CHAPTER 4

7 2 0
                                    

Sepi menyelimuti toko buku itu, hanya alunan musik lembut mengisi setiap sudut ruang dan beberapa orang berdiri dibalik rak-rak buku yang ada. Cahaya hangat dari lampu temaram menciptakan suasana nyaman di toko buku bekas ini, salah satu tempat favorit Erica. Di sini, ia selalu merasa bisa melarikan diri dari kepenatan hari dan tenggelam dalam dunianya, menyusuri setiap halaman dari buku-buku bekas yang menyimpan cerita mereka sendiri.

Di antara rak-rak buku yang berjajar itu, Ethan berdiri diam, matanya yang biru mencari-cari sosok yang sudah terlalu familiar baginya. Dari balik rak di seberangnya, melalui kisi-kisi buku yang tertata rapi, Ethan melihat Erica. Wanita itu tengah memegang sebuah buku dengan sentuhan lembut, matanya penuh ketertarikan pada judul yang ada di depannya. Ethan tersenyum dingin namun dengan pandangan penuh arti. Langkahnya sengaja dibuat ringan, nyaris tanpa suara, seolah berusaha menangkap momen ini lebih lama.

Merasa kehadiran seseorang mendekat, Erica mengangkat wajahnya dan mendapati Ethan berdiri di ujung rak. Wajahnya terkejut, tetapi ada secercah kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan. "Ethan?" sapa Erica, suaranya terdengar ragu tapi hangat.

Ethan tersenyum tipis, senyum yang penuh misteri. "Erica," jawabnya dengan nada tenang, "Betapa kebetulan kita bertemu di sini."

Erica tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Aku memang sering mampir ke sini untuk membeli buku bekas atau sekedar melihat-lihat," jawabnya ringan.

Ethan menganggukkan kepala, matanya yang tajam menyapu barisan buku di rak, meski jelas perhatian utamanya tetap pada Erica. "Begitu ya," gumamnya sambil melirik sekeliling, seolah mempertimbangkan kata-katanya. "Seorang teman merekomendasikan toko ini. Katanya, koleksi buku bekas di sini lebih lengkap." Matanya kemudian kembali ke buku di tangan Erica, lalu beralih lagi ke wajahnya. "Kau suka fiksi sejarah?"

Erica mengangguk, matanya berbinar penuh antusias. "Ya, temanmu benar, toko buku bekas ini punya koleksi yang lebih beragam dibandingkan toko buku lain di kota ini. Dan, ya, aku sangat menyukai novel fiksi sejarah," jawabnya, sedikit lebih cepat dari yang dia maksud. Berusaha mengalihkan perhatian dari debaran jantungnya yang tiba-tiba terpacu, Erica bertanya dengan senyum kecil, "Apakah ada buku yang sedang kau cari? Aku akan dengan senang hati membantumu menemukannya."

Ethan mengangguk pelan, senyum tipisnya tetap menggantung di bibirnya. "Mungkin," jawabnya dengan nada yang sulit ditebak. Sambil memegang sebuah buku fiksi sejarah yang baru ia ambil asal dari rak, ia melanjutkan, "Tidak ada buku yang sedang kucari. Sebenarnya aku hanya ingin melihat-lihat. Memastikan apakah temanku itu benar tentang toko ini."

Erica mengangguk paham. "Kupikir kau bukan tipe orang yang suka membaca buku," celetuknya tanpa sadar.

Satu alis Ethan terangkat, menatapnya lebih dalam, mencoba menangkap apa yang sebenarnya ada di pikiran wanita di depannya. "Mengapa kau bisa berpikir seperti itu?"

Erica tersenyum kecil, merasa sedikit terpojok oleh pertanyaannya, namun tetap menjaga nada santainya. "Entahlah," jawabnya sambil mengangkat kedua bahu, "Awalnya aku pikir orang sepertimu lebih sering menghabiskan waktu di tempat kerja atau menghadiri pertemuan sosial yang bergengsi. Dengan seluruh rutinitas dan kesibukanmu, sepertinya buku bukanlah bagian dari perhatianmu."

Ethan memperhatikan senyum kikuk di wajah Erica, jelas ia merasa sedikit malu atas penilaiannya yang terlalu cepat. Namun, Ethan menahan diri untuk tidak tersenyum terlalu lebar. "Jadi, kau pikir aku tidak memiliki sisi lain yang lebih tenang?" balasnya pelan, namun ada nada menantang dalam suaranya.

Erica menghela napas pendek, merasa semakin kikuk. "Mungkin aku terlalu cepat menilaimu. Ternyata aku salah, memberikan stereotype padamu."

Ethan berdecak pelan. "Kau tidak sepenuhnya salah, Erica," ia mengakui dengan nada lembut namun jujur. "Memang, aku bukan orang yang selalu menyibukkan diri dengan buku-buku. Rutinitasku lebih sering tenggelam di dunia bisnis dan... mungkin beberapa aktivitas lain." Ethan berhenti sejenak, mata birunya mengamati reaksi Erica, lalu melanjutkan dengan nada yang sedikit lebih serius, "Tapi ada kalanya, ketika aku butuh melarikan diri sejenak dari segala kesibukan itu, aku menemukan kenyamanan dalam membaca sesuatu yang menarik."

Still Falling For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang