Chapter 9

1.5K 157 10
                                    

Happy reading...
Jangan lupa vote dan komennya guys.

.

.

.

.

.

"Bagaimana mungkin?!"

"Maafkan saya, tapi itu benar-benar di luar dugaan. Dia tampak seperti biasanya."

Ren, bawahan dari Jasaki hanya bisa menunduk ketika wanita tua dengan tubuh yang rentak itu memarahinya di dalam kesunyian hutan ini.

"Seperti biasanya?"

Dengan cepat Ren mengangguk. "Benar, ia tampak seperti biasanya. Ia bahkan bisa menyerang saya." Ren mengingat, ia menyentuh punggungnya yang dipukul oleh Sakura, terasa sangat menyakitkan dan ia yakin mungkin tulangnya ada yang retak. Ia terpental saat itu. "Tak mungkin tubuh kosong tanpa jiwa bisa melakukannya," tambah Ren.

Jasaki tampak berpikir, ia menyentuh dagunya. "Sial bagaimana bisa?"

Ren meneguk ludahnya. "Apa mungkin ada yang salah dengan jutsu pemisah jiwa anda? Jasaki-sama?" tanyanya ragu-ragu.

"Ck," decak Jasaki. "Mana mungkin! Aku sudah yakin dengan jutsuku itu!" Mata Jasaki menatap Ren. "Atau kau yang membuat kesalahan?" tanyanya.

"Salahku?" tanya Ren heran. Kenapa tuannya ini malah menyalahkannya?

"Ah, sudahlah. Apapun itu aku hanya perlu melakukannya sekali lagi, mari kita atur rencana untuk menculiknya lagi dan pastikan kali ini tak ada kegagalan!" Jasaki membelakangi Ren dan pergi dari sana, meninggalkan pemuda itu dengan banyak pertanyaan berat di kepalanya. "Ck, tubuhku semakin lemah karena terlalu banyak menggunakan chakra."

