Salah Paham [2]

490 37 0
                                    

Heeseung mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan jaeyun. Waktu itu heeseung sedang mampir ke cafe dekat kantornya, niat hati ingin menyegarkan mata dengan segelas kopi namun yang ia dapati malah pekikan dari dua orang yang bertabrakan.

Heeseung mencoba tak peduli karena jujur saya kepalanya nyaris pecah karena keharusan bekerja lembur yang ia lakukan selama satu Minggu full.

Heeseung berjalan menuju tempat pemesanan namun matanya tidak sengaja melihat baju seorang yang terkena tumpahan minuman. Heeseung menggeleng pelan karena demi apapun ia lelaki normal dan salah satu wanita yang bertabrakan terkena tumpahan kopi yang membuat kemeja putih miliknya menerawang.

Heeseung mencoba abai tapi setelah pesannya selesai heeseung melihat gadis yang terkena tumpahan kopi itu sedang membersihkan kemeja yang ia pakai di depan kafe.

Heeseung melepaskan kemeja biru muda miliknya lalu menyodorkannya kepada sang gadis.

"Sorry, kemeja kamu nerawang pakai punyaku aja."

Jaeyun menatap lelaki didepannya kaget, "oh, ngga usah nanti kamu cuma kosan doang" tolaknya halus

Heeseung menggeleng, meyakinkan jaeyun kalau dirinya tidak apa-apa hanya mengenakan kaos polos berwarna abu-abu.

Jaeyun menerima kemeja heeseung sebelum mengucapkan terimakasih jaeyun lebih dulu meminta nomor ponsel heeseung untuk mengembalikan kemeja heeseung.




Heeseung menatap ruang chat dirinya dan jaeyun yang hanya berisi delapan bubble dengan nanar. Katakanlah heeseung sangat bodoh karena hanya melihat senyum jaeyun saat mengucapkan terimakasih dapat membuatnya jatuh cinta. Kejadian tiga bulan lalu membuat heeseung mengenal jaeyun dan baru sadar bahwa mereka bekerja di gedung yang sama.

Mulailah heeseung mencari tau siapa jaeyun, ternyata jaeyun merupakan anak pindahan dari kantor cabang dan langsung menjadi primadona karena konon katanya jaeyun masih single, mengirim coklat saat hari valentine dua bulan yang lalu merupakan salah satu langkah awal heeseung berharap jaeyun akan mengenali coklat dari dirinya namun harapan itu pupus karena setelah dua bulan jaeyun mulai terlihat dekat dengan sunghoon, salah satu manajer di kantor.

Desas desus hubungan keduanya jelas langsung menyebar, heeseung yang memang suka kedamaian memilih mengagumi jaeyun dalam diam karena tidak ingin merusak hubungan orang.










Heeseung berjalan keluar dari rumahnya sendirian. Malam Minggu seperti ini sudah pasti jungwon sedang menempeli Jay. Heeseung sebenarnya merasa kasihan dengan Jay karena didekati oleh gadis sebrutal jungwon. Heeseung awalnya meminta maaf atas sikap jungwon kepada temannya yang terkesan sangat ugal-ugalan menunjukkan ketertarikan kepada Jay tapi Jay merasa tidak keberatan.

"Aku seperti memiliki seorang adik"

Heeseung masih ingat jawaban jaya kala itu, menjadi anak tunggal cukup membuat jay kesepian rupanya.

Heeseung selesai dengan barang belanjaannya dan hendak membuka pintu minimarket, dirinya hendak keluar namun di kagetkan dengan sosok yang menempelkan wajahnya tepat pada pintu yang akan heeseung buka.

"Ka heeseung!"

Heeseung terkesiap, "jaeyun!"























Heeseung mendudukkan jaeyun yang setengah merengek di kursi yang di sediakan mini market. Sosok gadis didepannya kini hanya tersenyum, hidung mancung jaeyun merah. Heeseung merasa lega karena jaeyun memakai hoodie di malam yang sedikit dingin ini.

Jaeyun menatap heeseung yang berpindah duduk disampingnya, keduanya kini terpisah meja.

"Ka heeseung ganteng deh!" Kata jaeyun.

Si gadis kini menumpukan wajahnya menggunakan kedua tangan sambil menatap heeseung. Heeseung yang mendengarnya hanya terkekeh dan mengucapkan terimakasih.

"Jaeyun, kamu kenapa bisa sampai sini?" Tanya heeseung

"Dekat! Rumahku kesana, woosh, lurus" jawab jaeyun

Heeseung terkekeh karena jawaban jaeyun. Fakta baru yang heeseung dapat adalah ia dan jaeyun masih dalam satu komplek perumahan yang sama.

"Lalu kenapa bisa mabuk?" Tanya heeseung lagi.


"Bosan" jawab jaeyun lalu memandang heeseung sengit, "ka heeseung pacarnya jungwon ya?" Tanya jaeyun lesu.

Belum sempat heeseung menjawab jaeyun sudah menangis keras membuat heeseung kelabakan karena orang-orang sekitar mulai menaruh perhatian kepada mereka.

"Kan harusnya hiks jaeyun yang jadi sama heeseung hiks jungwon bukan! Kenapa ka heeseung sama jungwon! Hiks kenapa ngga sama jaeyun aja!"

Heeseung panik lalu mendekati jaeyun yang masih terus merancau sambil menangis. Mendapati heeseung yang berjongkok di depannya jaeyun malah menangis semakin keras sambil memukul kecil lengan heeseung yang sedang mencoba menghapus air matanya.

"Jahat! Jahat! Jahat! Heeseung jahat! Heeseung harus putus sama jungwon pokonya! Heeseung harus sama jaeyun! Brarti jaeyun juga jahat!"

"Jaeyun sudah ya, malu dilihat orang cantik" heeseung mencoba menenangkan jaeyun.

Jaeyun menggeleng, "heeseung harus jadi pacar jaeyun dulu!" Ancamnya

Heeseung mengangguk, "iya iya heeseung pacarnya jaeyun!"

Jaeyun kaget karena sangat mundah mendapatkan heeseung, fikirnya. Jaeyun berhenti menangis lalu mengusap air matanya sembarangan.

"Heeseung pacar jaeyun mulai sekarang?" Tanya jaeyun

Heeseung kurang yakin apakah jaeyun bersungguh-sungguh atau hanya efek mabuk saja namun dengan ragu-ragu heeseung mengangguk membuat jaeyun tersenyum cerah. Jaeyun dengan tiba-tiba mengecup bibir heeseung membuat yang lebih tua kaget.

"Ups! Ciuman!" Kata jaeyun sambil terkekeh.

Heeseung mau tak mau ikut terkekeh karena demi apapun jaeyun sangat menggemaskan sekarang. Terbawa suasana heeseung berniat ingin mengecup bibir jaeyun namun tiba-tiba








"Hoek!"

GalleryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang