9

108 10 9
                                    

"Haaahhh... Namjoon..." Jemari Seokjin membelit seprai putih hingga kusut, sementara tangannya yang satu gemetar di kaki tempat tidur. Gelas kristal yang dipegangnya menumpahkan cairan berwarna merah gelap tumpah membasahi lantai yang ditutup karpet tebal bermotif klasik.

"Ahn... aaahhh... aughhh..." Erangan mesum Seokjin teredam saat ia menggigit tempat tidur mencoba menahan orgasmenya.

Tapi gagal. Napasnya mulai terputus-putus saat perlahan ia merasakan getaran merambat dalam dirinya. "Enak... Terus Namjoon... Lebih keras... Aaahhh!!!"

Punggungnya mendadak melenting dan ia menggelinjang tak terkontrol. Suara erang yang dalam lolos dari tenggorokannya setiap tubuhnya mengejang.

Setelah puncaknya usai, tubuh Seokjin melunglai. Tapi Namjoon menahannya dari kembali berbaring, menariknya hingga punggungnya menempel ke dada bidang Namjoon. Mendadak energinya kembali melonjak merasakan gesekan puncak dada Namjoon di punggungnya dan headlock tangan kekar Namjoon di lehernya.

"Kau dapat lagi, sayang?" Namjoon menggigit pelan telinga Seokjin.

"I-iya. Tapi kering. Tidak keluar apapun." Seokjin susah payah menjawab diantara napasnya. "Bikin aku keluar, Joon."

"Masih ingin? Kan sudah dua kali."

"Lagi!"

"Mau berapa kali?"

"Sebanyak kamu bisa."

"Aku sudah keluar tiga kali lho di dalam kamu. Sampai licin begini." Namjoon kini menggigiti leher Seokjin, meninggalkan bekas kemerahan sebagai tanda hak milik.

Seokjin meraih selangkangannya, menyentuh lelehan sewarna susu yang berkilau. Lalu dimasukkannya jemarinya ke mulutnya, mengulumnya satu per satu. Erangannya makin kencang. "Mmhhh... Kau enak."

Ia memasukkan lagi kejantanan Namjoon yang masih tegang ke jalur analnya, lalu mulai menggoyangkan pinggulnya. "Aku tidak bisa memilih sebaiknya kau keluar di mulutku atau di dalamku ya?"

"Seokjin... Kau ini ya..." Namjoon tidak tahan untuk menggigit bahu Seokjin kencang-kencang.

"Yes... Oooh..." Seokjin mengangkat tangannya ke belakang, menekan kepala Namjoon agar meninggalkan bekas lebih dalam. "Breed me, Joon... Ahhh..."

Namjoon meremas-remas dada Seokjin yang tertutupi bra transparan dengan bulu-bulu dan pita-pita imut. Saat jemarinya menyelinap ke baliknya, Seokjin menegang sampai Namjoon menggeram karena jepitan kencang di kejantanannya.

Kejantanan Seokjin sendiri kini menegang, menyembul dari balik celana dalamnya yang juga dihiasi bulu dan pita. Namjoon menyapukan tangannya di stocking sepaha yang seksi, diikat dengan garter renda ke pinggang. Lalu ia mulai memijat bola-bola Seokjin yang membuat pemiliknya kelojotan.

"Cium..." Seokjin memohon.

Sekilas Namjoon memandangi wajah Seokjin yang dirias makeup tebal sampai tidak terlihat seperti dirinya sendiri. Namjoon sejujurnya kurang suka dengan gaya femboy begini. Tapi setelah semua yang Seokjin lakukan, Namjoon tidak punya hak untuk protes.

Beberapa bulan lalu mereka pindah ke kota lain setelah menghabiskan nyaris seluruh tabungan mereka untuk membeli tas, pakaian dan makeup mahal.

Mereka bergerilya ke club drag queen bawah tanah. Hanya datang, menonton, dan sesekali main mata dengan pengunjung yang diam-diam melirik. Lucunya Seokjin lebih mudah mendapatkan perhatian daripada para performer.

Teori Namjoon berhasil. Pakaian dan tas mahal yang dikenakan Seokjin membuat pengagumnya merasa aman, terlalu yakin tidak akan dimanfaatkan karena mereka kira Seokjin sudah kaya.

TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang