13

217 45 1
                                    

Selamat membaca.

🪷

Nohan menginjak pedal rem secara perlahan begitu mendekati kediaman milik mendiang teman baik ayahnya. Sosok itu menoleh kepada perempuan yang kini sibuk membuka sabuk pengaman yang ia gunakan.

"Terima kasih tumpangannya mas," Ia berujar. Nohan tak mengatakan apapun, bahkan saat perempuan itu kini membuka pintu belakang mobilnya guna mengeluarkan kotak berisi berbagai macam barang milik si perempuan.

Ia kemudian pergi, seperti memang tak memiliki niat untuk menawarkan masuk meski hanya sekedar basa-basi. Tak ingin ambil pusing, Nohan pun memilih untuk kembali menjalankan mobilnya kembali.

Mungkin hanya sekitar kurang dari sepuluh menit, saat ia menyadari berkas milik Abil tertinggal di jok belakang, tepat saat obsidian itu menoleh pada spion tengah kendaraan.

Helaan nafas kasar Nohan keluarkan, dia memilih untuk memutar stir kembali sebelum terlalu jauh dari kediaman Abil. Jemarinya dengan lihai mengetikkan pesan agar perempuan itu dapat menerimanya secara langsung nanti.

Hanya saja pesan itu belum di baca sama sekali, bahkan ketika Nohan sudah tiba di depan gerbang rumah mendiang Yoesawierya, tak ada tanda-tanda sedikit pun dari Abil membalas pesan ataupun mengangkat panggilannya.

Dengan berat, ia pun memilih untuk memarkirkan kendaraan di sekitar gerbang, lalu keluar dengan membawa map yang entah berisi apa, mendekati pos satpam rumah.

"Eh, mas," Mereka menyapa dengan ramah.

"Abilene keluar lagi ya?" Ia bertanya pada dua orang satpam yang justru mengerutkan kening begitu dalam.

"Enggak kok mas. Non Abil ada di dalam, ada bu Lestari juga sama suaminya."

"Lestari?"

"Itu- tantenya non Abil."

Oh? Jadi perempuan tersebut masih memiliki keluarga rupanya, Nohan pikir dia sudah menjadi sebatang kara dengan hidup hanya bersama harta peninggalan orang tua.

Jikalau masih memiliki keluarga, mengapa pula papinya bersikeras menikahkan mereka, juga berkata bahwa Abil sudah tak memiliki siapa-siapa lagi?

Nohan berdecak sebal, ia yang awalnya ingin menitipkan berkas itu kepada si satpam harus mengurungkan niat, begitu indra pendengarannya dengan jelas menangkap suara teriakan dari dalam sana.

Seperti ada yang janggal.

Sementara beberapa waktu lalu, Abil yang hendak menaiki tangga dengan segera, terpaksa menghentikan langkah, begitu lengannya di tarik dengan begitu kuat hingga tubuh semampainya sedikit terhuyung ke belakang.

Ia sontak berbalik terkejut, begitu Lestari yang entah datang dari mana secara tiba-tiba mencengkram kuat lengannya, bahkan kotak barang yang di bawanya pun hampir saja terjatuh menghamburkan segala isi dalamnya. Di telannya saliva dengan kasar. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk berlari sebab perasannya yang tiba-tiba terasa kurang baik.

"Tante."

Lestari meletakkan sebuah ponsel secara kasar di atas kotak tadi. Abil merenggut memperhatikan sebuah foto yang tertera pada layar benda pipih tersebut.

Itu, adalah portrait dirinya dan juga Nohan.

"Ini maksudnya apa? menikah?!" Ia sedikit tersentak.

"Tante tau itu dari man-?"

"Apa maksud kamu tante tau dari mana?! Jadi kamu gak mau kalau tante sampe tau, gitu?!" Suaranya meninggi, bahkan Abil di buat sedikit terkejut.

"Lestari," Suara berat dari arah belakang terdengar memperingatkan, dengan segera Lestari menghempaskan lengan Abil kasar, meski ia tak juga melepaskan tatapan tajamnya pada sang keponakan.

Adored YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang