1. Kepindaha Sheila & Alex

151K 367 2
                                    

Pagi itu, matahari bersinar cerah di atas kota yang sibuk, menciptakan kontras dengan ketegangan yang menyelimuti Sheila dan Alex. Mereka baru saja tiba di rumah orang tua Sheila setelah melakukan perjalanan panjang dari apartemen mereka. Sheila membawa beberapa koper besar dan barang-barang pribadi yang harus mereka pindahkan sementara rumah baru mereka masih dalam tahap pembangunan.

Sheila melangkah dengan penuh percaya diri, berusaha menyembunyikan perasaan campur aduk di dalam hatinya. Rumah ini adalah pengingat yang menyakitkan dari masa lalu-masa ketika dia selalu merasa diabaikan dan tidak dihargai dibandingkan dengan saudara tirinya, Ria. Alex mengikuti di belakang, matanya mengamati sekeliling dengan campur aduk antara kagum dan cemas. Tempat ini bukanlah tempat yang nyaman baginya, dan rasa tidak nyamannya semakin terasa saat dia menyadari betapa berbeda rumah ini dibandingkan dengan apartemen mereka yang sederhana.

"Sheila, akhirnya kamu pulang juga," suara ibunya, Ny. Surya, terdengar hangat namun penuh otoritas. Ny. Surya adalah wanita paruh baya yang masih terlihat anggun, dengan tatapan tajam dan sikap tegas yang selalu membuatnya terlihat seperti memiliki kendali penuh atas segala hal. Mata Ny. Surya berbinar melihat anak kesayangannya, Sheila, yang selalu menjadi kebanggaan dan harapan keluarganya.

"Iya, Ma. Maaf kalau tiba-tiba. Kami tidak punya banyak pilihan," jawab Sheila sambil tersenyum tipis. Meskipun senyumnya tampak ramah, ada ketegangan yang jelas terlihat di wajahnya. Sheila berusaha keras untuk tidak menunjukkan betapa tidak nyamannya dia berada di sini. Setiap sudut rumah ini mengingatkannya pada betapa dia selalu merasa tidak sesuai dengan ekspektasi keluarganya, terutama ketika dibandingkan dengan Ria.

Dari sudut lain rumah, Ria muncul dengan bayi kecilnya di pelukan. Ria adalah kakak tiri Sheila dari pernikahan pertama ibu mereka. Dengan wajah yang tenang dan penuh kasih sayang, Ria mengelus lembut kepala bayinya. Ia mengenakan gaun sederhana yang menekankan keanggunan dan kehangatannya, sangat kontras dengan ketegangan yang melingkupi Sheila dan Alex. "Selamat datang, Sheila. Alex," sapanya dengan senyum lembut dan nada ramah. Dia mengalihkan perhatian ke bayinya yang mulai gelisah, mencoba menenangkannya dengan penuh kelembutan.

Ria adalah sosok yang dikenal baik hati dan perhatian. Meskipun dia tidak pernah meminta perhatian, karakternya yang lembut dan sikapnya yang penuh kasih membuatnya menjadi pusat perhatian. Dalam pandangan banyak orang, Ria adalah contoh dari segala sesuatu yang baik-sosok yang selalu siap membantu dan mendukung orang lain, termasuk Sheila, meskipun hubungan mereka penuh ketegangan.

Ny. Surya menatap Ria dengan ekspresi campur aduk-antara kurang suka dan ketidakpedulian. "Ria, jangan terlalu lama berdiri di sana. Bayimu butuh perhatian. Biarkan Sheila dan Alex beristirahat," katanya dengan nada yang tajam, mencerminkan ketidaksukaannya terhadap Ria. Ria hanya mengangguk dengan penuh pengertian dan melangkah mundur, menggendong bayinya dengan lembut. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan dingin ibunya dan lebih memilih untuk menghindari konfrontasi.

Sheila merasakan ketidaknyamanan meningkat saat melihat perlakuan ibunya terhadap Ria, yang selalu menjadi pusat perhatian. Rumah ini mengingatkannya pada betapa tidak adilnya hidupnya dibandingkan Ria, yang selalu mendapat perhatian dan pujian-terutama dari keluarga kaya ayahnya yang dulu memberikan segala sesuatu untuknya. Sheila merasa bahwa meskipun Ria selalu berusaha bersikap baik, dia tetap menjadi simbol dari ketidakadilan dan ketidakpuasan dalam hidupnya.

Saat Sheila dan Alex memasuki kamar yang telah disiapkan untuk mereka, Sheila meletakkan kopernya dengan kasar dan duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya menunjukkan ketidaksenangan dan frustrasi yang mendalam. "Aku benci harus kembali ke sini, Alex," katanya dengan nada tajam, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan. "Setiap kali aku melihat rumah ini, aku diingatkan tentang betapa tidak adilnya hidupku dibandingkan dengan Ria. Selalu saja ada sesuatu yang mengingatkanku pada kenyataan pahit bahwa aku tidak pernah cukup baik."

Alex duduk di samping Sheila, menatapnya dengan penuh empati. "Aku tahu ini tidak mudah untukmu," katanya lembut, mencoba menenangkan. "Tapi untuk sementara, kita harus beradaptasi dengan situasi ini. Kita hanya tinggal di sini sebentar, sampai rumah baru kita selesai dibangun."

Sheila menghela napas berat, matanya menatap kosong ke dinding kamar. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa berhenti merasa bahwa aku terus-menerus berada di bawah bayang-bayang Ria. Semua orang selalu memujinya karena kecantikannya dan bagaimana dia selalu mendapatkan perhatian lebih dari ayah dan keluarganya yang kaya. Sementara aku selalu merasa diabaikan dan tidak pernah mendapatkan apa-apa."

Alex menggenggam tangan Sheila dengan lembut. "Aku di sini untukmu, Sheila. Aku tahu bagaimana sulitnya merasakan ketidakadilan seperti itu. Tapi ingat, kita ada di sini untuk membangun masa depan kita sendiri. Kita akan melewati ini bersama."

Sheila menatap Alex dengan penuh terima kasih, meskipun ketidakpuasan masih jelas di wajahnya. "Aku hanya berharap kita bisa segera kembali ke rumah baru kita. Aku tidak tahan terus-menerus merasa seperti ini, dikelilingi oleh semua yang mengingatkanku pada masa lalu yang buruk."

Alex mengangguk dengan pengertian. "Kita akan segera keluar dari sini. Tapi selama kita berada di sini, mari kita coba fokus pada hal-hal positif dan menjaga hubungan kita tetap kuat. Kita bisa mengatasi apa pun selama kita bersama."

Sheila mencoba tersenyum, meskipun senyumnya tampak dipaksakan. "Baiklah. Aku akan mencoba beradaptasi dan tidak terlalu memikirkan masa lalu. Terima kasih telah selalu ada di sampingku, Alex."

Mereka duduk di kamar dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sheila merasa sedikit terhibur oleh dukungan Alex, tetapi rasa ketidaknyamanan dan ketidakpuasan yang mengganggu pikirannya tetap ada. Baginya, rumah ini adalah pengingat yang pahit dari perasaan tidak diterima dan dipandang rendah. Namun, dengan Alex di sampingnya, Sheila berharap dia bisa melewati masa tinggal ini dengan kepala tegak dan akhirnya menemukan kebahagiaan yang selama ini dia cari.

Tbc
Halo semua jangan lupa like & coment agar cerita ini terus berlanjut

Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang