BAGIAN 12

10.4K 730 21
                                    

Tak~ Tak~ Tak~

Suara langkah kaki pelan terdengar dari arah tangga, membuat Zeiser dan keluarganya sontak menoleh ke sumber suara. "Eoh, ada tamu rupanya," kata Abecca sambil menuruni anak tangga.

Nanaza yang pertama kali sadar akan keberadaan Abecca pun tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nanaza yang pertama kali sadar akan keberadaan Abecca pun tersenyum manis. Ia berniat untuk berlari kearah Abecca dan memeluk Abecca. Namun, niat Nanaza gagal karena adanya Alucca.

"Ck, ternyata Tante Abecca lagi sama anak bau bawang itu," gumam Nanaza pelan, agar tidak ada satu orang pun yang mendengar jika sebenarnya Nanaza tidak pernah suka dengan Alucca.

"Abecca, Kakak kangen banget sama kamu," kata Lezora dengan tersenyum hangat kearah Abecca. Sorot matanya yang penuh kerinduan, tidak membuat Abecca luluh dan menerimanya kembali.

"Ada urusan apa kalian kemari? Jika tidak penting, kalian bisa pergi dari sini. Terutama dia." Abecca menatap Nanaza tajam. Sedari awal, Abecca memang tidak suka dengan keberadaan Nanaza.

Selain karena memiliki banyak muka, Abecca juga tau jika Nanaza tidaklah sepolos yang keluarga kakaknya pikir. Maka dari itu, Abecca sangat menentang keberadaan Nanaza di keluarga besarnya.

"Abecca, mau bagaimana pun Nanaza ini anak Kakak. Kamu nggak boleh bicara seperti itu," kata Lezora sambil memeluk Nanaza yang terlihat sedih dan kecewa setelah mendengar perkataan Abecca.

"Cih, anak Kakak bilang? Dia aja nggak ada hubungan darah sama keluarga Kakak. Gimana bisa dia jadi anak Kakak?" ujar Abecca sinis, membuat Lezora sedikit tertohok mendengarnya.

"Abecca, stop. Kami kesini bukan untuk mencari keributan. Kami hanya ingin menjenguk Alucca," kata Zeiser to the poin tentang tujuannya berkunjung ke Mansion utama keluarga Roozer.

"Oh, ya?" Abecca menatap Zeiser remeh, lalu melirik sekilas kearah Alucca yang ternyata sedang menatapnya dengan penuh penasaran akan sosok Zeiser, Lezora, Nanaza, Zelian dan Seanza.

"Siapa?" tanya Alucca pelan. Abecca menggelengkan kepalanya. "Bukan siapa-siapa, tidak penting untukmu," jawab Abecca dengan tersenyum manis hingga membuat Nanaza cemburu.

"Ck, harusnya yang dapet senyuman dari Tante Abecca itu aku, bukan anak bau bawang itu!" batin Nanaza kesal. Tanpa Nanaza sadari, Abecca sudah melihat semua gerak-gerik wajahnya sejak tadi.

"Cih, ppb," ujar Abecca pelan, namun masih bisa di dengar oleh Alucca yang memang sedari tadi menajamkan telinga untuk bisa mendengar obrolan yang terjadi diantara mereka semua.

"Tunggu, deh. Kok aku ngelasa ada yang aneh, ya? Apa mungkin-" Alucca segera menolehkan kepalanya kearah keluarga Zeiser yang kini terlihat diam saat melihat wajah Alucca yang terkejut.

"Sial...meleka 'kan kelualga tolol itu?! Kenapa meleka bisa ada disini?!" batin Alucca terkejut. Hanya dengan visualnya saja, Alucca langsung sadar jika mereka adalah keluarga dari antagonis wanita.

"Shit...belalti anak ingusan yang lagi liatin aku itu...Nanas busuk?!" lanjut Alucca sambil menatap Nanaza yang juga sedang menatapnya. Mereka sama-sama melayangkan tatapan tajam dan kesal.

***

Xavera turun dari dalam taksi setelah sampai di depan gerbang Mansion yang besar dan tinggi. "Ini uangnya, Pak. Buat kembaliannya, Bapak ambil aja," ucap Xavera yang kemudian berjalan pergi.

Supir taksi yang mendengar ucapan Xavera pun mengernyitkan dahinya. Ia menatap kepergian Xavera dengan heran. "Anak itu sehat 'kan? Uang Kembalian? Ini aja uangnya kurang seribu."

Setelah mengantar Xavera ke tempat tujuan, supir taksi itu pun segera pergi dari sana. Ia tidak terlalu peduli dengan uang kekurangan Xavera karena uang seribu tidak terlalu penting untuknya.

"Kenapa disini sepi, ya? Nggak kayak biasanya," gumam Xavera heran saat melihat suasana Mansion Roozer yang terada sepi dan sunyi, jauh berbeda dari suasana Mansion Roozer yang biasanya.

Ceklek~

Xavera membuka pintu utama Mansion dengan pelan. Kepalanya menyembul ke dalam untuk memeriksa keadaan. Ternyata, tidak ada satu orang pun di sana, membuat Xavera semakin heran.

"Sumpah, ini beneran Mansion Tante Abecca 'kan? Aku nggak salah alamat 'kan?" tanya Xavera entah para siapa. Yang pasti, Xavera benar-benar dibuat bingung sekarang dengan suasananya.

PYAR!

Suara pecahan kaca tiba-tiba terdengan, membuat Xavera sontak menolehkan kepalanya ke sumber suara yang ternyata berasal dari salah satu ruangan di Mansion Roozer yaitu ruang keluarga.

"Oh, apa mereka ada disana? Aku jadi penasaran." Xavera pun memiliki untuk pergi ke ruang keluarga. Ia penasaran dengan apa yang terjadi disana sampai ada suara pecahan kaca yang terdengar.

"Bisakah kau berhati-hati? Ini Mansion keluarga saya, bukan Mansion keluarga Meloozer. Jika kau disini hanya untuk merusuh, lebih baik kau pergi dari sini," kata Abecca dengan tegas dan tajam.

Xavera yang mengintip kejadian itu dari balik dinding yang membatasi ruang depan dengan ruang tengah pun hanya bisa terpukau. Jarang sekali ia melihat Nanas busuk dimarahi seperti ini.

"Ya...mau gimana lagi? Orang yang berani marahin Nanas busuk disini cuma Tante Abecca," ucap Xavera pelan agar mereka yang ada di ruang tengah tidak tahu jika ia sedang menguping mereka.

Namun, Xavera tidak sadar bahwa sedari tadi, ada seseorang yang melihat semua kelakuannya. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Alucca, yang kini mulai sadar dengan situasi yang sedang terjadi.

"Ahh...sepeltinya dia tokoh favolitku."

***

Masih menunggu 'kah?

Maaf, ya, jarang update.
Aku teh sibuk banget.
Jadi buka wattpad buat baca komentar, tapi ternyata nggak ada komentar yang masuk ahaha...maaf, ya.

Jadi Sepupu AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang