"Kau tidak mau tidur disini saja?"
Namjoon menyapukan jemarinya di punggung telanjang Seokjin. Ia masih berbaring, mencoba merayu Seokjin agar tidak pergi.
Seokjin menggeleng, mengancingkan celananya lalu mengenakan jaket jeansnya.
"Ada klien lagi?" Namjoon masih mencoba membeli waktu.
"Mau pulang. Aku capek."
Namjoon tidak tahan lagi, nada merengek kini begitu kentara dalam suaranya. "Ya sudah tidur disini saja."
Seokjin berbalik. "Kau mau tambah berapa jam? Aku kerja jam 9. Kalau aku disini sampai jam 7 saja, tambahannya 400.000 won."
"Bagaimana bisa begitu?" Namjoon duduk dengan gusar. "Kau cuma tidur disini. Kenapa harganya sama dengan seks?"
"Kau beli waktuku."
"Argh! Kau menyebalkan." Namjoon membanting tubuhnya ke kasur yang langsung berkeriut dan berguncang.
Iya. Seokjin menyebalkan. Karena ia membuat Namjoon berharap. Ini sudah bulan ketiga. Setiap malam, tanpa alpa, Namjoon menyewa pelayanan Seokjin.
Dan setiap malam ia berusaha keras menunjukkan perasaannya, perhatiannya. Ia memperlakukan Seokjin dengan lembut, juga selalu memberikan puncak yang membuat Seokjin menjerit-jerit penuh kenikmatan.
Setiap kali Namjoon merengkuh tubuh Seokjin yang menandak-nandak, menatap wajahnya yang merona dan mendengar napasnya yang tersengal, harapannya memuncak. Bahwa malam ini akan berbeda. Malam ini, Seokjin akan tinggal.
Hanya untuk kembali dihempaskan karena setiap persetubuhan mereka selesai, Seokjin akan langsung bangkit berpakaian lalu pergi. Segala sisa orgasme bagaikan hilang tidak berbekas. Meninggalkan Namjoon sendirian di ruangan yang hening memandangi punggungnya yang makin menjauh sebelum menghilang di balik pintu yang ditutup.
Apakah itu semua hanya akting? Ataukah Seokjin memang sedingin itu?
"Namjoon." Suara Seokjin memecah keheningan.
"Ya!" Namjoon kembali terduduk dengan bersemangat.
"Aku ini pelacur. Kau jangan memendam harapan padaku, apalagi sampai jatuh cinta padaku." Seokjin menunduk. "Kau cuma akan menjadi makananku. Yang kuinginkan dari kau cuma uangmu."
Seokjin membuka pintu. "Tidak kurang dan tidak lebih. Ingat itu."
Pintu ditutup dengan begitu hati-hati, hingga hanya suara ceklik samar yang terdengar. Sekali lagi Namjoon ditinggal sendirian di ruangan remang yang sunyi.
Diraihnya ponselnya. Dan dengan mantap dikirimnya uang ke Seokjin. Lalu dichatnya Seokjin. "Aku booking buat besok, short time."
Tidak lama balasan datang. Sebuah sticker karakter hamster lucu yang mengirimkan ciuman.
Namjoon memandangi langit-langit sambil menggigiti bibirnya. Besok semuanya akan berakhir. Ia tidak punya uang lagi.
Ia menghela napas, terpaksa menerima bahwa beginilah akhir dari kisah cintanya.
• • • 🌇 • • •
Namjoon mencek jam di ponselnya. Sudah hampir jam 3 pagi.
Seokjin bilang ia ada klien jam 1, kenapa sampai jam segini ia belum datang. Bukankah seharusnya jam 2 ia sudah selesai. Tidak ada hal buruk yang terjadi kan?
Namjoon menyalakan rokok dan menghisap dalam-dalam. Berusaha memenuhi darahnya dengan nikotin yang akan membuatnya tenang. Ia terlalu overthinking. Bisa jadi klien Seokjin hanya menambah waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow
FanfictionSeokjin si pelayan restoran dan Namjoon si mantan narapidana bertemu di bagian tergelap kota. Dua jiwa kesepian dengan luka masa lalu, hubungan mereka terbangun diatas keinginan untuk lepas dari neraka dunia. Tapi, masih adakah hari esok untuk merek...