08 - Album

14 9 7
                                    

***

  Sudut ruangan gulita yang mencekam disertai jeritan yang tersiar dari radio, memenuhi sepenjuru lorong sunya. Derap langkah kaki terdengar memasuki salah sebuah ruangan yang ditutup dengan rapat, seakan, tak ada siapapun yang dapat masuk ke dalam sana selain dirinya.

   Ankoku mendorong pintu besi yang semula terkunci dengan gembok. Ia lekas masuk ke dalam untuk mematikan radio yang tak henti mengeluarkan suara-suara menyeramkan.

“Padahal, tidak sedang berperan dalam naskah horor, tapi, mengapa hal seperti ini turut terjadi di sini sih?!” umpatnya sembari memukul tombol radio yang seketika mati.

   Seusai itu, dia menutup pintu ruangan pribadinya, tak lupa juga untuk menguncinya agar tak ada siapapun yang dapat menerobos masuk ke dalam.

   Sejurus kemudian, ia kembali mendatangi sudut dinding yang dipenuhi dengan sejumlah berkas dan foto target-targetnya, juga kelompoknya sendiri.

   Ankoku memandanginya sekilas. Sesaat kemudian, ia meraih spidol bertinta merah untuk melingkari foto salah seorang wanita yang usianya sekitar 43 tahun.

***

   Alunan nada R&B yang membentuk harmonisasi lagu menggema ke sepenjuru toko yang menjual berbagai merch kpop. Tempat itu ramai dipenuhi dengan berbagai fans idol korea dari berbagai fandom.

Oppa … Kira-kira aku beli album siapa dulu? Album Suho yang 1 to 3 atau album Obsession?” tanya Liane antusias.

“Album Obsession-nya EXO udah keluaran lama, ‘kan? Mending beli yang itu aja sepertinya. Kalau album 1 to 3 masih keluaran baru tahun ini, masih banyak stock produksinya,” papar Aksa memberikan pendapat.

“Iya juga sih, tapi, aku menginginkan keduanya! Masalahnya, album baru sekalipun cepat kali habisnya,” balas Liane menundukkan kepalanya.

   Menjumpai Liane yang sedih, membuat Aksa tak tega. Ia menghela napas panjang, lalu memberikan rekan yang sudah dianggap seperti adiknya itu, keranjang untuk menaruh belanjaan. “Ambil saja keduanya, nanti aku yang bayar. Kalau kamu pengen yang lain, ambil saja semaumu sana.”

   Mendengar itu membuat semangat Liane memuncak, dan lekas mengambil apa yang diinginkannya. Sementara Aksa hanya mendampinginya sambil sesekali mengutarakan pendapat jika adiknya tersebut bertanya.

  Selama mereka asyik berbelanja, entah mengapa situasi di sekelilingnya terasa janggal. Kehadiran keduanya seolah menjadi pusat perhatian para pengunjung toko. Sebagian dari mereka, memotret keduanya diam-diam tanpa tujuan yang jelas.

"Oppa ... Apakah kau merasa kalau situasi di sini terasa sedikit aneh?" bisik Liane sembari menilik ke sekelilingnya.

"Araso ... Mungkin, mereka mengira kalau kita idol yang sedang berkencan diam-diam? Atau lagi melakukan syuting di sini?" balas Aksa berpikiran positif.

"Aigo ... Kalau mereka sampai mengira gitu, mereka sungguh tak memiliki sopan santun! Setidaknya, mereka meminta izin saat mengambil gambar kita, bukannya main memotret saja!" gerutu Liane.

   Sewaktu Liane tengah menggerutu lantaran perilaku para pengunjung yang cosplay bak paparazi tersebut, tiba-tiba saja dirinya didatangi sesosok wanita setengah baya yang berpenampilan rapi.

Player of Law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang