Jam 11 malam semua aktivitas santri pun sudah tidak ada, Amar pun menyuruh adik kelasnya Andri untuk memanggil Bobi ke gazebo. Tempat di mana mereka akan menginterogasinya.
"Ndri coba lu panggil Bobi di kamarnya, suruh ke gazebo. Bilang aja dipanggil Leo penting gitu" Tanpa basa-basi Andri pun langsung berangkat menuju kamar 6 Usman untuk memanggil Bobi.
"Dah gua minta ga ada kekerasan pas interogasi Bobi nanti, biar gimanapun dia anak kamar gua" ujar Imam yang menegaskan agar tidak memakai kekerasan waktu menginterogasi Bobi nanti.
"Lu tenang aja, selagi dia mau ngaku baik-baik gua ga bakal mukul apalagi sampe maen fisik sama dia. Tapi beda cerita kalo dia ga mau mengakui perbuatannya" Amar berusaha untuk meredam emosi di hatinya, ketika Imam masih mencoba untuk membela Bobi yang sudah jelas melakukan kesalahan.
Andri yang sudah berada di depan asrama usman, dia langsung naik tangga menuju aula tengah tepatnya ke kamar 6 Usman. Dia langsung masuk melihat Bobi yang sedang lelap tertidur dan langsung membangunkannya.
"Bob bangun, lu di panggil kak Leo. Penting! Dia lagi di gazebo" sembari menggoyangkan tubuh Bobi agar dia terbangun.
Bobi yang masih setengah bangun mencoba mengembalikan kesadaran nya sembari menggeliatkan badannya "erghh!"
"Woy Bob bangun lu di tunggu kak Leo di gazebo"
Andri masih mencoba terus untuk membangunkan Bobi dari tidurnya, dan Bobi yang masih belum terbangun sepenuhnya langsung bangun dan mengikuti Andri keluar menuju gazebo.
"Kita mau ngapain ndri" tanya Bobi yang sedang berjalan mengucek-ngucek matanya. "Lu dipanggil kak Leo ga tau mau ngapain, disuruh manggil elu suruh ke sana" tanpa banyak bertanya lagi Bobi hanya mengikuti langkah Andri dari belakang.
Di gazebo sudah ada Imam, Leo, Amar, dan Simon yang sedang menunggu Bobi dan Andri. "Ini kak Bobinya, kalo gitu gua cabut dulu yak mau tidur gua dah ngantuk banget"
"Iya makasih ndri!" Jawabnya dengan singkat.
"Duduk bob"
"Iya kak, ada apaan nih manggil gua" tanya Bobi yang lanjut duduk.
"Gua cuma mau nanya kejadian kemarin, tentang anak-anak yang kehilangan uang sama barang-barangnya di lemari. Lu tau ngga siapa yang malingnya" Mata yang mendelik tajam ke arah Bobi, Amar mencoba untuk membuat Bobi mengakui perbuatannya.
"Gua ga tau kak" elaknya dengan rasa khawatir.
"Ga usah ngomong ga tau, udah jujur aja Bob. Gua cuma mau nanya lu tau apa ngga, jangan sampe gua kasih bukti sama saksi yang tau semua kejadian ini. Kalo sampe gua ngelakuin itu, udah beda ceritanya dan gua pastiin lu bakal nerima hal yang ga bisa lu bayangin. Lu dah tau kan banyak orang-orang yang ngelakuin pencurian gini akibatnya apa? Mereka dihajar rame-rame di kamar kosong, dan gua ga mau itu kejadian sama lu" Amar masih mencoba berbaik hati agar Bobi mengakui semua perbuatannya dengan jujur.
Dengan rasa bimbang Bobi terdiam sejenak menundukkan kepalanya, dia dilanda rasa ragu apakah dia harus mengakui perbuatannya atau tidak "Sebenernya gua ngelakuin itu ga serta merta gua pengen nyuri kak, tapi gua benci aja sama mereka yang selalu ngatain Bobi bengek. Gua tau, gua punya sakit asma yang sering kambuh. Tapi ga seharusnya mereka ngatain gua bengek, nafas pendek, gendut. Jujur gua dendam sama mereka, makanya gua curi semua uang dan barang-barang mereka. Gua tau, gua bukan dari orang yang berada. Ibu gua juga udah ga ada, gua cuma mau mencari ilmu di sini sebagai mana mestinya tanpa adanya penindasan, bully, dimusuhin. Gua siap nerima semua konsekuensi yang udah gua lakuin, bila perlu gua juga siap keluar dari pesantren" Mendengarkan alasan Bobi kenapa dia bisa mencuri uang anak-anak asrama membuat keempat senior yang menginterogasinya terharu, sedih, ibah, emosi. Semuanya bercampur aduk menjadi satu, tapi yang namanya pencurian tidak ada dibenarkan apapun alasannya.
"Imam, Leo! Gimana nih, lu kan pembimbing dia. Jujur aja gua ga tau lagi setelah dengerin alasan dia nyuruh ternyata sering ngalamin bully dari temen-temen seangkatannya. Sekarang terserah lu berdua, apapun hukumannya gua setuju aja" Amar menyerahkan hukuman yang pantas untuk Bobi kepada Leo dan Imam selaku pembimbing kamar 6 Usman.
"Sekali lagi maaf kak, gua udah ngecewain lu berdua sebagai pembimbing gua" Dengan rasa menyesal dan air mata yang menetes Bobi meminta maaf atas perbuatannya kepada Leo dan Imam.
"Ya udah Bob angkat kepala lu, gua maklumin perbuatan lu. Tapi lu harus janji jangan pernah mengulangi perbuatan kek gini lagi, nanti gua coba bantu ngomong sama anak-anak yang uangnya dicuri sama lu. Dan gua minta sekarang lu nanti balikin semua uang anak-anak yang udah lu curi" imam mencoba menenangkan Bobi, dia memegang pundaknya seakan-akan berbicara semuanya akan baik-baik saja.
"Lu tenang aja Bob, kakak tau rasanya jadi lu. Menjadi korban bully memang membuat kita dendam, kakak dulu juga ngalamin itu tapi setelah kakak kelas 2 udah ga pernah ngalamin itu lagi. Kakak minta lu habis ini berdoa sama tuhan minta ampun terus lu janji sama diri lu sendiri untuk berubah jadi lebih baik lagi" Imam terus memotivasi Bobi agar berubah menjadi pribadi yang lebih baik, dia merangkul setiap anak-anak yang bermasalah untuk tidak melakukan kesalahannya lagi di masa depan.
"Makasih kak, udah ngertiin posisi gua" Bobi yang tak kuat menahan tangisnya langsung memeluk Imam, dia merasakan seperti mempunyai seorang abang kandung dalam hidupnya. Perlakuan dan bimbingan Imam itulah yang membuat anak-anak kamar 6 Usman sangat menyukai dan menyayanginya. Tak jarang setiap anak-anak mendapatkan makanan dari kedatangan walinya setiap bulan, mereka menyisihkan sedikit makanannya untuk dibagi kepada Imam dan Leo.
"Dah serahin aja masalah ini sama kita Mon, Mar! Gua janji semua uang anak-anak yang dicuri Bobi dikembalikan" Amar dan Simon hanya mengagungkan kepala, lalu mereka pamit undur diri kembali ke kamar dan menyerahkan semuanya kepada Leo dan Imam.
"Ya udah kalo gitu kita pamit, assalamualaikum"
"Wa'alaikumusalam"
Simon dan Amar meninggalkan gazebo dan kembali menuju kamarnya, lalu Imam dan Leo pun mengajak Bobi untuk kembali juga ke asrama. Dan melanjutkan tidur dikarenakan waktu saat itu sudah hampir jam 12 malam.
"Ya udah Bob lanjut besok aja, mending kita balik aja ke kamar. Lu tenang aja, kakak janji semuanya bakal baik-baik aja. Kita berdua ada di samping lu, jadi jangan terlalu jadi beban buat pikiran lu, oke"
Bobi sedikit tenang setelah mendengarkan apa yang Imam barusan katakan, dia lega dengan adanya mereka yang di sampingnya. Setidaknya dia mempunyai orang untuk berlindung dari amarah dari setiap orang yang dia curi uangnya.
"Makasih banyak kak, gua ga tau lagi harus dengan apa gua balas perbuatan kalian berdua sama gua" Mereka bertiga terus berjalan lurus mengarah ke asrama, tak henti-hentinya Leo merangkul Bobi untuk membuat suasana hatinya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA SENJA-TERBIT
RomanceDi tengah kekerasan dan kekacauan dunia geng motor, seorang laki-laki mengemban peran sebagai ketua geng dengan penuh ambisi dan keberanian. Namun di balik sikap kerasnya, terselip sebuah rahasia gelap yang hanya sedikit yang tahu, yaitu penyakit an...