***
Terik mentari menyapa di awal pagi yang baru. Hangatnya kehadirannya, mampu cairkan suasana yang semula dingin. Kicauan burung bersenandung merdu, menambah kesan indah di awal hari yang penuh harapan.
Tim penegak hukum yang terdiri dari empat orang itu, akhirnya tiba di basecamp yang sudah mereka tinggali hampir semimggu lantaran liburan ke pulau Jeju.
Baru saja memasuki ruangan basecamp-nya, Liane langsung mendatangi meja makan yang dipenuhi dengan berbagai camilan kesukaannya. Dia terlihat girang, kala mendapati stock makanannya yang bertambah sepulang liburan.
“Wah ... apakah ini untukku semua?” tanyanya dengan raut polos kekanakan.
Ankoku mengulas senyum. Dia menganggukkan kepala pelan, dan menyuruhnya untuk menghabiskannya. “Makanlah makan! Nanti kalau sudah habis, akan kubelikan lagi.”
Di lain sisi, Aksa langsung mendatangi ruangan pribadinya, dan menjumpai pc baru yang terpajang di atas meja, lengkap dengan aksesorisnya. Ia cergas berlari keluar untuk menemui Ankoku yang masih berada di ruang tamu.
“Apakah pc baru itu untukku?” tanya Aksa seolah tak percaya.
“Iyalah! Memangnya kau tak mau?” gertak Ankoku sedikit dongkol terhadap rekannya.
Sesaat keduanya tengah mengobrol, Lucian yang sedari tadi diam memerhatikan rekan-rekannya yang mendapatkan barang baru, kini bertanya, “Bagaimana denganku? Apakah cuma mereka doang yang dapat? Aku kan juga bekerja!”
Ankoku menghela napas panjang. Dia merogoh saku jasnya, lalu memberikan Lucian sebuah kunci apartemen.“Untukmu. Di kulkasnya sudah ku isi juga dengan sejumlah snack, dan yang pasti ada permen cokelat kesukaanmu.”
Lucian terpelanga mendengar pernyataannya. Awalnya, dia bermaksud untuk bercanda, bukan benar-benar menginginkan hadiah dari Ankoku.
“Bercandamu sungguh tak lucu,” ketus Lucian.
“Aku tidak bercanda! Serius loh ini,” balas Ankoku sedikit meninggikan nada bicaranya.
Setelah itu, Ankoku menyuruh ketiga rekannya untuk mengecek akun bank mereka dikarenakan dirinya yang sudah mengirimkan sejumlah uang ke akun bank ketiganya.
“Wahh ... betulan ada! Terima kasih, Koku Oppa!” lontar Liane gembira.
Setiap kali mereka berhasil menjalankan misi yang Ankoku berikan, maka ketiga orang tersebut, yakni Liane, Lucian, dan Aksa, akan menerima uang dari hasil kerjanya.Tetapi yang menjadi pertanyaan di benak mereka sampai saat ini, dari mana sebenarnya Koku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?
Padahal, dia tak mendapatkan keuntungan apapun dari setiap misinya. Selain itupun, dia bekerja sebagai jaksa yang jujur, dan tak pernah menerima uang suapan.
“Omong-omong, mengapa kau bisa punya duit sebanyak ini? Aneh sekali! Padahal, kau tak pernah dapat keuntungan apapun dari misi yang selama ini kita jalankan.” Lucian dengan ceplas-ceplos lekas bertanya pada rekannya tersebut."Sekalipun dapat keuntungan juga tak banyak!" timpal Aksa.
Ankoku mengulas senyum tipis, lalu bersedekap. “Sudahlah tidak perlu memikirkan itu! Aku kan memang banyak duit. Memangnya kalian mau mengerjakan misi yang sulit tanpa imbalan sepeser pun?”***
Di bawah teriknya sinar matahari di siang hari, seorang wanita paruh baya mendorong gerobak yang berisikan dengan tumpukan kardus yang telah ia kumpulkan dari jalanan. Dia berniat menjualnya pada bos di tempat rongsokan agar bisa memperoleh uang.
Ia bertemu dengan bosnya selama beberapa waktu, hingga akhirnya dia kembali bekerja memunguti kardus, meski telah mendapatkan uang.Sewaktu dirinya akan mendorong gerobak, sejumlah ibu-ibu dan remaja yang berprofesi sama sepertinya, menghampirinya. Mereka berniat membantunya lantaran melihat kondisinya yang sudah berumur, tetapi, masih giat bekerja. Namun, nenek itu justru menolak tawaran bantuan mereka.
“Aigoo ... Apakah tidak masalah bekerja begitu keras di usia senja? Memangnya ke mana anak atau cucu anda sampai-sampai anda harus bekerja sekeras ini?” tanya salah seorang ibu-ibu.
“Hahahaha ... gak apa-apa, saya memang sudah terbiasa seperti ini sejak lama,” balas sang nenek dengan senyuman hangat. “Saya pergi dahulu ya, permisi.”
Setelahnya, nenek itu pergi untuk memunguti kardus-kardus yang ditemukannya di jalan.
Di perjalanannya dalam mengumpulkan kardus, ia didatangi sejumlah pria bertubuh kekar nan besar yang mengancamnya untuk bekerja lebih keras jika menginginkan putrinya selamat.***
“Selamat atas pencapaianmu, Liane.”
Salah seorang jenderal kepolisian memberi ucapan selamat sekaligus menyerahkan sebuket bunga dan penghargaan untuk seorang detektif yang belakangan ini berhasil menangkap para penjahat kelas kakap.
Selepas menerima penghargaan atas pencapaiannya, Liane kembali ke ruangan divisinya dan bertemu dengan rekan-rekan satu tim divisi kriminal.
“Wahhh selamat ya, Liane. Kau benar-benar luar biasa!” tutur Dorian yang sangat salut dengan kinerja sang kapten.
“Sungguh, kau benar-benar hebat sekali! Aku yakin, pasti detektif wanita dari divisi lain membencimu karena berpikir bahwa mereka kalah saing denganmu,” papar Milo sontak membuat Liane tertawa mendengar ocehannya.
“Omong-omong Liane, bagaimana caranya kau bisa menangkap para penjahat kelas kakap itu sendirian? Atau ada seseorang yang membantumu? Kami juga ingin sepertimu! Kalau perlu, kita juga pengen dilibatkan dalam kasus, biar tak jadi beban untukmu dan untuk divisi kriminal!” lontar Dorian berterus terang.
“Hahahahah ... yang membantuku selama ini adalah saudaraku.”
Mendengar pernyataannya membuat kedua rekannya membisu. Mereka bingung, pasalnya, Liane merupakan anak tunggal, dan kini hidup sebatang kara. Tetapi, mengapa dia mengaku memiliki saudara?***
Selangkah demi selangkah berjalan melintasi panggung yang panjang, dengan di sekelilingnya penuh dengan penonton. Para model berlegak-legok di atas panggung untuk menampilkan busana yang mereka kenakan pada para hadirin.
Di antara sekumpulan penonton tersebut, Ankoku turut hadir untuk memenuhi undangan yang didapatnya. Ia memerhatikan dengan seksama para model yang tampil paripurna di atas panggung, lantaran merasakan ada hal janggal.
“Ahh ... sepertinya ada kasus yang harus ku tangani lagi, ya?” gumamnya sembari mengulas seringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Player of Law
ActionSebuah kelompok yang diisi dengan orang-orang berkesinambungan di dunia hukum, bersatu untuk menangkap para penjahat yang berkeliaran di luar sana. Akan tetapi, metode yang mereka gunakan untuk menghadapi para target, sangat bertentangan dengan ajar...