"Menculiknya lagi? Bagiamana caranya jika ia dijaga oleh orang-orang terkuat?" Ren menggelengkan kepala, tak percaya jika ia harus mencoba melakukannya lagi.

~~~

Sakura keluar dari rumah sakit tepat sebelum jam 12 siang.  Kini ia berada di depan rumah sakit bersama Sasuke, Naruto. Yah, awalnya ia akan pulang bersama Sarada dan Sasuke, tapi ia memutuskan berhenti hanya untuk melihat Sarada bersama dua orang anak laki-laki.

"Astaga, jadi kau adalah putra Naruto. Kau sangat mirip dengannya." Sakura menatap Boruto dengan tatapan gemas, ini adalah pertama kalinya ia melihat Boruto dan Sakura tak menyangka sahabat bodohnya itu bisa punya anak.

Siapa kira?

Sementara Boruto ia hanya menggaruk tengkuknya, ia agak heran dengan sikap mama Sarada saat ini yang seolah-olah baru melihatnya. "Sarada, ada apa dengan bibi Sakura?" bisik Boruto pada Sarada yang berdiri di sampingnya.

Sarada menghela nafas.

"Naruto, bagaimana bisa kau punya anak seperti dia? Lihat dia seperti bunshinmu," kata Sakura sambil tertawa, ia menoleh pada Naruto yang berdiri berdampingan dengan Sasuke di belakangnya.

Naruto mengedikkan bahunya. "Tentu saja aku membuatnya bersama Hinata di malam—"

Plak!

"Aduh!"

Belum selesai Naruto berbicara, Sasuke sudah menggeplak kepala belakang Naruto. "Jangan aneh-aneh, ada anak-anak di sini!" ucap Sasuke.

Naruto mengusap kepalanya, cemberut. "Yah, Sasuke, kamu terlalu serius. Aku hanya bercanda."

Sementara Sakura yang mendengar itu tertawa kecil. Kemudian padangannya beralih pada bocah berkulit pucat dengan rambut biru. "Ah, kau juga teman Sarada, ya? Siapa namamu?" tanya Sakura penasaran. Sarada punya teman yang banyak dan Sakura senang.

"Aku?" Mitsuki menunjuk dirinya.

Sakura mengangguk.

Meski heran juga Mitsuki pada akhirnya mengatakan namanya juga. "Namaku Mitsuki," jawabnya singkat, ia melirik pada Boruto tapi Boruto hanya mengedikkan bahunya.

Sasuke yang melihat interaksi Sakura dengan anak-anak itu hanya menghela nafas, kenapa Sakura tampak lebih senang bersama anak-anak dibandingkan dengan dirinya? "Sakura, ayo kita pulang. Jangan membuang waktu di sini," kata Sasuke pada akhirnya.

"Oh? Iya?" Sakura hanya mengangguk kecil.

Sasuke tak banyak bicara, ia hanya segera berjalan duluan di depan. Sementara Sakura dan Sarada mengikuti di belakang. "Aku kembali dulu Boruto, Mitsuki." Setelah mengatakan itu Sarada meninggalkan mereka bertiga.

~~

"Sarada, apakah papamu selalu seperti ini?" tanya Sakura sambil berbisik pada Sarada, mata Sakura terpaku pada punggung Sasuke yang berjalan beberapa langkah di depannya.

Entahlah, sejujurnya Sakura merasa aneh. Maksudnya, ia terkejut jika di masa ini Sasuke adalah suaminya, lalu ia juga tak terbiasa dengan perlakuan Sasuke. Yang sakura ingat pertemuannya dengan Sasuke dulu hanya di markas Orochimaru, Sasuke tampak sangat dingin.

Jadi, tentu saja Sakura terkejut dengan perubahan sifat Sasuke.

Untuk beberapa alasan, Sasuke sifat tampak sama dengan waktu ia genin dulu. Tapi ... Ini sulit untuk dijelaskan.

"Seperti apa?" tanya Sarada tak mengerti.

Mata Sakura melirik sekitar hingga tertuju pada sebuah keluarga yang berjalan di keramaian, sang putri digendong oleh sang ayah, tampak begitu hangat. "Seperti itu," tunjuk Sakura pada keluarga itu.

Mengikuti arah tunjuk Sakura, Sarada tertawa menyadari apa yang Sakura maksud. Ia terkikik kecil dan tersenyum. "Mama, papa bukan orang yang seperti itu. Itu tak cocok untuknya." Ah, Sarada jadi ingat hari orang tua dan anak, hari itu papanya sedikit menyebalkan dan membuatnya malu.

Tapi Sarada sudah tahu maksudnya. Sasuke berusaha keras untuk menjadi ayah yang baik meskipun itu gaya itu tak cocok padanya.

"Hm?" Sakura menaikan alisnya, ia pikir Sasuke akan menjadi sedikit 'hangat' ketika punya anak. "Dia tak melakukan itu?" tanya Sakura kecewa.

Mendengar itu dengan cepat Sarada menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu! Tenang saja, papa menyayangiku, hanya saja ia punya cara yang berbeda." Sarada tak ingin ada salah paham di sini meski jiwa mamanya ini adalah jiwa beberapa tahun yang lalu.

Sarada menatap pada punggung lebar ayahnya dan tersenyum tulus hingga matanya menyipit. "Papa adalah orang yang hangat, tapi ia tak menampilkan di depan banyak orang. Hanya kita yang tahu," ucap Sarada pelan sembari mengedipkan matanya pada Sakura.

Mendengar itu Sakura terkejut sambil menutup mulutnya. "Ah, begitu ternyata." Ucapan Sarada ada benarnya, Sasuke pernah memasak untuknya juga. Sakura bernafas lega, ternyata ini tak seperti yang ia pikirkan. Ia hanya takut jika Sarada kurang kasih sayang.

"Hei, sebelum pulang apakah kalian ingin membeli sesuatu?"

Dua perempuan dengan wajah yang mirip itu segera menoleh, menyadari jika Sasuke bersuara. Di sana Sasuke berdiri di tengah jalan, menatap pada mereka dengan ekpresi datar khas nya.

Sakura menggeleng pelan, ia tak ingin apapun saat ini. "Tidak."

"Kalau begitu ayo, kalian tertinggal terlalu jauh," kata Sasuke lagi.

Sakura dan Sarada mengangguk dengan kompak, lalu mereka mempercepat langkahnya menuju Sasuke sampai akhirnya mereka berjalan dengan beriringan di jalanan desa yang damai.

.

.

Bersambung....

Maaf guys lama updatenya, soalnya akhir-akhir ini lagi sibuk di rl. Hehehe.

My Wife ✓ END [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang