16

406 25 2
                                    

Typo berterbangan‼️




HAPPY READING GUYS!!
°
°
°

Mentari sudah menyambut sebagian penghuni bumi sejak tadi. Senyuman manis tercetak jelas pada seorang pemuda yang selalu menampilkan wajah datar. Sepertinya suasana hatinya begitu senang sekarang.

Setelah siap mengemasi apa yang ia butuhkan, kakinya melangkah dengan langkah lebar agar lebih cepat sampai pada mobil hitam gagah miliknya yang masih terparkir di garasi.

Saat sampai di ambang pintu, Langkahnya terhenti ketika sebuah suara menyerukan namanya. "Xavier" pria paruh baya berjalan mendekat ke arah Xavier, senyuman tulus ia salurkan kepada cucu satu-satunya itu.

"Kamu kelihatannya sangat bahagia dan terburu-buru, sampai-sampai kamu lupa untuk pamit kepada kakek"

"Maaf kek Xavier lupa"

"Hahah tidak apa-apa err, jadi, apa yang membuat cucu-ku yang selalu datar ini terlihat sangat bahagia"

"Tunggu, biar kakek tebak, pasti senyuman mu pagi ini tidak jauh bersangkutan dengan gadis pujaan mu, benar?"

Pemuda itu terlihat salah tingkah saat mendengar pernyataan sang kakek yang sialnya tepat. Suara tawa Theo menggema di ruangan besar ini, sedangkan Xavier, pipinya sudah merah merona.

Baru pertama kali Theo melihat cucunya seperti itu. Seperti keberadaan putri Abimana sangat berpengaruh besar dalam kehidupan Xavier.

"Sudah kek, malu banyak maid yang melihat"

Kakek tua itu berhenti tertawa. Ah, sudah lama ia tidak tertawa selepas ini. Hatinya terharu, tak terasa cucunya sudah besar sekarang.

"Apakah kau sudah sarapan err? jangan membiarkan perutmu kosong sebelum beraktivitas" Xavier menggeleng, ia terlalu bersemangat sehingga melupakan sarapan pagi ini.

"Mari sarapan dahulu, baru setelah itu kau boleh berangkat" ajak Theo.

"Baiklah"

Laki-laki berbeda usia itu kini berjalan beriringan menuju meja makan yang sudah tersedia beberapa hidangan untuk sarapan.

Theo mendudukkan dirinya pada kursi yang berada di hadapan Xavier sehingga posisi meraka saat ini saling berhadapan.

"Bagaimana hubungan antara kau dengan putri Arga, ah siapa namanya kakek lupa"

"Vellyne"

"Ah benar, jadi, bagaimana kabar hubungan-mu dengan Vellyne?"

"Ada perkembangan, akhirnya dia bisa menerima kehadiran-ku di hidupnya" saat Theo akan kembali membuka suara, cucunya terlebih dahulu berucap.

"Jangan tanyakan apa-apa lagi, makanlah sebelum dingin, kakek harus banyak istirahat setelah ini"

Theo kembali bungkam, memang susah mengajak cucunya ini untuk mengobrol panjang. Tapi tak apa, hatinya lega setelah mendengar penuturan pemuda dihadapannya ini.

.

Sarapan telah selesai, Xavier sudah berpamitan kepada Theo. Pemuda SMA itu kini tengah mengendarai mobil hitam miliknya. Kendaraan beroda empat itu berhenti pada pekarangan mansion calon mertuanya.

"Selamat datang tuan muda" semua bodyguard disana membungkuk hormat.

Xavier hanya menatap sekilas dan mengangguk, lalu melangkahkan kakinya memasuki teras mansion. Tak lupa dirinya memencet bel rumah terlebih dahulu, salah satu maid membukakan pintu dan mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Aku Bukan Vellyne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang