Bestfriend [3]

242 20 2
                                    

Heeseung mengendarai mobil miliknya dengan hati yang masih panas, perkataan Jay masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ponsel miliknya yang sendari tadi berdering ia biarkan saja, panggilan dari sang mama tidak heeseung angkat. Fikirannya hanya tertuju pada jaeyun.

Heeseung menghentikan mobil miliknya di parkiran agensi jaeyun. Jaeyun yang sendari tadi memang menunggu heeseung berjalan menuju mobil si pria Lee. Senyum jaeyun merekah saat mengucapkan sapa yang tak mendapat jawaban dari heeseung.

Mobil milik heeseung melaju keluar parkiran agensi jaeyun. Jaeyun sendiri belum menyadari raut heeseung yang sendari tadi mengeras, ia masih sibuk berbalas pesan dengan Niki. Adiknya. Sambil sesekali bersenandung. Suasana hati jaeyun sedang sangat baik.

"Kau terlihat sangat senang" heeseung bersuara.

Jaeyun mengangguk antusias, "aku senang sekali ka!" Kata si gadis, "akhirnya aku bisa istirahat selama sebulan full tanpa schedule. Ah! Senangnya! Aku ingin ke jepang rasanya! " Ucap si gadis.

Melihat jaeyun yang tersenyum cerita membuat hati heeseung sedikit panas. Heeseung mengira salah satu hal yang membuat mood jaeyun sangat baik juga karena pertemuan nanti malam dengan pria jepang. Mengingat itu heeseung merasa makin panas. Ia tak rela adiknya akan meninggalkannya.

"Oh mama ka heeseung menelepon!" Jaeyun mengangkat panggilan dari ibu heeseung.

" Hai mama, ini jaeyun. Ka heeseung sedang menyetir" sapa jaeyun

Mama heeseung mengatakan kalimat yang sedikit panjang yang jaeyun tanggapi dengan anggukan dan oke sebelum panggilan di tutup. Menaruh kembali ponsel milik heeseung lalu melihat heeseung yang sedang menyetir.

Sepertinya jaeyun melupakan sesuatu, jaeyun sedikit mendekatkan wajahnya ke arah heeseung lalu mengecup pipi heeseung singkat. Hal yang biasa jaeyun lakukan namun hari ini karena terlalu senang ia jadi lupa sedangkan yang menerima kecupan melirik jaeyun yang kini masih menatapnya.

"Jaeyun tadi lupa" kata si gadis.

Heeseung tak menanggapi, jaeyun merasa heeseung marah pun memeluk lengan heeseung dan menyandarkan kepalanya kepada heeseung, "kakak jangan marah, jaeyun kan lupa" bujuknya

" kata mama nanti ka heeseung diundang ke rumahku untuk makan malam loh nanti aku akan kenal...."

Belum sempat jaeyun menyelesaikan perkataannya heeseung menginjak rem secara tiba-tiba membuat jaeyun terkejut, untung saja jaeyun memiliki reflek yang bagus.

"Demi tuhan!" Jaeyun kaget.

Gadis shim itu menatap heeseung yang ternyata juga sedang menatapnya dingin, "ka heeseung kenapa si!"

"Kalo Kaka cape biar aku yang menyetir, demi tuhan jaeyun masih ingin hidup!"

"Apa sebegitu membahagiakan hari ini?" Bukannya menjawab pertanyaan jaeyun, heeseung malah bertanya balik kepada jaeyun.

"Apa kau sangat bahagia karena perjodohan nanti malam!" Nada heeseung makin meninggi.

Jaeyun menatap heeseung, "tentu!"

Maka meledaklah heeseung, menginjak gas kembali melakukan mobil dengan kecepatan tinggi. Jaeyun menangis histeris, jiwanya melayang. Tidak pernah heeseung semarah ini. Jaeyun berteriak meminta heeseung berhenti namun heeseung seperti tuli. Jaeyun menangis.

"Demi tuhan! Apa yang salah denganmu lee heeseung!"

Heeseung yang mendengar jaeyun tangisan jaeyun makin keras memelankan laju mobilnya. Jaeyun tertunduk, heeseung kembali menepikan mobil miliknya.

Heeseung lepas kendali, menatap jaeyun yang masih menangis membuat hati heeseung ikut menyendu. Heeseung tahu betul bahwa jaeyun memiliki trauma akan kecepatan mobil.

"Jaeyun, maaf" ucap heeseung lirih.

Jaeyun masih terus menangis. Heeseung mengelus rambut jaeyun sambil terus mengucapkan kata maaf tanpa henti. Membawa gadis yang masih menangis itu ke pangkuannya, menghapus air mata jaeyun yang masih mengalir deras.

"Jaeyun takut," lirihnya, "jaeyun takut ka heeseung!" Jaeyun berkata lalu kembali menangis, kejadian saat dirinya kecelakaan kembali terulang. Heeseung merasa sangat bersalah.

Heeseung membawa heeseung kepelukannya sambil terus meminta maaf. Mungkin ini akhirnya, mungkin heeseung memang harus melepas sahabatnya untuk lebih bahagia dengan calon pilihan ayahnya. Walau heeseung merasa hatinya sakit tapi ia tidak ingin egois.

"Jaeyun" panggil heeseung lembut.

Jaeyun yang merasa dipanggil menjauhkan tubuhnya dari pelukan heeseung. Menatap heeseung yang kini melembut.

"Apa ada orang yang kamu sukai?" Tanya heeseung, "apa kamu suka dengan pria Jepang yang akan datang saat makan malam nanti?"

Jaeyun menatap mata heeseung, membuat jaeyun tersipu. Dengan malu-malu jaeyun mengangguk, "iya"

Heeseung terkekeh sendu jadi dirinya memang harus menjaga jaeyun sampai sini saja.

Jaeyun bertanya balik, "ka heeseung sendiri, apa ada seseorang yang ka heeseung suka?"

Heeseung merapikan helaian rambut jaeyun, menatap jaeyun yang masih terlihat cantik dengan mata sembab serta bibir dan hidang yang memerah.

Gelengan dari heeseung membuat jaeyun sedih, "aku masih terlalu muda untuk jatuh cinta" jawabnya.

"Ka heeseung sudah 30 tahun, muda dari mananya?" Cibir jaeyun.

Heeseung terkekeh karena cibiran jaeyun. Heeseung hendak mendudukkan jaeyun kembali ke kursinya namun jaeyun menolak dengan cara memeluk heeseung.

"Mau seperti ini saja sampai rumah" manja jaeyun, "aku kan sangat jarang bermanja-manja ke kakak"


Heeseung menuruti jaeyun, mobil miliknya melaju dengan jaeyun yang tertidur dipangkuannya. Lihatlah, betapa lucunya adik kecil heeseung ini.

GalleryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang