Gaji

124 17 4
                                    

Yoel masuk ke dalam kelasnya dengan wajah bersinar senyuman tidak pernah lepas di wajahnya. Jinan yang melihat temannya yang baru datang itu tentu merasa heran. TIdak biasanya Yoel seperti itu.

"Ada kabar gembira apa?"

Yoel mengusap dagu seperti bapak-bapak mengusap jenggot. "Biasa, habis gajian."

Gajian yang dimaksud Yoel itu uang jajan. Dia bilang gaji karena uang jajan Yoel cair perbulan seperti gaji karyawan kantor.

"Wihh, gak lagi ngutang di kantin dong."

"Hehe, iya dong."

Brakk

Meja Yoel digebrak oleh Indira Putri—temen sekelasnya yang memilik wajah galak seperti kucing oren.

"Gue denger-denger ada yang habis gajian." Indira melipat kedua tangannya di depan dada. Gaya Indira sudah persis seperti rentenir. "Bisa dong bayar duit kas yang udah nunggak dua bulan."

"Ya ampun, Ra. Nanti aja bisa gak sih?"

"Gak ada nanti-nanti. Bayar sekarang, mumpung duit bulanan lo itu udah cair."

"Ck, lo gak bisa apa buat gue seneng sebentar? Ini gue baru pegang duit lagi setelah sekian lama tau!"

"Enggak bisa. Buruan bayar, gara-gara lo gak pernah bayar, kita jadi kurang dana untuk kebutuhan kelas."

"Iya, iya. Berapa banget gue harus bayar?"

"200ribu."

 Mata Yoel membola sempurna. "ANJIR??? Kok banyak banget? Ini namanya pemerasan woy!"

"Sadar diri, lo nunggak sampe 2 bulan. Ya wajar segitu. Kalo lo rajin bayar perhari, gak bakal sebesar ini."

Yoel dalam hati menangis. 'Ha... ampun deh. Mana bulan ini duit jajan gue di potong gara-gara rusakin tanaman papa.' Yoel membatin.

"Oy, cepetan bayar."

"Iya, iya."

Yoel mengeluarkan uang dua ratus ribu dari saku bajunya. Dia sebenarnya tidak rela mengeluarkan uang langsung sekali banyak begini hanya untuk uang kas.

"Nah gini dong. Gue jadi gak pusing lagi." Indira pergi meninggalkan meja Yoel. Wajahnya terlihat cukup puas.

Indira di sini senang, tapi tidak untuk Yoel. Dia menangis karena uang gajinya sudah hilang hampir setengah.

"Kasian banget yang habis dipalak."

"Ke kantin aja yuk. Gue laper, belum sarapan." Ajak Yoel. Dari pada dia di kelas hanya untuk meratapi nasib, lebih baik dia sarapan di kantin.

"Tumben lo gak sarapan."

"Papa gue gak sempet masak tadi. Jadi dia suruh sarapan di sekolah aja. Yuk lah."

Keduanya pun pergi menuju kantin, karena masih pagi kantin tidak terlalu ramai dan tempat makanan masih banyak yang belum buka. Yoel dan Jinan memutuskan makan bubur ayam sebagai menu sarapan kali ini.

Baru mau menghampiri ke tempat jualan bubur, Yoel dicegah oleh Kang Santo, si penjual mie ayam. "Eh ada Yoel. Udah tanggal segini enaknya bayar utang dulu gak sih?"

Mampus, Yoel baru ingat punya hutang yang harus ia bayar ke Kang Santo.

"I-iya, Kang. Berapa yang harus dibayar?"

"Seratus ribu aja."

Yoel dengan setengah hati mengeluarkan uang seratus ribu dari saku bajunya. "Nih, Kang."

"Mantep. Gini, kan enak langsung lunas."

"Jadi beli bubur gak?" Tanya Jinan yang udah di depan gerobak bubur ayam.

Yoel menggelengkan kepala dengan lesu. "Enggak deh. Gue mau beli es aja."

"Lah? Tadi lo bilang laper."

"Gak dulu. Duit gue tinggal 200."

"Anjir? Kok bisa? Emangnya duit jajan lo dapet berapa?"

"500 ribu. Tapi, udah lenyap untuk bayar utang."

Yoel rasanya pengen guling-guling sekarang. Nangis banget, baru awal bulan udah lenyap 300 ribu. Dia tidak tahu apa bisa bertahan hidup dengan uang 200 ribu. Mana akhir-akhir ini banyak tugas praktik, apa tidak jadi sinting dia?

"Pak, pesen dua ya." Ucap Jinan kepada penjual bubur.

"Oy, gue bilang tadi gak makan!"

"Gue yang bayarin."

"Serius?"

"Iya."

Yoel lari memeluk Jinan. Betapa bahagianya dia. "Makasih banyak Jinan."

"Lepasin! Geli tolol."

"Gue makasih banget loh sama lo."

"Iya, iya. Sekarang lepas." Jinan mencoba melepaskan diri dari pelukan maut Yoel. Untungnya bisa lepas.

"Hehe, sering-sering gini ya Jin."

"Tau gini gak gue bayarin."

To be continued

Jangan lupa vote ya guys ~~

see you ❤️

Sweet Home | txt ft. jin btsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang