BAB 2

35 6 0
                                    

Happy Reading ‼️

***

Minggu 9 Januari 2024

Hari Minggu adalah hari terbaik bagi semua orang, mereka bisa melepaskan penat dengan berjalan-jalan atau pun bercanda ria dengan keluarga. Tetapi tidak dengan Gretha, pagi-pagi dia harus bangun pagi untuk bekerja di salah satu cafe terdekat dirumahnya, ia berjalan kaki sambil bersenandung ceria. Dia menikmati hidupnya walaupun terkadang dunia tidak berpihak padanya.

Gretha mulai berkerja sebagai barista ketika dia kelas 1 SMA, Ayahnya meninggal tepat pada hari kelulusannya. Tentu saja ia terkejut, bagaimana tidak? Ayahnya banting tulang untuk mencukupi kehidupannya, pagi siang bahkan malam Ayahnya tidak berhenti bekerja.

Tepat setelah 1 Minggu kematian Ayahnya, suasana rumah berubah. Dulu setiap ia pulang sekolah ia selalu disambut hangat oleh Ibunya tapi, sekarang justru kebalikannya. Gretha paham dengan situasi saat ini. Setiap pulang sekolah tidak ada canda tawanya keluarganya, tidak ada pelukan sang Ibu.

Karena setiap hari uang tabungan Ayahnya semakin menipis, ia berencana ingin bekerja sambil bersekolah tapi, sudah bermacam tempat ia datangi tidak ada yang mau menerimanya, dikarenakan ia masih sekolah.

Tapi, bagaimana ia bisa diterima kerja dicafe tersebut?

Flashback on

Ditengah teriknya matahari Gretha berjalan sambil sesekali menyeka keringat yang ada di pelipisnya. Dia berjalan sambil memasang wajah cemberut sudah bermacam tempat ia datangi untuk melamar pekerjaan tapi satu pun tidak ada yang mau menerimanya.

"Cari kerja dimana lagi ya?" tanyanya sambil melihat lapak depan yang sedang berjualan es teh.

"Haus lagi, beli es itu dulu kali ya?" ucapnya sambil berjalan menuju ke lapak itu, tapi tiba-tiba dari arah belakang..

BRUKK..

Gretha merasa tubuhnya di tubruk oleh sesuatu, ternyata ia terserempet mobil. Ia merasakan kakinya terkilir dan juga lengannga tergores aspal, menyebabkan kan luka.

Ia mencoba untuk bangkit tapi tidak bisa, kakinya terasa sangat amat sakit, ia sesekali meringis.

"Lo gak papa?" Grace mendongakkan kepalanya. Sepertinya laki-laki itu yang menyerempetnya tadi.

"Mata lo buta?" sarkas Grace dengan wajah kesal membuat laki-laki didepannya menelan ludahnya gugup.

"Sorry banget ya tadi gue gak sengaja. Gini aja lo gue bawa kerumah sakit kayaknya kakinya lo terkilir"

"Gak mau gue kerumah sakit" Laki-laki didepannya mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" tanyanya dengan penasaran.

"Takut suntik" gumamnya lirih sambil mengelus-elus pergelangan kakinya yang terkilir.

"Ya udah kalo gitu, ini gue kasih duit buat lo sebagai ganti rugi" ucapnya sambil mengambil uang di dompetnya.

Gretha memutar bola matanya malas "Gak semua permasalahan bisa diselesain dengan uang"

"Gimana kalo lo kasih gue kerjaan?" tawarnya dengan ekspresi antusias. Laki-laki didepannya berpikir sejenak lalu ia menganggukan kepalanya. Gretha menyodorkan tangannya.

"Gretha Callinda" ucapnya sambil menyodorkan tangannya. Dan disambut hangat oleh laki-laki tersebut.

"Arsenio Ganendra" ucapnya sambil tersenyum.

flashback off

Sesampainya di cafe ia langsung disambut hangat oleh barista-barista yang lainya. Gretha bersyukur mereka memperlakukan baik Gretha selama ini.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang