang adiknya.
Jika mereka dibandingkan, memang tubuh Farel lebih tinggi dan teelihat lebih dewasa walaupun kenyataannya dia masih duduk di bangku SMP kelas delapan. Sedangkan dirinya terbanding balik, tubuhnya jauh terlihat lebih pendek dan nampak mungil, dilihat dirinya hanya sebatas sepundak Farel.
"Haisss" Farel menyentak lalu menggenggam tangan Kakaknya kemudian membawanya untuk berjalan disampingnya.
"Eh?" Felixpun menurut.
"Pulang sekolah gue jemput, sana masuk" Felix mengangguk lalu masuk ke dalam kelas dan langsung duduk disamping Hira yang sudah menunggunya.
Setelah memastikan kakaknya sudah masuk kedalam dan sudah aman, Farel pun berbalik dan berjalan meninggalkan gedung sekolah kakaknya menuju kearah gedung tingkat kelasnya berada.
"Felix itu didepan tadi Farel kan?" Felix mengangguk sambil membuka tas ranselnya, mengeluarkan beberapa buku "tumben Farel anter kamu sampai kelas?" Sambungnya heran.
Felix mengedipkan kedua bahunya"e-eng-gak tahu"
"Aaaa...aku pengen deh punya adik kayak Farel, atau Farel buat aku aja ya Felix?" Canda Hira yang kembali menselonjorkan kepalanya diatas meja.
"E-engk bo-leh!!" Tegas Felix, bagaimanapun Farel adalah adik tersayangnya tidak boleh ada yang berani mengambilnya darinya.
"Aku bercanda kok Fel hihihi, oh iya pinjem tugas kamu dong, kan kamu udah janji kemarin" Hira mulai menagih janjinya kemarin malam.
"Nih" ia menyodorkan buku tugas kepada Hira dan diterima dengan senang hati.
"Makasih cantik" Hira memeluk sekilas tubuh Felix kemudian langsung segera menyalin tugasnya itu sedangkan Felix terlihat mendengus kesal.
"Tuh orang mau jadi cowok apa cewek sih? masa mau ke kelas aja pake dianter segala, heran gue" sindir sinis Tasya yang duduk didepan bersama dengan teman-temanya, ia melirik ke bangku mereka.
"Sekiranya kalau mau jadi cewek tuh pake rok lah bukannya celana, lah ini terus apa dong namanya, BANCI? hahahaha..." lanjut Dinda dangan lantang dan diikuti gelak tawa beberapa orang dikelas.
Felix menunduk sedangkan Hira, ia menghentikan gerakan menulisnya dan langsung menatap bingung kearah sosok ketiga perempuan yang duduk diujung bangku depannya.
"Hey maksud kalian apa ngomong gitu" Hira berdiri sambil menggebrak mejanya dengan keras setelah ia mengerti apa maksud dari perkataan yang baru saja mereka lontarkan.
"Yahh pawangnya marah nih, gimana dong" ucap Reva sambil membuat gaya takut ditubuhnya.
Seketika orang yang berada dikelas pun ikut tertawa terbahak-bahak setelah melihat dan mendengar ucapan yang dilontarkan Reva.
"Diem kamu Reva!" Serkah Hira tegas sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah depan.
"Lo buta apa gimana sih?, orang itu kenyataan kok, gak salah lo temenan sama banci itu?" Ujar remeh Tasya sambil melipat kedua tangannya di atas dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT - EdFel ' [BL|mpreg]
Fiksi RemajaFelix yang gagap saat bicara. Suatu saat ia harus menerima takdir yang membuatnya hancur seketika, dimana ia dilecehkan oleh kakak kelasnya sendiri hingga menumbuhkam sosok makluk kecil yang tumbuh bersemayang didalam perutnya kini. Akankah dia mend...