"Putraku, bisa kita bicara?" Acara jamuan telah usai. Keluarga Oakvale telah berpamitan untuk kembali ke Negeri mereka. Malam yang begitu sunyi, ditemani secawan teh yang khusus dibuat untuk sang Grand Duke, membuat suasana semakin hangat dan tenang. Keegan berdiam diri di balkon Villa. Ia sesekali memeta, menatap sungai lepas yang berada dibalik Villa-di belakang kerajaan. Panggilan lembut sang Ibu sontak membuat Keegan lekas meletakkan cawan dalam genggamannya kemudian bergegas mendekati Ibunya.
"Ibu, sudah malam. Kenapa belum istirahat?"
"Ibu ingin bicara denganmu." Keegan mengangguk. Membimbing Ibunya duduk namun tetap saja, bibirnya berucap tak setuju Ibunya berkeliaran malam-malam. "Padahal masih ada waktu esok pagi, Ibu. Apa Ibu datang ke Villa bersama Pelayan? Keegan akan mengantar Ibu jika Ibu datang sendiri." Mystane mengulas senyum manis.
Letak Villa memang tidak jauh. Masih berada di dalam Manor. Hanya saja Keegan tetap khawatir, Ibunya keluar malam-malam seorang diri. Ingat kan? Bahwa hidup seorang Grand Duke, adalah sebuah ancaman yang harus di waspadai. Terlebih Grand Duke yang membawa pangkat 5 bintang dan menjadi orang kepercayaan Raja Ludwig.
"Tadi di antar Arthur. Dia kebetulan sedang berbincang dengan Ele. Oh, apa Ibu sudah memperkenalkanmu dengan Eleanor? Putri Joseph? Dia cantik, hanya saja tidak pantas bersanding denganmu. Jika saja Ia berasal dari keluarga Bangsawan, Ibu pasti akan lebih memilih dia." Keegan diam. untuk apa Arthur bertemu dengan Ele? Malam-malam seperti ini?
"Ibu, jangan berucap seperti itu. Jadi apa yang ingin Ibu bicarakan?" Mystane menatap cawan teh di hadapannya. Keegan seolah mengerti kemana arah pandangan sang Ibu. Maka ia mengambil satu cawan lagi dan menuangkan isinya. "Silahkan, Ibu." Anggukan Mystane di susul dengan sesapan pelan ujung cawan menjadi awal perbincangan mereka. Sesuai kesepakatan, pernikahan akan digelar bukan karena keduanya sama-sama cinta. Melainkan saling membutuhkan.
"Tanah Oakvale, bukankah seharusnya kau lekas membahas hal itu tadi? Sekarang mereka sudah kembali. Kita tidak tahu, Daerah mana yang akan masuk dalam wilayah kekuasaan Gloryfeld." Keegan tersenyum manis.
"Ibu tenang saja. Saya dengan Yang Mulia, sudah sepakat akan mengambil alih seluruh tanah Oakvale kecuali-Elderwine." Mystane mengernyit. "Elderwine? Kenapa? Bukankah itu tempat tinggal Joseph di perbatasan? Aku cukup terkejut tanah Oakvale begitu luas."
"Ibu, mulai sekarang serahkan saja hal ini kepada Saya dan His Majesty. Sebelum turun tahta, Saya yakin bahwa keputusan His Majesty adalah yang terbaik. Namun Ibu, jika Saya berhasil menguasai tanah Oakvale, apa boleh jika saya mundur dari perjodohan?" Mystane terdiam cukup lama. Ia memandang putranya dengan sorot mengintimidasi,
"Apa kau sedang mendebat Ibu, Keegan? Apa maksudmu menguasai namun kau menolak perjodohan? Jika kau berkhianat, akan terjadi pertumpahan darah. Oakvale, adalah Daerah yang harus di waspadai. Itulah kenapa dari sekian banyak Bangsawan yang ingin menjadikanmu Suami, Ibu memilih Oakvale."
"Saya paham maksud Ibu. Ibu, boleh saya jujur? Selama ini saya tidak pernah menentang apapun. Saya tahu keputusan Ibu adalah yang terbaik, namun entah mengapa rasanya keputusan kali ini cukup berat untuk di ambil. Saya selalu merasa ada yang salah." Mystane bangkit dari duduknya.
"Ibu anggap malam ini Ibu tidak pernah datang. Percakapan kita malam ini, Ibu anggap tidak pernah ada. Fokus dengan tanggal pernikahan kalian, dan selama itu juga, kau harus menjaga jarak dengan gadis bangsawan manapun, Keegan Kirovsky!" Mystane melenggang pergi meninggalkan Vila begitu saja. Kepala Keegan mendadak berdenyut. Rasanya nyaris meledak karena ia harus menahan emosi.
Keegan adalah orang yang berbahaya. Dia hanya lembut saat dihadapan Ibu dan Adiknya. Sorot tajam itu kembali. Tangannya mengepal erat kemudian memukul meja hingga bunyi dentuman terdengar keras, memekakan telinga. Adam yang berjaga di depan lantas masuk dengan tergopoh-gopoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Assembly Of Elderwine
Fantasy"Siapa namamu, Lady?" Pria dengan setelan kemeja putih serta celana bahan itu mengulurkan tangan sembari menekuk kakinya sopan. Membungkuk, menjabat tangan sang puan yang berhasil merebut atensinya selama perburuan. "Eleanor Guinevere Elderwine, and...