"Your Highness, tolong ampuni saya! Saya tidak bermaksud untuk melakukan pengkhianatan. S-steve adalah adik saya. Saya memang mengatakan apa yang selama ini terjadi di Manor, namun saya tidak pernah sampai begitu jauh mencampuri urusan anda. Saya hanya melaporkan kegiatan sehari-hari anda. Saya tidak mengintip strategi perang atau urusan bisnis apapun Your Highness! Saya berani bersumpah!"
Perbatasan tempat Keegan dan para ksatria lain berkumpul pun mendadak senyap. Semua hening. Yang ada di barak pun tak berani ikut campur. Katana dibawa masuk ke dalam tenda pertemuan. Dimana Keegan telah meminta beberapa anak buahnya turut hadir untuk menghadiri sidang Katana. Pelayan wanita yang begitu lancang mengurusi kehidupan pribadinya. Arthur menatap Katana tajam. Ia memang memiliki hati yang tidak sejahat Keegan, namun jika sudah menyangkut informasi yang bocor sampai keluar, sekalipun hanya perihal aktifitas, itu sama saja merendahkan sang Tuan.
Keegan duduk tenang. Kedua tangannya tertaut di bawah dagu. Ia menatap Katana dengan satu alis terangkat. Tak memberi respon. Katana semakin terisak ketakutan. Ia sampai sujud dan terus-menerus menciumi tanah di hadapannya. Ia terlalu takut mendekati Keegan yang jelas bisa kapanpun menebas kepalanya hingga putus.
"Tolong beri saya kemurahan hati anda, Your Highness, saya mohon!" Tuturnya tak mau menyerah. Keegan tersenyum.
"Arthur, periksa sesuatu yang ada dibalik cloak yang dikenakan olehnya!" Arthur mengangguk, sedangkan Katana berusaha menahan ketakutannya. Ia tidak dalam posisi boleh berontak ataupun bernegosiasi. Amarah Keegan adalah hal yang sangat amat di hindari oleh siapapun!
"Kau ingin meminta belas kasihan padaku, kau percaya aku bisa bermurah hati, lalu kenapa kau membawa dagger itu, Katana? Kau tahu, berkhianat, menguntit, adalah hal yang paling aku benci. Katakan! Apa yang kau incar dari Eleanor?" Katana membulatkan matanya. Bagaimana mungkin Keegan tahu tentang dia yang selama ini memata-matai Eleanor juga?
"Y-yang Mulia..."
"Katakan, Katana! Atau aku tidak akan bermurah hati lagi!" Katana mengangguk kaku.
"L-lady Charlotte meminta saya mengamati Nona Ele. Beliau takut Nona Ele menggoda anda. L-lady Charlotte mengatakan, bahwa saya bisa membunuh Eleanor kapan pun jika ia sudah melewati batas pada anda!" Katana berucap sembari menundukkan kepalanya di atas tanah. Ia ketakutan. Tawa renyah Keegan yang begitu mengejek terdengar.
"Jadi–aku juga boleh membunuhmu karena sudah melewati batas padaku? Arthur, siapkan eksekusi! Gantung Katana di perbatasan, malam ini!" Katana memberontak. Ia menangis. Meraung histeris bak orang kesetanan.
"TOLONG JANGAN LAKUKAN ITU, YANG MULIA!! MAAFKAN SAYA! TOLONG MAAFKAN SAYA! ANAK SAYA MASIH KECIL YANG MULIA TOLONG!!" Tangisnya benar-benar memilukan. Namun tetap, Keegan bukanlah orang yang dermawan dan pemaaf. Jika perkara seperti ini ia maafkan, maka akan ada Katana kedua, ketiga dan seterusnya. Arthur yang ikut geram sebab wanita yang ia sukai hampir saja celaka, menyeret Tana dan membawa wanita itu ke tengah-tengah barak.
"Katana, aku tidak begitu tega menghukum seseorang, namun sifatmu sudah kelewatan! Kau harus menerima hukumanmu!" Arthur berucap sembari menyuntikkan sebuah racun hingga membuat Katana tak sadarkan diri.
"Maafkan aku, Katana!"
•
"Kau bodoh, Steve!! Aku memintamu melakukannya dengan hati-hati! Kenapa sampai Katana tertangkap oleh Grand Duke?! Kau merusak reputasiku!!" Steve menatap tak percaya pada Lady Bangsawan yang mengamuk tak jelas padanya itu. Bukankah ini semua di dalangi oleh Lady Charlotte? Ini adalah akal-akalan gadis licik itu agar bisa terus mengawasi Grand Duke. Lalu saat hal seperti ini terjadi, kenapa hal ini berbalik menjadi kesalahannya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Assembly Of Elderwine
Fantasy"Siapa namamu, Lady?" Pria dengan setelan kemeja putih serta celana bahan itu mengulurkan tangan sembari menekuk kakinya sopan. Membungkuk, menjabat tangan sang puan yang berhasil merebut atensinya selama perburuan. "Eleanor Guinevere Elderwine, and...