15

572 46 4
                                    

Typo berterbangan‼️




HAPPY READING!!!!
°
°
°

"Vellyne dimana bang?" tanya Angelia.

"Masih tidur" jawab Arsen dengan enteng.

~~~

"Gue keatas dulu, mau bangunin Vellyne. Tia, lo tunggu aja dulu disini"

Saat hendak melangkah, seorang gadis yang memakai piyama bermotif Barbie menuruni tangga dengan wajah bantal dan mata terpejam yang sedikit terbuka.

Semua orang disana ada yang ingin tertawa dan ada yang merasa gemas melihat Vellyne memakai baju bermotif seperti itu.

"Vellyne yang selalu cuek bebek ternyata suka pake baju barbie HAHAHA" Revan tidak bisa menahan mulutnya untuk tertawa.

Vellyne melihat kearah suara, dan berusaha melihat dengan jelas. Namun, matanya seolah tidak mau terbuka sempurna.

Dengan langkah gontai, Vellyne mendekati sekumpulan anak remaja disana.

"Vell, lo baru bangun? ah, lo mah, katanya mau jalan-jalan" cemberut Chintia.

"Kapan-kapan aja ya, ngantuk, gue tidur jam 4 karna baca novel yang lo rekomendasiin" Vellyne menduduki salah satu sofa yang masih kosong. Ia tidak menyadari bahwa seseorang di sampingnya adalah, Xavier.

"Terus gimana dong, kita udah siap-siap" jujur, Chintia ingin menangis kejer saat ini.

"Main di rumah gue aja, bebas lo mau ngapain dah. Gue ngantuk banget sumpah, mata gue gak bisa kebuka"

Chintia kembali bersemangat, boleh melakukan apa saja kan? dia akan memakai masker wajah milik Vellyne yang sedari dulu ia dambakan.

"Lo berdua kagak pegel berdiri mulu? duduk napa, mata gue pegel liatnya" celetuk Bagas.

Kemudian Angelia duduk di sebelah Andika dan Chintia di samping Bagas.

Kenan melihat Angelia yang tidak duduk di sampingnya merasa heran. Tidak biasanya gadis itu duduk di samping pemuda lain, biasanya Angelia akan terus menempel pada dirinya.

Harusnya ia merasa senang karna Angelia tidak lagi mendekatinya beberapa hari ini, namun, entah mengapa ada yang mengganjal pada hatinya.

"Ini siapa? aduhh, gue kayak orang buta aja anjing" Vellyne meraba-raba wajah tampan Xavier.

"Itu Xavier, vell" ujar Arsen.

Vellyne diam seketika. Ia menguap, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka.

"Ohh, gue pinjem bahu lo bentar ya. Gue pengen tidur, sebentar doang, sumpah"

Tangan kekar Xavier dengan perlahan menuntun kepala Vellyne untuk bersandar pada bahu kokoh miliknya.

Tangannya mengelus-ngelus kepala gadisnya. Hangat dan nyaman, itu yang di rasakan Vellyne.

Kejadian itu membuat beberapa orang disana menggigit jarinya dengan gemas, menyisakan dua gadis yang menatap tak suka pada Vellyne.

'Harusnya lo mati, Vellyne' ucap salah satunya secara batin.

Xavier mati-matian untuk tidak tersenyum lebar. Perutnya seperti tergelitik sesuatu, aliran darahnya berubah menjadi hangat.

Sedangkan Arsen, dia tersenyum geli saat melihat Xavier yang berusaha menyembunyikan senyumannya.

"Mendingan Vellyne di pindahin aja ke kamar deh, biar tidurnya gak keganggu" ujar Angelia.

Aku Bukan Vellyne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang