EdFel ' 14

6.4K 433 28
                                    

"Bu, ki-kita be-berang-kat dulu, i-ibu ja-jangan lupa ma-makan ya" Felix berdiri tepat di depan pintu kamar ibunya yang masih setia tertutup.

Tak ada sahutan dari dalam, ia memandang pintu kayu
itu dengan sendu. Dirinya merasa sedih karena ibunya belum juga keluar dari dalam kamarnya sejak semalam.

"Buruan" Felix menoleh dan melihat Farel yang sudah menyembulkan kepalanya di pintu depan.

"Emm" Felix pun beranjak keluar dan berangkat ke sekolah bersama Farel.

Sesampainya di sekolah, seperti biasa mereka menuju area parkiran lalu kemudian tak lupa Farel juga mengantarkan Felix hingga depan kelas.

"Nanti sepulang sekolah lo tunjukin mana bajingan itu" ucap Farel tiba-tiba membuat langkah Felix yang ingin memasuki kelasnya itu terhenti.

"Ma-mau a-apa?" Jantung Felix langsung terpacu cepat.

"Gue mau tahu" jawab Farel.

"Ta-tapi Fa-Fa-rel u-udah janji kan?" ucap Felix, mengingatkan Farel pada janjinya kemarin malam untuk tidak menemui ataupun memberi pelajaran pada Edgar.

"Hem, gue cuma pengen tau mana orangnya" bohong, di dalam benaknya ia sangat ingin memberikan pelajaran pada bajingan mana yang berani merusak masa depan kakak satu-satunya.

"Kan gue udah janji" Farel tersenyum sekilas sambil mengelus kepala Felix.

"I-iya"

"Buruan masuk, kalo sakit hubungi gue ya" Felix mengangguk cepat dan langsung masuk kedalam kelasnya.

"Gue gak janji kak" ucap Farel dalam hatinya.

....

Ditengah lapangan yang terik akan sinar matahari yang sudah berada tepat diatas kepala, Felix berusaha menahan rasa pusing yang menyerang tubuhnya. Ia bergerak gelisah di antara kelompok barisan teman sekelasnya.

Setelah jam istirahat berakhir inilah waktu pergantian kelasnya untuk pembelajaran olahraga. Yang kini mereka semua sudah berkumpul di tengah lapangan untuk melakukan pemanasan.

"Felix kamu kenapa? Kok gelisah gitu?" Hira bertanya pada Felix yang terlihat gelisah, dari tadi ia melihat Felix yang meremas ujung baju olah raganya.

"A-aku gak pa-papa kok" Felix mengelap keringat dingin di dahinya dengan tangannya.

"Muka kamu pucet banget lo" kata Hira.

"A-aku be-beneran gak pa-pa"

"Kalo sakit nanti bilang ya, nanti aku izinin buat ke UKS"

Namun Felix tetap menggeleng, menolaknya. Dalam benaknga ia terus berdoa semoga bayinya tidak kenapa-kenapa.

"Sekarang kalian semua lari keliling lapangan sebanyak lima kali" intruksi dari pak Gio guru olah raga membuat semuanya mendengus kesal.

"Yah pak panas nih, gak bisa sekali aja ni?"

"Iyah pak masa tega sama kita"

"Udah jangan banyak omong, sekarang ayo cepat lari. Mau saya tabahin lagi larinya" ancam pak Gio dan semua muridnya langsung berlari mengitari lapangan yang luas.

Di barisan terakhir Felix berlari kecil dan juga ditemani oleh hira yang juga ikut berlari kecil disampingnya.

Baru saja mendapat satu setengah putaran, kepala Felix terasa sudah pening dan juga perutnya terasa kram disana. Ia berhenti berlari ditengah lapangan dan berjongkok sambil meremas perutnya. Ia meringis kesakitan saat perutnya yang kram kini menjadi rasa sakit seperti ditusuk tusuk.

ACCIDENT - EdFel ' [BL|mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang