𝕮𝖎𝖓𝖖𝖚𝖊

1.1K 95 7
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 ❦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 ❦

______

Sudah hampir dua minggu Seungcheol dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Seungcheol lalui dengan menatap keluar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Mingyu. Seungcheol sudah merasa begitu muak dan frustasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Mingyu tidak pernah mengunjungi Seungcheol lagi. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Seungcheol mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Mingyu tidak melepaskannya?

Apakah karena lelaki itu tahu Seungcheol berniat membunuhnya, jadi dia menawan Seungcheol disini karena menganggap Seungcheol ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Mingyu tidak  membunuhnya sekalian?. Beberapa lama terpaku pada jendela, Seungcheol menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa diluar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Mingyu yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang di dapat Seungcheol hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Mingyu dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.

Kali ini Seungcheol melihat ada mobil bunga dan katering. Apakah Mingyu akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Seungcheol untuk melarikan diri bisa muncul kembali. Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih terbuka. Seungcheol bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Seokmin yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian untuknya - tentu saja di bawah pengawasan Seokmin.

Seungcheol tidak berinteraksi lagi dengan Seokmin setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya bicara. Lagipula rasa bersalah yang di tanggung Seungcheol terlalu besar. Karena dialah Seokmin dihajar oleh Mingyu, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar dari wajah Seokmin dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Seokmin, Seungcheol disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Mingyu mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Seungcheol lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri? Seungcheol memang tidak kenal dengan Seokmin, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengobarkan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya...

"Seungcheol"

Itu suara Mingyu. Seungcheol terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Mingyu-lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Seungcheol yang tengah melamun sambil memandang Seungcheol yang sedang menatap ke luar jendela.

Otomatis Seungcheol mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Mingyu yang berkuasa memenuhi ruangan. Mingyu melirik tangan Seungcheol yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Seungcheol baru menyadari ada orang lain di belakang Mingyu, seorang perempuan berbadan kecil.

𝑺𝒍𝒆𝒆𝒑 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑻𝒉𝒆 𝑫𝒆𝒗𝒊𝒍 (𝑮𝒚𝒖𝒄𝒉𝒆𝒐𝒍 𝑽𝒆𝒓.) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang