Tak jarang pondok pesantren memiliki beragam sisi gelap yang tak diketahui orang luar, diantaranya kasus pencurian, pengeroyokan, pembullyan, merokok, pacaran. Itu adalah contoh beberapa kasus yang marak terjadi di pesantren, tak heran jika pondok pesantren memiliki peraturan tak tertulis. Peraturan yang menjadi budaya turun temurun, senior membully junior adalah contoh kasus yang anggap saja sebagai lingkaran setan.
Kelas 3 membully kelas 1, ketika kelas 3 tamat atau lulus dari pondok. Kelas 1 naik menjadi kelas 2, masuklah santri baru dan kelas 2 yang mengalami senioritas yang dilakukan oleh kelas 3 yang sudah lulus. Akan melakukan hal yang sama ke santri baru, nah budaya rantai setan seperti inilah yang Baskara ingin putuskan. Dia tak ingin semua adik-adik kelasnya nanti mengalami hal yang sama, seperti yang dialami teman seangkatannya. Yang pada akhirnya membuat santri baru tidak betah dan memutuskan untuk tidak melanjutkan mondok.
"Heran gua, pada awalnya gua mengira pondok pesantren adalah tempat paling damai untuk mencari ilmu. Tapi ternyata gua salah, di manapun pasti selalu ada orang yang melakukan senioritas. Lucu aja, pondok pesantren yang notabene nya orang-orang alim yang ingin memperdalam ilmu agama ternyata bisa juga melakukan hal semacam itu" Baskara menggumam sendiri di lantai dua masjid yang saat itu hanya dia sendiri berada di sana. Baskara selalu melakukan sholat tahajud ketika tengah malam, dia sering bercerita sendiri di sana. Sekedar meringankan beban pikiran di dalam dirinya, entahlah baginya memendam semuanya sendiri adalah hal biasa yang sering dia lakukan.
"Bisa ngga yah gua memutuskan lingkaran setan ini, gua ga mau junior gua nantinya mengalami senioritas yang dialami teman-teman seangkatan gua. Kalo bisa cuma kami aja yang mengalami ini, terkadang gua kasian sama mereka yang dipukulin, disidang sendirian di kamar tengah malam sampe akhirnya muka mereka babak belur akan kesalahan yang mereka lakukan. Gua ga membenarkan orang-orang yang melakukan pencurian atau apapun itu. Tapi disisi lain, emangnya ga ada apa cara lain untuk mengatasi permasalahannya selain disidang dan dipukulin oleh senior-senior" Maraknya kasus pencurian dan lainnya akhir-akhir di pondok, membuat para senior melakukan tindakan yang tak seharusnya. Para santri yang ketahuan melakukan perbuatan itu di bawa ke suatu kamar sendirian untuk diintrogasi, entah apa yang terjadi di kamar saat itu kemungkinan paling buruknya adalah dia yang mencuri atau melakukan perbuatan salah lainnya di hajar oleh para senior yang menginterogasinya.
"Udah banyak banget teman gua yang memutuskan untuk keluar dari pondok karena kasus bullying ini. Mungkin orang luar yang tahu akan kasus bullying yang terjadi di pondok ini bertanya-tanya, kenapa ga lapor sama ustad aja? Kan beres jadinya. Terkadang mereka yang ngga mengalami secara langsung ga akan tahu keadaannya, mereka yang menjadi korban bullying senior pasti diancam untuk tidak mengadu pada orang tua mereka ataupun ustad. Motifnya sama, ketika mereka diancam pasti mereka akan menjadi target utama para senior untuk dihajar. Ironisnya mereka termakan akan ancaman para senior tolol itu, harusnya mereka mengadu bukan hanya diam ketika dibully" Baskara menyesalkan apa yang terjadi kepada teman-temannya yang mengalami pembullyan, bukannya mengadu kepada para ustad mereka hanya memilih diam membisu. Seakan membenarkan perbuatan para senior.
Baskara yang hanya menatap kekosongan di masjid saat itu, merasakan seperti ada banyaknya orang di sana. Tapi nyatanya, hanya dia seorang yang berada di sana. Entahlah, mungkin ini yang dinamakan keramaian dibalik kesunyian. Jam yang sudah menunjukkan pukul 1 malam, membuat mata Baskara menjadi berat. Baskara merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya sebentar, mata yang sudah tertutup membuat Baskara tidak sadar bahwa dia sudah tertidur pulas di lantai masjid yang begitu sejuk. Ketika ia terbangun, ternyata waktu sudah shubuh. Dia beranjak dari tidurnya mengambil wudhu lalu mengumandangkan azan shubuh.
Azan berkumandang...
Satu persatu santri memasuki masjid untuk menunaikan ibadah sholat shubuh secara berjamaah.
Ilham yang baru masuk masjid pun melihat Baskara yang ada di shaf depan, tanpa pikir panjang Ilham langsung menuju Baskara "eh bas!" Tepuk pundak Baskara "kamu yang azan tadi?"
"Iya ham, aku yang azan tadi" jawabnya.
"Kamu tidur di masjid ya? Kok semalam ga ada di kamar kamu bas" tanya Ilham yang tidak melihat Baskara di kamar semalam.
"Aku jam 12 san tadi kebangun, trus sholat tahajud deh. Pas mau balik males, jadi tidur di masjid aja sekalian" sahutnya yang melanjutkan sholawatan menjelang akan mulainya sholat shubuh.
"Oh gitu kirain kamu kemana ga ada di kamar" Ilham pun beranjak sholat sunah 2 rakaat sebelum shubuh.
Baskara yang iseng melihat Dimas yang tertidur di pojokan berniat menjahilinya "Mas bangun udah mau mulai sholatnya"
Dalam keadaan masih setengah sadar dan air liur yang menetes "erghhh sholat ya" Baskara dan orang-orang yang melihat Dimas pun hanya tertawa geli.
"Ah kamu bas iseng aja" Protesnya yang langsung membersihkan liurnya yang menetes.
"Lagian di mana aja bisa tidur kamu tuh mas, inilah yang dinamakan pelor (nempel langsung molor)" Tak berselang lama Gus Hasan pun masuk ke masjid, dan iqomah pun dikumandangkan menandakan sholat shubuh berjamaah akan segera dimulai.
Sembari membaca doa-doa memulai sholat shubuh, Gus Hasan menyuruh semua santri untuk merapatkan shaf sholat. "Rapikan shaf nya!"
Semua santri putra mulai merapikan shaf sholat sampai tak ada cela sedikitpun.
Setelah sholat shubuh dan zikir dilakukan, rutinitas santri seperti biasanya adalah pembacaan Asmaul Husna yang biasa dipimpin oleh anggota OS (organisasi santri).
Setelah pembacaan Asmaul Husna semua santri pergi meninggalkan masjid untuk sarapan pagi di kantin, ada yang langsung mandi dan ada juga yang langsung mengantri makanan ke kantin.
Sesampainya Baskara di asrama, terjadilah keributan antara anak kamar. Dikarenakan ada yang kehilangan uang "anjing ini siapa yang maling duit gua! Kalo ketahuan gua pastiin bakal gua hajar tuh orang" teriak salah satu teman Baskara di kamar kepada semua orang di sana.
Setelah salah satu orang kehilangan uang, yang lainnya juga langsung mengecek apakah uang mereka juga hilang "wahh bangsat, uang gua juga hilang 100 ribu. Nih orang didiemin lama-lama ngelunjak, kalo gini terus bakal kemalingan uang terus kita di sini" teriak Aldo yang kehilangan uangnya juga.
Baskara pun ikut memeriksa semua barangnya di lemari, dan untungnya semua barang dan uang Baskara aman saat itu. Total kehilangan pada pagi itu ada sekitar 5 orang dari kamar Baskara, kemudian di kamar sebelah juga ada kehilangan uang sebanyak 3 orang.
Kasus kehilangan pagi itu langsung menyebar dikalangan senior maupun os (organisasi santri), para senior dan pembimbing kamar berkumpul untuk membuat siasat untuk menjebak maling yang sudah meresahkan para anak-anak di asrama.
Pencurian yang sudah terjadi pagi itu tidak bisa ditoleransi lagi, karena jumlah orang yang kehilangan sudah sangat banyak dalam waktu semalam. Dan hal itu membuat geram para senior dan pembimbing kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA SENJA-TERBIT
RomanceDi tengah kekerasan dan kekacauan dunia geng motor, seorang laki-laki mengemban peran sebagai ketua geng dengan penuh ambisi dan keberanian. Namun di balik sikap kerasnya, terselip sebuah rahasia gelap yang hanya sedikit yang tahu, yaitu penyakit an...