03

317 33 10
                                    

Selamat membaca!

🪷

Abilene Djajakusuma, nama dengan pelafalan yang cukup sulit untuk orang awam membuatnya terpaksa disingkat menjadi Abil agar lebih mudah di sebutkan. Itu pertama kali di lakukan oleh guru seni budayanya saat ia mengikuti ekstrakurikuler lukis sewaktu sekolah menengah atas dulu.

Abil, seorang perempuan dewasa yang saat ini bekerja sebagai ketua tim editor sekaligus designer gravis di salah satu perusahaan majalah untuk mode dan gaya hidup, Bell's Magazine.

Perempuan tersebut baru hendak pergi ke kantor, awalnya, waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, sebelumnya dia sudah mengabari Presia bahwa kemungkinan besar dia akan terlambat pagi ini, ia begitu sibuk mengurus ayahnya yang bersikeras untuk segera dipulangkan dari rumah sakit.

Begitu banyak hal yang terjadi, bukan Abil tak tau mengenai masalah galeri yang kini telah berimbas pada yayasan juga saham milik ayahnya di berbagai perusahaan lelang berskala Internasional. Hanya saja dia tak ingin begitu ikut campur di dalamnya, dia tak tertarik dengan dunia bisnis.

Kerugian akibat batalnya pelelangan dan pameran seni oleh Sani Cilpacastra bukan main banyaknya, para maestro yang telah mempercayakan hasil karya mereka kepada sang ayah mendadak mundur dan banyak juga yang membatalkan kontrak kerja mereka dengan galeri seni tersebut.

Abil tak mengerti pastinya bagaimana, namun ia sempat mendengar bahwa itu semua akibat suap, karena ayahnya menolak penawaran dari para petinggi negara, hal itu juga yang membuat nama Djajakusuma menjadi buruk di depan publik, dengan banyaknya rumor palsu juga fitnah-fitnah yang bertebaran di media luar sana, sampai sang ayah stress dan di larikan ke rumah sakit dua hari lalu.

"Claudia masuk rumah sakit?" Abil yang tengah menyiapkan teh dan juga makanan sehat konsumsi untuk ayahnya perlahan menoleh, "dia kecelakaan atau bagaimana Lestari?"

Yoesawierya Djajakusuma menghela nafas panjang begitu mendengar laporan dari adik iparnya barusan. Abil mendekati pria paruh baya tersebut dengan nampan berisi sarapan untuk sang ayah.

"Tapi dia gak ada cedera serius kan?" Yoesawierya meraih cangkir teh yang baru di sodorkan oleh Abil kepadanya, "maksud kamu?" Yoesawierya nampak gusar, ia menghela nafas panjang sembari memijat pangkal hidungnya.

"Nanti mas hubungi lagi, mas agak sibuk," Yoesawierya mematikan sambungan teleponnya lalu beralih pada makanan yang sudah di sediakan oleh putrinya.

"Claudia kenapa pak?" Abil bertanya sembari ikut mendudukkan diri di samping Yoesawierya.

"Jatuh dari tangga," Abil melotot kaget.

"Gimana bisa?!"

"Anaknya emang kebanyakan tingkah, gak ada kalem-kalemnya seperti kamu," Pria tua tersebut nampak sedikit emosi, "masalahnya sekarang kencan butanya dia mau di apakan, tante mu itu nyuruh bapak untuk bicara ke Koesoemadinadja," Abil mengerut heran.

"Apa gak bisa di batalin aja?" Yoesawierya menggeleng.

"Enggak semudah itu Abil, keluarga mereka jauh lebih kaya daripada kita. Dan lagi pula pihak Claudia yang mengajukan kencan buta, kalau begini bisa-bisa di anggap penghinaan sama mereka," Jawabannya kemudian.

"Memangnya bapak gak bisa bicara dengan om Arie? Kalian berteman kan?" Yoesawierya lagi-lagi menggeleng.

"Bapak gak mau ikut campur Abilene, jika meminta bantuan om Arie nanti kesempatan bapak semakin berkurang."

"Kesempatan apa?" Yoesawierya menampakkan senyuman tipisnya.

"Kamu gak perlu tau itu. Sebaiknya kamu ke kantor, bapak juga mau ke galeri setelah ini," Abilene mengangguk, ia mencium pipi ayahnya lalu mengucapkan pamit pada pria tua tersebut.

Adored YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang