Chap 5 : Mulai Goyah

142 16 1
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Maya masih menghindari Zayne walau perasaannya perlahan mulai sembuh, dan diwaktu-waktu itu, Sylus selalu hadir dihidupnya, membuatnya dapat melupakan kesedihannya dan juga Zayne.

Maya POV

"Tara...apakah aku jahat? Apakah menurutmu Sylus seperti menjadi pelarianku saja?"
"Menurutmu begitu tidak? Kau selama ini meladeni Sylus apakah demi menjadikannya peralihan ?"
"Tidak sih...aku tidak bermaksud seperti itu, tapi...aku jujur senang bisa mengenalnya, dia anak yang seru sih. Saat jalan bersamanya terasa menyenangkan, aku memang ingin berteman dengan dia sungguhan, bukan alasan lainnya."
"Yasudah, kalau gitu tidak masalah kan. Kau tidak menjadikannya pelarian, hanya teman saja. Omong-omong kau terus menghindari Zayne terus, kau gagal move on ya?"
"Hah? Aku bahkan tidak pernah memikirkannya lagi sekarang, aku menghindarinya karena tidak mau tersebar rumor macam-macam, aku menghargainya dan hubungannya tau."
"Justru karena kau menghindar bukannya terlihat seperti ada macam-macam?"
"Memangnya terlihat begitu?"
"Hmmm...entahlah? Lagipula kan kau juga akhir-akhir ini sering bersama Sylus. Mungkin juga orang-orang berspekulasi bahwa kau dekat dengan Sylus makanya hubungan kalian merenggang."

Tiba-tiba langkah Maya terhenti, dia melihat Zayne mendekat kearahnya.

"Mau pulang bersama?"
"Aku akan pulang dengan-"
"Sylus lagi?" Zayne segera memotong ucapan Maya dengan tatapan tidak suka.
"...dengan Tara kok." Jawab Maya.

Zayne mengalihkan pandangannya pada Tara, seakan Tara mengerti maksud dari Zayne, dia segera menggenggam tangan Maya.
"Hari ini kami pulang bersama!" Tegas Tara.
"Sebenarnya ada apa sih? Kenapa kau menjauhiku terus sekarang?" Tanya Zayne pada Maya dengan raut mengintrogasi.
"Memangnya apa hak mu bertanya begitu padanya? Dia kan sedang dekat dengan Sylus sekarang. Tentu saja dia harus menjaga jarak darimu untuk menghargai perasaan Sylus!"
"Hei? Kau juru bicaranya? Aku bertanya pada Maya, bukan kau." Zayne menatap tajam Tara, dan dibalas tatapan yang tak kalah sengit dari Tara.
"...Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Maya dingin.
"Aku sudah tau dari Rafayel mengenai surat yang tidak sengaja kau taruh di loker Sylus."
'Brengsek Rafayel.' Batin Maya kesal.
"Lalu? aku sudah tidak menyukaimu lagi. Kenapa kau seperti pria brengsek begini sih? Ingat ya, kau sudah punya pacar."
"Aku tidak suka Sylus mengganggumu."
"Mengganggu? Dia tidak pernah mengangguku."
"Jangan jadikan orang lain sebagai pelarianmu. Dan aku baru menyadari bahwa aku tidak sungguh menyukai Stella, aku sudah putus."
"Aku tidak menyangka bahwa kau sebrengsek itu. Jadi pacaran mu dengan Stella hanya coba-coba saja gitu? Kasihan sekali Stella."
"Maya! Ayo kita pulang saja!" Tara menarik tangan Maya, dan Zayne segera menahan sisi tangan satunya.
"Hei!! Lepaskan!!" Sentak Maya.
"Kau kenapa sih Zayne?" Tara semakin kesal.
"Walau terlambat...maaf, aku baru menyadari bahwa aku menyukaimu."
"Tidak! Kau tidak sungguh menyukai Maya juga kan? Kau hanya tidak mau kehilangan Maya saja!"
"Bagaimana aku dapat mempercayaimu? Bisa saha kau hanya penasaran saja atau salah mengira seperti kepada Stella. Terima kasih sudah menunjukan betapa brengseknya dirimu sekarang ini, aku sungguh-sungguh tidak menyukaimu lagi sekarang."
"...brengsek? Tidak suka lagi? Akan kutunjukan bahwa kau masih memiliki rasa padaku." Bisik Zayne.
"Orang aneh! Ayo Maya!" Ajak Tara.
Maya segera menyentak kasar tangan Zayne dan berlari kecil bersama Tara menjauh dari Zayne.

.

"Bisa-bisanya aku tergila-gila pada sosok pria seperti itu? Dia nampak seperti psikopat saat ini."
"Hei, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku lega, dan aku sekarang sungguh yakin bahwa aku benar-benar move on setelah dia bersikap begitu tadi, eww."
"Bagus!"
"Ahh, aku deluan yaa, kau mau mampir tidak kerumah?"
"Mungkin lain kali, aku harus segera bergegas menuju tempat les. Salam untuk nenek yaa."
"Baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan."

Maya POV end

.

.

"Aku pulangg"
Maya membuka sepatunya dan meletakan sepatunya, dan menatap heran sebuah sepatu pria yang nampaknya asing.
"Nenekk? Apakah ada Caleb?"
Tidak mendengar jawaban, Maya pun berjalan menuju dapur belakang dan cukup terkejut dengan penampakan didepan saat ini.
Terlihat Sylus yang fokus mengganti lampu didapur tanpa menggunakan kursi atau alat bantu apapun, tingginya yang semampai membuatnya dapat mengganti lampu tanpa harus menggunakan alat bantu.
"Sylus?!!"
"Oh kau? Maaf terlalu fokus jadinya tidak menyadari kehadiranmu."
"Mayaa, kau sudah pulang? Kenapa tidak pernah cerita pada nenek kalau kau punya pacar setampan ini sih?"
"Ehh? Neneekkk kenapa kau menyuruhnya mengganti lampu sih?"
Maya mendekati Sylus, dan Sylus tersenyum kecil melihatnya.
"Tidak apa-apa kok, hanya ini saja, pekerjaan mudah."
"Mayaa tidak apa apa dong menantu cucu nenek membantu nenek yang sedang kesusahan ini."
"Kau kenapa kemari?" Maya menatap tajam Sylus.
"Tidak boleh berkunjung kerumah pacarku?"
"Huhh...setidaknya beritahu aku dulu kan bisa." Maya tidak mengelak Sylus menyebut kata 'pacar', dan Maya tersenyum tipis.
"Daripada mengomel sebaiknya kau siapkan terlebih dahulu minum untuk pacarmu yang telah bekerja keras ini!" Perintah nenek.

.

Maya telah selesai membuat minuman, dan melihat Sylus tengah bercengkrama dengan nenek dengan asyik.
"Omong-omong terima kasih yaa sudah banyak membantu. Padahal nenek bisa menunggu ku pulang nanti kan untuk mengganti lampu." Maya meletakan secangkir es teh kepada Sylus.
"Selagi ada aku, tidak masalah kan?" Jawab Sylus.
"Nenek pergi kepasar dulu yaa, Sylus tunggu yaa, ayo makan malam bersama nanti."
"E-ehh...nenekk...biar aku saja yang kepasar!"
"Tidak usahh! Kau disini saja dengan Sylus. Nenek juga mau jalan-jalan sore."
Akhirnya Maya menurut saja.

.

"Kau...apakah ada yang mau dibicarakan? Kenapa mampir kerumah?"
"Aku merindukanmu."
"Jangan bercanda!"
"Aku sungguhan merindukanmu."
Sylus menatap serius Maya.
"Kenapa tadi tidak sekolah?"
"Aku sedang sibuk berlatih untuk menuju turnamen international bulan depan. Bulan ini dan depan mungkin aku akan sangat sibuk sekali. Tapi aku akan tetap berusaha mengabari kok."
Maya merasakan panas dikedua pipinya, entah mengapa ucapan dari Sylus membuatnya tersipu malu, dia menundukan wajahnya dengan malu, tangan besar Sylus menangkup salah satu pipinya untuk tidak menunduk, dan wajah Sylus mendekat kearahnya, Maya terdiam mematung dan semakin dekat jarak diantara keduanya, Maya perlahan memejamkan matanya dan merasakan sebuah bibir hangat mengecup bibirnya dengan lembut, tangan Maya secara otomatis balas memeluk Sylus yang kini tangannya memeluk dirinya dengan lembut.

.

.

.

Libur musim panas telah dimulai, sebentar lagi juga merupakan hari kelulusan.
Saat ini Maya yang sibuk belajar, rencananya dia ingin menempuh pendidikan hukum dan Sylus yang semakin giat berlatih demi karir tinjunya. Namun walau keduanya sibuk, mereka tetap menyempatkan waktu untuk bertemu.
Maya menyadari, bahwa hatinya sepenuhnya kini telah terisi oleh Sylus, tidak ada lagi ruang sedikit pun untuk Zayne, dia selalu menantikan pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Sylus.

.

.

.

"Tuan, ini merupakan berita yang tercantum pada majalah Linkoncity sekarang, diberita ini terlihat Sylus dan seorang gadis yang tidak diketahui tertangkap jalan di 2 tempat yang berbeda."
Pria dengan Jas hitam itu memberikan sebuah majalah dengan hormat kepada pria dengan mata berwarna merah darah yang duduk dikursinya dengan gagah, lalu pria itu merebut kasar majalah itu dan segera membuka lembar dimana berita Sylus dengan seorang gadis termuat.
"Cari tau gadis itu." Perintah si pria bermata merah darah itu kepada bawahannya dan dibalas anggukan dari sang pria berjas.
"Sudahlah, Sylus kan memang sudah diusianya untuk merasa jatuh cinta, biarkan saja dia dengan gadis yang dia sukai."
"Kakek terlalu memanjakan Sylus, itu akibatnya dia menjadi anak yang sulit diatur."
"Kau jangan terlalu keras pada anakmu, justru itulah sebabnya dia menjadi keras sekarang. Kita dukung saja lah apa yang dia pilih."
"Ayah! Kumohon jangan mencampuri urusanku dan Sylus, Sylus anakku, aku berhak mendidiknya."

End Chapter 5

FlippedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang