"Woy bocah kembar."
Pekikan keras itu dari Eric Alexander—datang mendekati si kembar Richards yang baru saja keluar dari ruang kelas 11 MIPA 6.
"Perasaan gue, lo berdua anak MIPA 1. Kok tiba-tiba ada di MIPA 6?" Eric heran karena jam istirahat baru dua menit yang lalu berbunyi, tapi bisa-bisanya mereka berdua sudah ada di kelas Yoel.
"Kelas gue tadi jam kosong, jadi kita ke sini. Kebetulan juga kelas Yoel di tinggal guru disuruh rangkuman." Ucap Jun menjelaskan.
"Enak banget kalian. Gue di sini menderita. Ha... Coba aja Pak Agung absen juga." Eric sedih. Dia pengen juga jam kosong.
"Kata gue, itu gak bakalan terjadi. Soalnya ini guru matematika bos, badai dia terjang biar gak ada jam kosong."
Ya, itu benar karena guru matematika tidak akan memberikan ketenangan hidup pada murid-muridnya.
"Woy kembar. Traktir dong, kemarin kan kalian ultah." Jinan nimbrung dalam obrolan.
"Iya nih, traktir lah." Kata Eric.
"Maaf guys, gue skip. Duit gue menipis." Kata Binan. Dia pergi begitu saja.
"Sorry, gue juga. Kalian minta Juni aja." Yoel juga pergi dengan cepat mengikuti Binan.
Jun yang ditinggal menghela nafas. 'anak, ajg.' batin Jun.
"Ya udah, karena gue baik, gue traktir kalian." Ucap Jun. Jinan dan Eric berteriak senang. Ya kapan lagi ditraktir Jun.
Ketiganya pergi menuju kantin, menyusul Binan dan juga Yoel yang ternyata sudah mengantri memesan baso.
"Kalin tunggu sini. Gue beliin kalian bakso dulu."
"Sip." Jinan dan Eric duduk di salah satu kursi yang ada di kantin.
Jun datang menghampiri dua kembarannya dengan emosi yang meledak-ledak. "Woy, anak asu."
"Astaghfirullah, dateng-dateng ngumpat." Ucap Yoel mengelus dadanya yang datar itu.
"Kampret lo. Patungan dong, emang cuman kalian doang yang duitnya nipis??"
"Iya, bang. Iyaa." Binan mengeluarkan uangnya yang ada di saku celananya. "Karena gue baik, ambil aja kembaliannya." Binan memasukkan uang itu ke saku baju Jun, dan kemudian dia pergi sambil membawa baksonya.
Jun merogoh sakunya, mengecek berapa uang yang Binan berikan. "Bangsat. Dua ribu mana cukup."
Yoel ketawa kencang. Puas dia liat Jun dikerjain. "Udah, lo jangan ngambek gitu. Ini gue tambahin." Yoel memberikan uang dua ribu langsung ke genggam tangan Jun, dan setelahnya dia kabur bersama bakso pesanannya.
"YOEL ANJING."
Memang dua kembarannya ini tidak ada akhlak (termasuk dia juga) kalau tidak ingat lagi di sekolah, mungkin mereka berdua sudah Jun ajak baku hantam.
Yoel pergi bergabung ke tempat Binan dan dua temannya duduk. Melihat Yoel datang-datang tertawa membuat Jinan jadi bingung.
"Lo kenapa? Udah kayak mau kesurupan aja." Kata Jinan.
"Gue habis ngerjain Jun."
"Emang lo apain dia?"
Brakk
Jun datang membawa nampan berisi tiga mangkok bakso—ia taruh dengan kasar ke atas meja. Untung saja makanannya tidak tumpah.
"Asem banget itu muka." Ucap Eric.
Jun tidak menjawab, dia memberikan masing-masing satu mangkok bakso ke temannya itu.
"Thanks, Jun."
Jun hanya berdehem sebagai responnya. Kini mata Jun menatap tajam ke arah Yoel dan juga Binan. Ia pun duduk sambil berkata, "Awas lo berdua, di rumah nanti gue habisin kalian."
"Ya elah. Bercanda dong woy." Ucap Yoel.
"Taik." Jun memakan baksonya penuh emosi.
Bahaya ini, Jun terlalu marah.
"Eh btw, kalian tipe makan bakso kek mana?" Eric tiba-tiba mengajukan pertanyaan random di tengah suasana mencekam."Kalian tim pake sambel, saus, atau kecap? Atau pake semua?" Tanya Eric.
"Gue pake semua." Jawab Jinan.
"Idih, aneh banget. Bisa-bisanya pake saus." Cibir Yoel. Dia itu tim anti saus. Makan pake saus itu pelecehan menurutnya.
"Apaan yang aneh? Malah enak. Kuahnya jadi kaya rasa."
"Gak enak."
"Enak, anjir. Coba lo Jun. Lo tim yang mana?"
"Pake kecap doang." Jawab Jun sambil mengunyah bakso.
"Nah! Lo doang makan bakso pake saus."
"Enggak ya! Lo Ric, lo tim mana?"
"Tim pake sambel doang." Jawab Eric.
"Nah loh, dua kosong. Udah Jin, lo itu spesies aneh."
"Enggak ya, sat. Bukan gue doang di dunia ini yang pake saus di bakso." Jinan tentu tidak mau kalah. "Coba lo, Binan. Lo kalo makan bakso pake saus juga gak?"
Sebelum menjawab Binan meneguk es tehnya sebentar. "Gue tim dipisah."
"Hah? Dipisah gimana?"
"Kayak gini." Binan memperlihatkan cara dia makan. Ada piring kecil berisikan saus, kecap, dan sambal yang diaduk jadi satu. Ia ambil satu bakso dari mangkoknya, kemudian ia cocol dengan saus racikannya itu, setelah itu barulah dia makan.
Semua orang shock dengan cara makan Binan.
"Anjir. Ini mah bukan spesies aneh lagi, ini sudah termasuk pelecehan." Kata Eric.
"Enak gak?" Jun yang ada di samping Jinan bertanya.
"Enak kok. Cicip aja." Binan menyodorkan saus racikannya itu pada Jun.
Jun yang penasaran mencoba cara Binan. Dia pikir akan aneh rasanya, namun ternyata dugaannya salah.
"Enak juga ya." Kata Jun.
"Serius? Sini, gue mau coba." Eric jadi dibuat penasaran.
"Ehh, gue juga mau." Yoel juga ikut penasaran.
Keduanya pun mencoba cara Binan makan, dan sesuai apa yang dikatakan Jun. Rasanya enak, tidak seburuk penampilannya.
"Enak, gak terlalu terasa juga saus nya." Ucap Yoel yang disetujui Eric.
"Next time gue makan gitu juga ah." Ujar Eric kembali memakan baksonya lagi.
"Kampret, gak ada yang bener kalian semua." Jinan memijat keningnya.
Ini sebenarnya bukan Jinan yang selera aneh, seleranya itu sudah umum. Dasaran saja teman-temannya yang aneh.
"Di sini cuman gue yang normal." —Jinan.
To be continued
Coba kalian tim makan bakso kayak siapa? Kalau aku kadang tim Eric atau tim Jinan yang pake semua, dan kadang juga gak pake apa-apa. Tergantung mood lah 🤧Btw jangan lupa votenya ya! See you ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home | txt ft. jin bts
FanfictionHanya cerita sederhana dari keluarga yang berkelas. "Tapi anak-anaknya gak berkelas."-Papa Jin. "Papa JAHAT!"-Anak-anak Bahasa non baku. Bahasa kasar. penasaran? cek aja. Cerita ringan yang aku buat untuk tempat pelarian kalau stuck buat cerita seb...