16

250 48 6
                                    

Selamat membaca.

Maaf apabila ada kesalahan informasi, perkataan atau kalimat yang menyinggung.

🪷

"Ini kalo gue yang jadi PR bakalan ngamuk sih, tiba-tiba nikah, tiba-tiba ngadain pers," Rakyan menatap ruang media center dengan formasi representatif milik divisi Public Relationship kantor pusat Chitran, dimana ruangan tersebut kini telah di penuhi oleh banyaknya awak dari berbagai media swasta maupun mitra milik pemerintah. Mereka terlihat begitu sibuk dengan barang bawaan masing-masing, berlomba untuk mendapatkan kursi paling depan guna lebih mudah dalam mengajukan pertanyaan nanti.

"Pihak PR juga gak ada minat buat nerima lo, jadi tenang aja," Rakyan menatap sinis kakak sepupunya, pria yang beberapa tahun lebih tua itu terlihat amat santai sementara reputasi perusahaan telah berada pada level kecaman oleh para petinggi, "lagian lebih cepat justru lebih baik, lo tau sendiri kan orang-orang kepo di luar sana, kalo mereka gak dapat apa yang mereka mau tau, mereka pasti bakalan buat teori konspirasi yang bisa mengiring semua orang ke penjelasan omong kosong mereka," Rahadyan berkata, perhatiannya terus tertuju kepada Nohan, si tokoh utama yang terlihat menaiki panggung sejenis proscenium yang tak begitu tinggi dengan beberapa juru bicara dari bagian corporate communications perusahaan.

"Tapi tetap aja- dia udah kelihatan kayak artis pake konferensi pers segala," Rakyan terkekeh pelan begitu tatapannya jatuh kepada sang kakak yang sudah mendudukkan diri pada meja panjang depan sana.

"Itu karena dia nikahin anak orang yang kalau semisal masih hidup, mungkin bisa jadi tokoh berpengaruh Rakyan. Lo pasti udah tau ini semua mengingat paman lo, si Vincent yang lagi gila-gilanya nyari jembatan buat pelelangan di Macau," Rahadyan lalu menolehkan wajahnya pada sosok yang kini duduk pada kursi terpisah, tepat di samping panggung pers berada, "itu juga alasan sampai tante lo itu datang kan?"

Rakyan ikut menatap arah pandangan Rahadyan, dan itu adalah Jacqueline Tedja, bibinya dari pihak ibu, "gak tau, gak akrab gue," Rakyan memilih untuk bersikap acuh, ia kembali menatap Nohan yang kini tengah menjawab beberapa pertanyaan dari pihak wartawan pun jurnalis.

Tapi ia tak begitu peduli, obsidian miliknya kembali bergerak seolah mencari sesuatu, sampai tatapan lelaki itu jatuh pada sosok yang kini duduk di kursi bagian belakang panggung pers. Si cantik kakak iparnya.

Jika di cermati secara betul-betul, sungguh Rakyan masih tak mengerti alasan mengapa papi mereka menikahkan Nohan dengan putri dari mendiang tokoh seniman, sekaligus orang yang di cap dengan reputasi buruk pada bidang politik.

Jika Yoesawierya yang meminta atau membujuk ayahnya, ia sudah tak heran lagi, namun tentu saja pernikahan ini terlalu beresiko. Seperti sekarang, konferensi pers di adakan seperti suatu perkara yang besar telah terjadi.

Rakyan yakin, jika para wartawan kali ini berkali-kali lipat lebih banyak di banding dengan wartawan pada acara pelantikan papinya sebagai Chairman baru, tepat setelah orang tua dari Rahadyan mengundurkan diri dari kursi pimpinan.

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana maminya bisa menerima Abilene dengan begitu mudahnya? Mengingat Aratrika Tedja itu memiliki selera yang amat nyentrik jika di bandingkan dengan sosok lemah lembut seperti perempuan yang baru kemarin menyandang status sebagai kakak iparnya.

Juga, bagaimana bisa Andy Koesoemadinadja, pamannya dari pihak ayah menyetujui pernikahan ini?

Ini sungguh membingungkan, apalagi dengan isu mengenai cetak biru juga pelelangan ilegal yang hanya dapat di hadiri oleh orang-orang tertentu, dan satu-satunya cara para kaum kelas atas negara ini untuk mendapatkan akses masuk hanyalah melalui perantara Sani Cilpacastra sebagai jembatan mereka.

Adored YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang