BAB 11

9 5 0
                                    

Rabu 25 September 2025

Happy Reading ‼️

***
Gretha mengerjapkan matanya ia meraba-raba ponsel yang ada di mejanya. Dilihat jam menunjukkan pukul 9 pagi. Cahaya matahari yang masuk menembus korden membuatnya terbangun, ia merenggangkan otot-ototnya sebentar.

Hari Weekend adalah hari yang paling menyenangkan bagi orang-orang. Mereka akan menghabiskan waktunya untuk berbelanja, bermain dan berkumpul dengan keluarga.

Tapi tidak dengan Gretha. Hari ini jadwal dia untuk pergi kemakam ayahnya. Setelahnya ia akan bekerja, ia mengambil shift siang. Gretha berjalan menuju kamar mandi tidak lupa dengan anduk dipundaknya.

Setelah selesai ia langsung berpakaian rapi dan mengambil kunci motor dilacinya. Ia keluar kamar dan berjalan pelan, pandanganya jatuh ke meja yang diatasnya terdapat tudung saji. Ia membukanya pelan, ia tersenyum tipis ketika ada masakan mejanya.

Langsung saja ia mengambil piring dan memakannya dengan lahap. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan masakan ibunya. Disela-sela mengunyah ia menangis dan mengingat momen ketika dulu ia dan ibunya yang tengah menunggu kepulangan ayahnya yang bekerja.

Satu air mata lolos dari pipinya, tapi buru-buru ia menyeka dan langsung menghabiskan makannya.
Gretha perlahan mendekati kamar ibunya, dan membuka pelan pintu kamar. Terdengar percikan air dari kamar mandi. Gretha menutup kembali pintu dan berjalan keluar rumah dengan perasaan senang.

Setelah sampai di pemakaman di mendudukan dirinya tepat disampingnya makam ayahnya. Ia mengusap batu nisan itu dengan pelan.

"Gretha datang ayah. Gimana kabar ayah hari ini? maaf ya, akhir-akhir ini Gretha sibuk. Jadi jarang nemuin ayah" ucapnya dengan meletakkan bunga yang ia beli dijalan tadi.

"Ayah tau gak? masa tadi ibu bikin masakan kesukaan kita? ayam kecap sama udang balado." ujarnya serasa menatap langit-langit diatasnya.

Cuaca pagi itu terbilang cerah, lalu ia menatap kembali batu nisan itu.

"Semenjak ayah pergi, Ibu selalu marah-marah ke Gretha. Padahalkan Gretha juga gak mau ayah pergi. Gretha jadi kangen keluarga kita yang dulu"

"Dulu ada ayah yang selalu belain Gretha ketika ibu sedang marah ke Gretha. Sekarang, berbeda." ujarnya lirih sambil menyeka air matanya yang keluar.

"Tapi Gretha beruntung punya orang-orang baik yang disekitar Gretha. Gretha harap mereka akan selalu baik sama Gretha."

"Gretha pulang dulu ya yah, mau kerja. Gretha hebat kan bisa kerja sambil sekolah. Ayah pasti liat dari atas sana kan?" ujarnya dengan suara parau.

Tak ingin berlama-lama dengan kesedihannya ia berdiri dan berjalan perlahan menjauh dengan air mata yang mengalir deras pipinya.

Gretha berusaha menghentikan tangisannya dan mengusap kasar air mata dipipinya. Ketika ia hendak menaiki motornya. Ia seperti tidak asing melihat motor yang terparkir diaera pemakaman.

Kaya kenal motornya, pikirnya.

***
Arsenio melihat Gretha yang baru sampai dicafe dengan mata sembab. Gretha membuka pintu cafe dan langsung berjalan menuju kasur tidak lupa ia melepaskan tas dan jaketnya.

"Habis dari makam?" tanya Arsenio sembari duduk dikuris dekat kasir. Gretha hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Sorry ya, gak bisa dateng" ucap Arsenio raut wajah suram.

"Santai. Lagian lo juga sibuk kan akhir-akhir ini?" ucap Gretha serasa melayani pembeli didepannya.

Gretha yang tengah menginput data dikasir seketika matanya tersenyum sumringah, Arsenio yang melihatnya kebingungan.

"Lo kenapa Tha? jangan-jangan setan yang dikuburan ngikut ke lo yah?"

"Ngawur. Liat, ada orderan dan lo tau siapa yang pesan-" ucap serasa menyodorkan tampilan komputer.

Arsenio yang penasaran pun melihatnya.Seketika ia menghela nafasnya, pantas saja tiba-tiba Gretha senyum-senyum sendiri.

"Bima."

"Jadi untuk pesanan ini. Gue yang anter"

Arsenio hanya menggelengkan kepalanya. Bucin sekali dia dengan Bima. Padahal dirinya dengan Bima gantengan dia.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya pesanan Bima sudha jadi. Gretha langsung mengambilnya dan berjalan membuka pintu cafe. Tanpa berlama-lama ia langsung menacap gas dan pergi kerumah kekasihnya itu.

Disepanjang jalan Gretha tidak berhenti tersenyum dan membayangkan nanti dia akan bertemu dengan sang pujaan hatinya.

Gretha berhenti didepan pagar rumah Bima. Bisa dibilang Bima lumayan kaya. Ayahnya berkerja di perusahaan yang terkenal di Indonesia.

"Permisi!!" teriaknya sembari celingukan mencari satpam yang berjaga.

"Iya. Eh non Gretha. mari masuk non" ucap pak satpam sembari membukakan gerbang pintu.

"Makasih pak" ucap Gretha dengan sopan.

Gretha pun berjalan pelan menuju pintu utama rumah dan mengetuknya beberapa kali. Tidak lama ibu Bima keluar, dan langsung melihat Gretha dengan senyuman manis.

"Eh, nak Gretha. Sini masuk-masuk. Bentar tak panggilin Bima" ucapnya dengan berteriak memanggil Bima.

Bima yang mendengar teriakkan ibunya pun keluar dari kamar dan melihat Gretha. Ia berjalan menuju Gretha dan langsung memeluknya erat. Gretha terkejut bukan main, dengan tiba-tiba Bima memeluknya erat padahal masih ada ibunya.

"Sepertinya tante harus pergi" ucap Ibu Bima dengan cepat berjalan menuju ke kamarnya tidak lupa mengambil pesanan yang ada ditangan Gretha.

"Kangen." ucap Bima yang masih memeluk erat kekasihnya itu. Gretha pun membalas pelukan Bima tidak kalah erat.

"Cape yah?" tanya Gretha serasa mengelus belakang kepala Bima dengan masih memeluk satu sama lain.

"Hm. Tugasnya enggak selesai-selesai."

"Kasian banget sih pacar aku ini. sini-sini peluk biar capeknya ilang" ucap Gretha dengan semakin mengeratkan pelukannya.

"Rambut kamu bau wangi. Aku suka. jangan dipotong yah rambutnya. Biar kayak gini, makin cantik" ujar Bima seraya melepas pelukannya dan merapikan rambut Gretha yang berantakan.

"Siap kapten"

Bima yang melihatnya pun terkekeh gemas dan langsung mencium pipinya kiri Gretha dengan cepat  membuat sang empu terkejut dan langsung mencubit pinggang sang oknum.

"Bima! Kalo ada yang lihat gimana?!" ucap sembari tersenyum malu-malu dengan rona merah yang menjalar dipipinya.

"Cie-cie ada yang salting nih" ucapnya serasa menggoda Gretha.

"Apaan sih?!" ucapnya kesal. Padahal jantungnya dari tadi berdetak kencang.

"Udah ah, aku mau balik ke cafe" ujarnya serasa berjalan menjauh dari Bima. Bima yang melihatnya terkekeh dan langsung mengejar Gretha, dengan satu tarikan saja Gretha sudah berada didalam dekapan Bima.

"Bercanda, sayang." ucap Bima dengan menggoyang-goyangkan badannya ke kiri dan kanan. Membuat Gretha tersenyum puas didekapnya.

"Udah sana katanya mau ke cafe" ujar Bima yanh membuat Gretha mendelik tidak suka.

"Kamu ngusir aku?" tanya Gretha raut wajah kesal.

"Enggak, cintaku." ujar Bima seraya menjelaskan kepada Gretha.

"Ya udah aku mau pulang" ucao Gretha sembari melepas pelukannya dan berjalan pelan menuju pintu gerbang.

"Hati-Hati!!" teriak Bima dari arah belakang.

Gretha membalikkan badannya dengan tersenyum manis dan melambaikan tangannya dengan kaki yang berjalan kebelakang.

TBC ‼️

Jangan lupa vote dan komen ‼️

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang