12

50 7 2
                                    

Hoseok menatap dingin tanpa emosi sosok tubuh pucat dan kaku yang sedang dimasukkan ke dalam body bag.

Tapi sudut mulutnya mengedik naik. Mengulaskan senyum yang aneh.

Ia senang. Akhirnya, perampokan misterius itu terjadi di area yang ada di bawah kekuasaannya.

Laporan tentang seorang pria tua kaya yang meninggal dunia dalam perampokan membuatnya dan Jimin langsung melompat ke mobil mereka dan mengebut membelah kota demi menjadi yang pertama sampai di lokasi kejadian.

Seorang wanita paruh baya menangis terisak-isak di kamar tidur, ditemani seorang polwan yang mencatat barang-barang yang hilang.

Tidak lama, polwan itu menyerahkan catatannya pada Hoseok. Semua di dalam daftar itu adalah barang berharga yang sulit dilacak. Jam tangan, perhiasan dan benda antik. Para perampok tidak mengambil laptop dan ponsel dari ruang kerja yang bisa membuat posisi si pencuri ketahuan.

Hoseok memandang berkeliling. Rumah ini begitu rapi, tidak ada tanda-tanda para pelaku mencari jarahan, seakan mereka sudah mengetahui barang apa saja yang akan mereka ambil dan ada dimana barang tersebut.

Seperti kasus yang Jimin bawa terjadi di kota lain, juga tidak ada tanda pintu depan dibuka paksa, tapi semua pintu kamar hancur lebur dibongkar.

"Detektif Jung, ini rekaman CCTV nya." Jimin menghampiri Hoseok dengan laptop di satu tangannya yang dibawanya seperti pelayan restoran membawa piring.

Biasanya Hoseok akan mengamuk melihat properti kantor diperlakukan seenaknya begitu, tapi kali ini ada yang lebih penting.

Disambarnya laptop itu, cepat-cepat dikliknya tombol play di aplikasi pemutar video.

Hanya ada satu CCTV di rumah ini, di ruang tengah. Hoseok memandang setiap scene di rekaman monochrome kebiruan itu dengan teliti.

Sedikit rasa bersalah menyelinap dalam hatinya. Ia sadar kalau ia seharusnya memperlakukan detail dalam peristiwa kejahatan yang bisa membantunya memecahkan kasus dan menangkap si pelaku.

Tapi ia juga sadar kalau ia tidak mampu menahan dirinya untuk berharap bahwa Seokjin akan ada dalam video itu, dan ia akan menemukan hal kecil yang bisa mempertemukannya lagi dengan pria rupawan itu.

Betapa kecewa dirinya saat melihat ketiga sosok dalam video itu sungguh tidak dapat dikenali. Pakaian hitam-hitam oversize membuat bentuk tubuh mereka tersamar, beanie dan topi menyembunyikan model rambut mereka, masker menyembunyikan wajah mereka, sarung tangan kulit membuat tidak ada sidik jari yang tertinggal.

Tampak salah satu pencuri meraih ke pot tanaman di atas rak pajangan. Hoseok melirik, pot tanaman itu kini jatuh pecah berserakan di lantai. Ia hanya perlu menunjuk ke layar, dan dengan sigap Jimin bergerak mengumpulkan pot itu sebagai barang bukti.

Lalu sesosok berpiyama muncul dalam layar, mengayun-ayunkan tongkat baseball dengan liar. Si pencuri panik, lalu terjatuh. Tepat saat si pria tua hendak menghancurkan kepala si pencuri, pencuri lainnya muncul dari belakangnya. Dan si korban jatuh ke tanah.

Si penolong berlutut, menjulurkan tangannya berkali-kali, dan setiap kalinya si pria tua mengejang dengan tidak wajar. "Taser." Hoseok menggumam.

Tapi ada yang lebih mengganggunya daripada misteri kalau taser yang seharusnya tidak mematikan kini memakan nyawa. Ia menggigit bibirnya kesal melihat si pencuri yang hampir mati terbunuh oleh tongkat baseball kini menghampiri si pencuri yang memegang taser. Lalu mereka berpelukan, sebelum pergi menghilang dari area rekam CCTV.

KimNamjoon dan KimSeokjin. Tidak salah lagi. Kedekatan mereka yang tampak tidak biasa adalah karena mereka sepasang kekasih.

Sesuatu dalam diri Hoseok menggolak. Ia cemburu. Kesal karena ada yang bisa menikmati tubuh indah Seokjin kapanpun ia ingin. Dan ia meradang membayangkan pria itu hidup dari uang yang ia bayarkan pada Seokjin.

TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang