CHAPTER 9

9 1 0
                                    

Erica duduk di depan meja rias, memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Beberapa tangan ahli sibuk mengerjakan bagian mereka—seorang menata rambutnya menjadi gaya updo yang anggun dengan beberapa helaian rambut dibiarkan terurai lembut di sisi wajahnya, sementara yang lain mengaplikasikan sentuhan terakhir pada riasan wajahnya, membingkai wajahnya dengan highlight lembut dan warna bibir yang senada dengan gaunnya. Namun, meski semua perhatian itu tercurah padanya, Erica mulai merasa bosan. Hampir dua jam berlalu, dan dia sudah mulai merasakan kebas di punggungnya akibat terlalu lama duduk tegak tanpa banyak bergerak. Ia menghela napas pelan, berharap waktu akan segera bergerak lebih cepat.

Pikirannya mulai melayang kembali pada momen ketika Ellise pertama kali memperlihatkan gaun yang akan dikenakannya malam ini. Ketika tirai perlahan dibuka dan gaun itu dipajang di depan matanya, Erica tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Cahaya lampu butik menyinari gaun tersebut, membuat setiap detailnya tampak berkilau sempurna.

Erica terdiam sesaat, terkesima oleh keindahannya. Gaun itu, yang terbuat dari satin lembut berwarna gading, memancarkan kilau halus di bawah cahaya ruangan. Desainnya begitu elegan—dengan potongan strapless yang memperlihatkan bahu dan leher Erica dengan anggun, sementara bagian pinggangnya pas di tubuh, memberikan siluet ramping yang sempurna.

Detail yang paling memukau dari gaun tersebut adalah bordiran bunga-bunga kecil di bagian atas yang disulam dengan benang perak halus, memberikan sentuhan mewah tanpa berlebihan. Rok gaun mengalir dengan lembut ke lantai, membentuk kerutan-kerutan halus yang bergerak setiap kali Erica melangkah.

Erica ingat bagaimana napasnya nyaris tertahan saat pertama kali mencobanya. "Ini luar biasa, Ellise," ucapnya, nyaris tak percaya. Gaun itu mewujudkan segala sesuatu yang ia inginkan walaupun sebenarnya sedikit banyaknya gaun ini adalah intruksi dari Ethan namun tetap mampu menggambarkan kesederhanaan, elegan, dengan detail memukau yang membuatnya tampak seperti seorang Putri.

Erica tersenyum kecil memikirkan bagaimana reaksi Ethan saat melihatnya nanti. Meski sering kali Ethan terlalu banyak mengatur, ada bagian dalam dirinya yang tak bisa memungkiri betapa ia menantikan tatapan pria itu. Akankah ia terdiam sejenak, seperti yang ia lakukan ketika pertama kali melihat gaun itu? Atau mungkin, senyum tipisnya akan muncul lagi, seperti saat ia merasa puas dengan pilihan-pilihannya.

____________

Kini Erica berdiri dengan tenang saat Ellise dan para asistennya merapikan setiap detail gaunnya. Gaun satin gading itu benar-benar memeluk tubuhnya dengan sempurna, memberikan sentuhan elegan namun tetap sederhana, persis seperti yang diinginkan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menyentuh lipatan halus di sisi gaunnya, tidak bisa menghilangkan perasaan gugup yang terus memenuhi pikirannya.

"Sempurna," ucap Ellise dengan bangga sambil mundur selangkah, melihat hasil akhirnya dengan penuh kepuasan. "Kau benar-benar luar biasa, Erica. Aku yakin Tuan Romano akan terpesona."

Erica tersenyum kecil, mencoba mengusir kegugupannya. "Terima kasih, Ellise. Aku rasa kau dan tim sudah melakukan yang terbaik untuk gaun ini," balasnya, meskipun jantungnya berdebar lebih cepat membayangkan bagaimana reaksi Ethan nanti.

Salah satu asisten melirik ke arah Erica dan mengangguk setuju. "Kau terlihat menakjubkan, Nona Erica. Aku yakin Tuan Romano akan menyukai setiap detail-nya."

Ellise mendekat, meletakkan tangan di bahu Erica, menenangkannya. "Percayalah, Tuan Romano tidak akan bisa berkata apa-apa selain terpukau. Kau terlihat luar biasa," ucapnya dengan penuh keyakinan.

Tiba-tiba, pintu terbuka perlahan. Salah satu staf Ellise lainya melangkah masuk dengan senyum antusias membuat mereka bertiga menengok kearah yang sama. "Nona Erica, Tuan Romano sudah datang," ucapnya sambil menatap ke arah Erica.

Still Falling For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang