Reply [1]

311 25 0
                                    

Jaeyun mengerjap pelan merasakan tubuhnya terdorong-dorong kecil, menatap langit kamar dengan gamang lalu menoleh mendapati manusia kecil sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Mama ayo bangun!" Seru si anak dengan ceria

Jaeyun bangun dan mendudukkan diri berusaha mengumpulkan puing-puing nyawa miliknya yang belum sepenuhnya berkumpul.

"Sena..." Panggil jaeyun

"Aku aku akuu!" Seru gadis dengan antusias

"Mama ayo bangun, kita bisa telat menemui ibu! Kata mama ibu galak, nanti mama di omelin ibu loh!"

Jaeyun mengangguk menanggapi omongan anak kecil berusia 5 lima tahun itu. Jaeyun melihat gadis kecil itu tersenyum, rambut yang di kepang dua dengan posisi kanan kiri yang sedikit kurang sejajar tapi Sena tetap terlihat manis dengan pakaian pink yang jaeyun belikan saat sena berulang tahun yang kelima dua bulan lalu.

Wajah bulat dengan pipi tembam itu tersenyum menampilkan gummy smile yang membuat jaeyun merasa selalu kembali ke masa lalu, Sena sangat mirip dengan seseorang yang selalu jaeyun rindukan.

"Mama...." Rengek Sena

"Sebentar sayang mama masih mengantuk, 5 menit lagi ya." Tawar jaeyun

Sena menggeleng, kedua tangannya terlipat didepan dada, air muka Sena dibuat segalak mungkin namun sebenarnya gagal karena yang jaeyun dapati adalah wajah menggemaskan Sena.

"Mama pasti semalam mabuk lagi ya jadi masih mengantuk,"

Kesadaran jaeyun langsung terkumpul mendengar penuturan Sena. Jaeyun bersumpah ia selalu mabuk setelah memastikan Sena Sush tertidur dan akan menghilangkan semua hal yang akan menimbulkan pertanyaan Sena lalu darimana si kecil tau bahwa jaeyun semalam mabuk.

"Sena..." Panggil jaeyun, "minta paman Niki menyalakan televisi ya, mama akan bersiap sebentar." Ucap jaeyun

Sena mengangguk senang, baginya mendapat screen time dari mamanya merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan mengingat jaeyun sangat ketat mengenai hal itu. Sena berlari keluar kamar jaeyun sambil berteriak, "Paman Niki! Nyalakan televisi!"

"Tidak mau!" Jawab Niki

"MAMA JAEYUN!" Teriak Sena

"Iya.. iya akan paman hidupkan, dasar tukang ngadu."

Jaeyun hanya menggeleng mendengar perdebatan anak dan adiknya, ia lekas berjalan ke kamar mandi untuk bersiap.













Jaeyun dan Sena meletakan bunga dirak yang berisi foto seorang yang tengah tersenyum cantik dengan rambut hitam panjangnya. Keduanya memberikan penghormatan dan berdoa, semuanya dilakukan dalam keheningan. Saat jaeyun hendak mengajak Sena untuk pulang tangannya tertahan.

"Kenapa sayang?" Tanya jaeyun kepada Sena

"Mama, boleh Sena berbicara berdua bersama ibu?" Tanya Sena

Jaeyun mengangguk, "boleh..."

"Mama pergi ke toilet sebentar ya, Sena tunggu mama disini, jangan pergi kemana-mana sebelum mama datang...."

"Jangan mau ikut dengan orang asing, "potong Sena, "oke mama, Sena mengerti."

Jaeyun tersenyum lalu mengecup pipi gembul Sena bergantian sebelum meninggalkan gadis kecil itu sendirian.


Sena yang melihat jaeyun sudah menghilang di balik rak-rak pemakaman kembali fokus kepada sang ibu. Ditatapnya lekat-lekat sosok yang masih tersenyum itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu..." Ucap Sena, "Sena kangen"

"Kenapa ibu ngga pernah temui Sena? Sena nakal ya ibu?"

"Kata mama, ibu sudah di surga tapi kenapa tidak pernah pulang? Ibu ngga sayang Sena ya?"

"Sena sayang mama jaeyun tapi Sena juga mau ketemu ibu." Ucapnya lesu

"Ibu tau ngga?" Ucap Sena sedikit terisak, "Sena ngga suka sekolah!"

"Sena ngga mau sekolah ibu, teman-teman Sena semuanya jahat" isakan Sena mulai menjadi-jadi, "rambut Sena di tarik ibu sama Jayden, buku Sena dirobek sama Hana! Sena ngga mau sekolah..."

Sena mengusap air matanya, tangan mungil itu menyibak bajunya yang menunjukkan perut kecil miliknya yang sedikit membiru, "kemarin...kemarin Sena didorong ibu, perut Sena sakit."

Jaeyun sedikit memekik mendengar semua ucapan Sena. Jaeyun tidak benar-benar meninggalkan Sena, ia fikir Sena butuh waktu sendiri bersama ibunya itulah mengapa jaeyun meninggalkan Sena dan  jaeyun berdiri di balik rak pemakaman.

Jaeyun ikut menangis mendengarkan semua perkataan Sena. Sena memang bukan anak kandungnya namun jaeyun bersumpah sangat menyayangi Sena. Jaeyun merawat Sena dengan sepenuh hati karena sendari lahir ibunya sudah meninggalkan Sena sedangkan ayah Sena, jaeyun tidak ingin membahasnya.

Sesibuk apapun jaeyun bekerja ia selalu meluangkan waktu untuk bermain bersama Sena, membelikan Sena mainan, mengajaknya jalan-jalan. Namun akhir-akhir ini jaeyun sering mendapati Sena melamun sendirian dan memang sedikit pendiam semenjak memasuki taman kanak-kanak. Jaeyun sempat mengajak Sena berbicara namun Sena selalu berdalih hanya lelah, jaeyun tidak menyangka bahwa gadis kecilnya menyimpan banyak luka.




Jaeyun mengirimkan pesan kepada kepala sekolah taman kanak-kanak tempat Sena bersekolah. Sudah jaeyun putuskan, Sena akan pindah ke sekolah baru dan akan jaeyun pastikan Sena tidak akan dirundung lagi.

Jaeyun mengelus pelan rambut Sena yang sedang tertidur di samping jaeyun, sepulang dari pemakaman Sena sedikit manja dan malam ini merengek untuk tidur bersama sang mama. Pikirannya melayang kembali saat dirinya berpura-pura kembali dari toilet. Sena tersenyum manis kepadanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Jaeyun tentu merasa sangat bersalah kepada sang anak karena membiarkan Sena memendam semua masalahnya bahkan Sena masih sempat memasang wajah riang saat makan malam.

"Sayang maafin mama."

Jaeyun memeluk sena erat, mengecup rambut Sena menyalurkan rasa sayangnya. Lagi-lagi ingatan jaeyun kembali ke masa-masa dirinya masih seorang mahasiswa, dimana dirinya sangat menikmati masa muda, berpesta, berbelanja dan bermain bersama teman-temannya.

Ia merasa masa itu sangat berbahagia dimana tawanya sering lepas tanpa beban sedikit pun walau nyatanya tugas-tugas kuliah menumpuk berbaris berurutan untuk dikerjakan setidaknya dirinya masih bisa berbicara dan bersenda gurau dengan teman-temannya.

Jaeyun mengernyit karena ingatan yang menyebalkan ikut berputar, masa dimana jaeyun sangat muak, frustasi, marah namun juga sedih. Masa-masa dimana ibu Sena menangis karena mengandung Sena disaat mereka masih mahasiswi, jaeyun tidak akan pernah lupa bagaimana sakitnya hati jaeyun saat ibu Sena menangis karena ayah Sena pergi begitu saja. Meninggalkan ibu Sena dengan jahatnya hingga ibu Sena mengalami depresi dan pendarahan hebat saat melahirkan Sena hingga akhirnya meninggal.

Andai jaeyun bisa memutar waktu, ia harap ibu Sena tidak pernah mengenal lelaki sialan itu. Andai jaeyun bisa memutar waktu, ia harap Sena akan mendapatkan keluarga yang lebih utuh. Andai saja jaeyun....

Jaeyun terkekeh karena bagaimanapun itu hanya khayalannya semata, jaeyun memiliki memeluk sena dengan erat sembari menutup matanya.


"Sunoo kenapa kamu dan Sena sangat mirip, kalian benar-benar ibu dan anak ya." gumamnya sebelum tertidur.

GalleryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang