07

148 16 11
                                    

Selamat membaca!

🪷

Terlahir dari keluarga yang tidak menginginkan keberadaan kita itu berat, dan itulah yang Nohan rasakan sebelumnya, tapi mungkin tidak lagi setelah neneknya berpulang.

Pria itu sudah begitu jemu, ia didik sedemikian rupa agar menjadi sosok sempurna, kendati sikap sombong dari mamanya tak akan pernah hilang.

"Kamu itu sombong sekali Nohan. Papi gak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap seperti mami kamu. Kamu gila?" Nohan memijat pelipisnya yang terasa amat sangat pening saat ini. Sedari tadi sang papi tak henti-hentinya memberikan ia pidato memuakkan dari balik ponsel yang di genggamnyabagitu erat hingga buku-buku jarinya

"Menjijikkan? Sadar kamu ngomong apa barusan? Jangan pernah sekali-kali kamu menghina anak Yoesawierya Djajakusuma Nohan, dia itu perempuan beradab dan terhormat!"

Apa?

"Maksud papi?" Nohan tertegun, pria itu menegakkan tubuhnya seketika, ia masih berada di rumah makan tadi, namun kini bersama Edgar yang setia berdiri di samping kanannya. Kening lelaki tersebut mengerut hingga membuat kedua alis tebalnya seolah menyatu, dia benar-benar tidak paham.

"Maksudnya gimana pi? Dia anak siapa tadi?"

"Dia anak Yoesawierya. Jangan bilang kamu lupa dengan Abilene?"

Iya, dia lupa.

"Abilene? Papi gak usah omong-kosong, Abilene gak seperti itu-"

"Kamu memang sombong sekali Nohan," Pria paruh baya tersebut memotong perkataan dari anak sulungnya, membuat Nohan tak habis pikir. Ini tidak masuk akal, yang benar saja?

Abilene? Perempuan itu Abilene? Si gendut lucu yang amat suka mengitilinya kemanapun ia pergi saat masih remaja? Sosok yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar bertahun-tahun lamanya?

Sialan, itu tidak mungkin!

"Tapi Abilene yang ku ingat gak seperti itu, terlepas dari fisiknya, dia itu orang yang lembut dan penurut, dia bukan penipu!"

"Pada kenyataannya dia memang Abilene! Seharusnya kamu bisa tanyakan nama dia dulu! Kamu ini kenapa jadi tolol begini?!"

"Dan kenapa papi gak bilang dari awal?! Ini juga salah papi karena gak jujur!" Ah, kenyataan bodoh apa lagi ini?

"Papi gak mau tau Nohan, yang jelas papi mau kamu minta maaf ke Abilene atas apa yang kamu bilang ke dia tadi!"

"Aku gak-"

"Papi tau kamu pasti bicara yang tidak-tidak ke Abilene, gimana bisa kamu ngomong gitu ke orang yang bahkan jauh lebih dari mantan-mantan mu yang sebelumnya! Kamu dan Rakyan benar-benar punya selera  menjijikkan!" Hardiknya.

"Untuk kencan buta yang di atur mami mu itu, jangan harap papi akan membantu sampai kamu meminta maaf di depan Abilene!"

Sambungan telepon terputus, Nohan menatap layar benda pipih itu yang perlahan meredup. Ia kemudian terkekeh sinis, sialan, apa-apaan?!

Mengapa semuanya jadi begitu rumit? Teman kencan yang menarik perhatiannya pada waktu itu ternyata merupakan seorang penipu, di mana penipu tersebut adalah anak dari Yoesawierya Djajakusuma. Teman baik papinya yang saat ini menjadi incaran seluruh orang bergengsi Indonesia akibat pengaruh dari galeri seninya sendiri.

Sekarang apa yang harus Nohan lakukan? Pergi meminta maaf kepada perempuan itu? Tapi dia tidak salah! Ia tau jika perkataannya cukup menyakitkan tadi, namun siapa yang tidak emosi jika dirinya di tipu seperti itu? Dan juga, Abil sudah mengatakan bahwa ia tak ingin berurusan dengan Nohan lagi, bukankah itu berarti dia juga tak ingin bertemu dengan Nohan lagi?

Adored YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang