BAB 13 - Hati yang Terlalu Kecil tuk Disinggahi

7 1 0
                                    

•Selamat membaca•

“Kita mungkin tak benar-benar berjauhan.”

-Nanggala Mada

🍑

Publikasi 7 Agustus 2024

★★★☆☆☆★★★

Setiap hari selama dua tahun terakhir Jindra selalu mendatangi Bumania, sayangnya tak pernah ada kabar dari Nareika. Jindra juga tidak tau siapa yang Nareika datangi malam itu. Andai saja jika malam itu tidak ada acara kampus mendadak, mungkin ia tak akan pergi dari sisi Nareika.

“Kakak, besok aku ingin pergi mencari sepatu futsal baru.” Jetha tengkurap di kasur Jindra sementara Jindra sendiri sedang sibuk dengan gawai.

“Lho, dua bulan lalu sebelum masuk sekolah udah beli, kok sekarang udah mau beli lagi?” Jindra mengerutkan dahi juga bibirnya.

“Udah jebol soalnya,” rengek Jetha.

“Iyalah, beli aja. Pakai uang sendiri!”

“Eits, Ayah udah kasih.”

Jindra hanya tersenyum. Ia tidak menyangka anak laki-laki yang dulu dalam pengawasan GMPR juga Tante Mei kini menjadi adiknya, atau lebih tepatnya Jindra yang diangkat menjadi kakaknya.

Jetha, usianya sembilan tahun saat perceraian kedua orang tuanya. Itu karena sang ibu yang berselingkuh dengan rekan bisnisnya sendiri. Selain itu, gosip yang beredar di perusahan kalau ayah Jetha, presdir perusahaan ternyata seorang gay, sebab kedekatan intimnya dengan beberapa pegawai di sana. Kabarnya, ia hampir tak pernah menjadikan wanita sebagai asistennya.

Entahlah, Jindra juga tidak tau betul. Ia hanya tau jika Jetha dibuli karena seliweran gosip kedua tuanya. Ia dikucilkan karena berbagai alasan, kecemasan dan ketakutan masyarakat akan adanya dampak buruk. Apalagi, yang berhubungan dengan ayahnya. Orang-orang benar-benar membatasi ruang gerak Jetha. Tak sedikit anak-anak yang memukuli Jetha, mengolok-olok Jetha ketika ia ingin bermain bersama. Mereka akan mengatakan kalau Jetha juga suka laki-laki dan itu menakutkan. Ah, Jindra pikir, Jetha tak salah, karena semuanya abu-abu.

Tak selesai di sana, saat SMP Jetha benar-benar mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan. Hanya karena Jetha tak pandai bergaul karena kebisaan sejak kecil yang apa-apa sendiri, anak-anak laki-laki di sekolahnya meradang. Mengatainya banci, bahkan tak sedikit yang mengatakan dan melakukan kekerasan fisik dengan anggapan Jetha juga pasti suka laki-laki, menjijikkan. Ini dan itu.

“Kak, menurut Kakak Nareika gimana orangnya? Menurut aku awalnya sombong aja gitu, ternyata dia bisa nangis sekecewa itu!” Jetha mengoceh.

Jindra hanya tersenyum lagi.

Hari itu, di depan matanya Jindra melihat Jetha menabrakkan dirinya di antara lalu lalang mobil. Koma selama tiga bulan. Jindra sungguh tidak menyangka jika anak itu akan kembali ke dalam kehidupannya. Tak seperti Mangkara, adik satu-satunya Jindra yang wafat karena tertabrak atau lebih tepatnya dipaksa menabrakkan dirinya pada kematian.

Jindra bukan orang kaya, Mangkara tak punya banyak teman. Orang-orang melihatnya dekil dan miskin. Iya, karena Jindra juga Mangkara memang yatim piatu dan harus tinggal bersama paman jauh dari pihak ibunya.

𝐸𝒟𝐸𝒩 | 𝐻𝓊𝑔 𝑀𝑒, 𝒫𝓁𝑒𝒶𝓈𝑒! [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang