CHAPTER 1

34 3 0
                                    

Lampu-lampu gantung yang megah berwarna temaram bergantungan dilangit-langit restoran mewah di pusat kota New York bernama Le Reve Gourmand. Para pengunjung yang datang pastilah orang-orang penting seperti selebriti, politikus, penyanyi dan semua orang penting lainnya. Para pengunjung yang hadir menikmati makan malam yang telah disiapkan oleh Chef asal Perancis langsung. Suara piano klasik lembut mengisi ruangan. Denting gelas beradu, suara berbisik, dan suara garpu beradu dengan ujung pisau ikut mengisi atmosfer restaurant yang tenang ini.

Malam ini seorang pria bernama Ethan Romano adalah salah satu yang ada di dalam daftar nama "Meja Prioritas". Sebelum kedua Klien penting yang akan bertemu denganya tersebut hadir, Ethan sudah datang setengah jam lebih dulu. Itu merupakan etika yang selalu ia jalankan. Baik dirinya diposisi mengundang ataupun diundang, ia selalu mengusahakan datang lebih dulu.

Pintu restoran dibuka saat dirinya tiba, seseorang—sebut saja manager— dan beberapa pelayan pria dan wanita menyambutnya dengan sangat ramah. Sang Manager memperkenalkan diri terlebih dahulu namun Ethan terlihat tidak begitu menaruh perhatian ia hanya mengangguk singkat, lalu, sang Manager itu mengantarkanya ke sebuah meja yang keliatanya sudah disiapkan untuk nya dan kedua klien nya itu. Manager dibantu seorang pelayan pria mempersilahkan nya duduk, sang pelayan menarik kursi untuk Ethan duduk. Ethan menunduk sopan untuk berterimakasih. Sebelum mereka berdua pamit, sang manager menawarkan apakah Ia ingin segelas Wine sambil menunggu klien nya datang, tapi ia menolak dengan halus. Ethan melirik kearah jam tangan mewah nya. Sekitar dua puluh menit lagi waktu akan menunjukan pukul delapan malam. Waktu yang sebelumnya telah disepakati.

Ethan menikmati atmosfir restoran ini. Ia sangat berterima kasih karena Mr. John —Asisten pribadi— nya lah yang telah merekomendasikan tempat ini untuk pertemuanya dengan Klien malam ini. Mata nya menyapu ruangan yang sangat elegan dan mewah ini. Mata nya sangat dimanjakan dengan lampu-lampu gantung kristal besar yang menggantung rendah dari langit-langit yang tinggi, memancarkan cahaya keemasan yang lembut keseluruh ruangan. Setiap dindingnya berwarna putih dipadukan dengan beberapa pajangan lukisan cat minyak yang klasik, membuat kesan yang sangat elegan dan klasik.

Setiap meja ditutupi dengan taplak meja linen berwarna putih, berikut dengan peralatan makan yang terbuat dari perak dan gelas kristal yang berkilau. Lilin-lilin ditempatkan ditengah-tengah setiap meja.

Disudut ruangan sana ada seorang pianis sedang bermain musik perancis klasik yang lembut membuat melodi indah itu mengisi hangatnya ruangan. Walau mungkin sedikit yang benar-benar menikmatinya, tapi musik ini sangatlah indah.

Lantai marmer mengkilap memantulkan cahaya temaram lampu yang menggantung. Tanaman hijau tertata rapi di sudut-sudut ruangan ikut menambahkan keindahan dari interior Restoran ini. Jendela-jendela besar dengan tirai dari beludru yang mewah menghadap ke jalanan kota yang sibuk, namun telah dipastikan tidak ada suara luar yang tembus kedalam. Tempat duduk disusun dengan rapi, terbuat dari bahan beludru berwarna gading, sangat serasi dengan kain linen putih sebagai taplak meja nya.

Semua pelayan- pelayan di Le Reve Gourmand bergerak dengan sangatlah anggun, senantiasa memperhatikan setiap detail untuk memastikan bahwa setiap tamu merasa diperhatikan dan dihargai. Mereka mengenakan seragam hitam dan putih yang rapi, sangat serasi dengan suasana atmosfer yang ada.

Seketika waktu pun seperti melambat sepersekian detik saat matanya berhenti ke satu titik. Di seberang sana berdiri seorang wanita yang mengenakan pakaian sama seperti pelayan yang lain namun ia terlihat berbeda dengan pelayan yang lain. Wanita ini hanya menggunakan riasan yang tipis, memperlihatkan sekali kecantikanya yang natural. Tidak seperti pelayan wanita lainya yang notabene mengenakan Make Up yang lebih tebal. Tatapan nya sempat terfokus ke wanita itu, ia berpikir keras. Wajah itu seperti tidak asing. Sampai akhirnya suara bel pintu bersuara membuatnya kembali tersadar, dan ternyata itu adalah Mr. Rudolph dan Mr. Kim. Kedua klien yang sedaritadi ia tunggu.

Still Falling For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang