CHAPTER 12

7 0 0
                                    

Erica terbangun dan terkejut setelah seseorang membelai sisi wajahnya. "Erica, bangun. Sudah pagi. Sarapan sudah siap."

Erica membuka mata nya, dengan pandangan yang masih setengah kabur, dihadapanya kini adalah wajah Ethan yang menyelidik. Erica menengok kanan kiri. Rasanya dia baru saja terlelap beberapa waktu di sofa panjang itu sambil menunggu Ethan selesai mandi. Ah, susah sekali menjadi orang yang mudah merasa kantuk. Tapi didalam mimpi nya ia merasa tubuh nya seperti diangkat, atau apakah sebenarnya dia setengah sadar. Ah, entahlah.

Seolah tahu isi kepala nya, Ethan berkata, "Aku yang memindahkan mu ke sofa, Erica. Kau sepertinya sangat lelah setelah perjalanan yang panjang kemarin. Aku tidak tega membangunkanmu jadi aku memindahkanmu ke kasur. Kau terlelap seperti putri tidur."

"Begitu, ya?" Erica tersenyum kikuk menyadari ia masih menggunakan baju yang sama.

Ethan mengangguk. "Yasudah, sarapan nya sudah siap, isi perutmu sebelum kita pergi." Ucap nya, berjalan menuju meja bundar dekat jendela besar.

Erica yang merasa perut nya belum sempat diisi apapun setelah terakhir memakan beberapa pastry ketika mereka masih didalam pesawat pribadi milik Ethan, merasa keroncongan. Ia bangkit dari kasur king size yang ukuranya hampir membuat nya merasa tenggelam.

Tatapanya mengabsen satu persatu makanan yang ada diatas meja itu. Lengkap sekali. Dari mulai pastry, buah potong, telur rebus, panekuk dengan mapple syrup dan buah-buah berry diatasnya, lengkap dengan jus segar, susu, dan kopi. Walau perutnya keroncongan tapi perut kecil nya itu rasanya tidak akan muat menghabiskan semua itu. Ditambah Ethan sepertinya bukan pria yang makan banyak juga.

Erica duduk dikursi dekat Ethan, meraih satu croissant yang masih harum seperti baru keluar dari oven. Mata nya terpejam menikmati renyah nya setiap lapisan croissant yang ada.

____________

Hari pertama mereka di Vienna dimulai dengan pagi yang cerah. Setelah menikmati sarapan lezat di hotel, mereka beranjak untuk menjelajahi kota yang penuh dengan pesona klasik. Ethan rupanya telah menyewa kendaraan mewah yang akan menemani mereka selama empat hari ke depan. Erica tak henti-hentinya merasa terpukau melihat bangunan-bangunan megah bergaya baroque dengan arsitektur klasik yang menghiasi setiap sudut kota dari balik kaca Mobil. Mereka memulai perjalanan dengan mengunjungi Schönbrunn Palace, sebuah istana megah dengan taman nya yang sangat luas dan tertata rapi.

"Ini benar-benar cantik, Ethan," ujar Erica dengan mata berbinar, tatapannya terpaku pada keindahan istana, sementara angin dingin menerpa wajah mereka.

Ethan tersenyum hangat, melihat kekaguman di wajah Erica. Ia menyelipkan anak rambut Erica ke belakang telinga. "Aku tahu kau akan menyukainya," jawabnya sambil mengarahkan pandangan ke arah istana. "Istana ini dulunya rumah bagi raja-raja Habsburg. Bayangkan bagaimana kehidupan di dalamnya."

Erica mengangguk pelan. "Aku tidak pernah menyangka Vienna akan seindah ini. Ini seperti dunia lain, begitu jauh berbeda dari hiruk pikuk New York," ucapnya.

Setelah puas mengitari Schönbrunn Palace yang luas sekali itu, mereka berhenti di sebuah restoran kecil di perempatan jalan tak jauh dari Schönbrunn Palace untuk makan siang. Erica menikmati sepiring Goulash, sementara Ethan menyantap Schnitzel. Sambil mengobrol santai, mereka menikmati pemandangan orang-orang yang berlalu lalang dari balik jendela restoran. Selesai mengisi perut, mereka melanjutkan perjalanan ke Belvedere Palace, salah satu istana terindah di Eropa, di mana mereka berdua berfoto dan berjalan bergandengan tangan, menikmati pemandangan langit yang mulai sore itu.

Sebelum matahari tenggelam, mereka memutuskan untuk berjalan di sekitar Graben yang dipenuhi dengan butik dan restoran mewah di setiap sisi nya. Sampai akhirnya langit mulai gelap dan malam mulai tiba, mereka memutuskan untuk berjalan pulang ke hotel yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari Hotel mereka. Jalanan tidak begitu ramai, hanya ada sedikit orang berlalu lalang di bawah cahaya lampu jalan yang memancarkan cahaya hangat di malam hari.

Still Falling For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang