Chapter 12

1K 108 2
                                    

Happy reading...
.

.

.

"Dia akan pergi misi?!"

"Benar, Jasaki-sama. Dia menuju desa Hanasawa." Ren memberikan laporan pada wanita tua yang ada di depannya dengan kepala tertunduk. Selama beberapa hari menepatkan anak buahnya di sekita Konoha, barulah ia mendapat kabar terbaru mengenai Sakura yang akan mereka culik.

Wanita yang sudah renta itu mengusap dagunya lalu berjalan ke sudut gua dan duduk di atas batu yang ada di sana, wajahnya tampak memikirkan sesuatu tampak dari kerutan di alisnya yang semakin dalam. "Aneh sekali di kondisi seperti ini," katanya.

"Tapi Jasaki-sama bukankah ini kesempatan bagi kita untuk menculiknya lagi, apalagi saat ia jauh dari pengawasan Hokage ataupun Sasuke." Ren menyuarakan pendapatnya, mereka telah gagal beberapa kali dan juga sudah berpindah persembunyian. Jika gagal lagi, mereka harus pindah lagi.

"Begitukah?" tanya Jasaki.

Ren mengangguk. "Aku pikir ada sesuatu yang tak kita ketahui, jika kita menculiknya kita bisa tahu mengapa.asih ada jiwanya di sana. Ah, aku dengar desa Hanasawa benar-benar dalam keadaan parah, banyak warga menderita penyakit kulit. Kita bisa menculiknya sebelum ia sampai ke sana."

Ren tampak sangat menggebu-gebu membuat Jasaki menjadi setuju juga tentang apa yang Ren ucapkan. Mungkin kali ini adalah kesempatannya setelah beberapa kali gagal.

"Baiklah kalau begitu cegat dia, bawa anak buah yang lebih kuat. Aku yakin ia tak akan sendirian."

"Baik Jasaki-sama!"

~~~

Beberapa hari kemudian....

Tiga orang dengan jubah putih tengah berjalan di bawah lebatnya daun pepohonan di hutan, satu-satunya wanita di sana -Sakura- berjalan di tengah sementara di sampingnya ada dua orang berpakaian Jounin yang mengawal dirinya. Sakura tak mengenal dua orang ini, tapi Shikamaru bilang mereka adalah Anbu yang ditugaskan oleh Sai dalam rencana ini.

Sakura melirik ke belakang sedikit, meski dalam posisi berjalan seperti ini Sakura tahu ada yang mengikuti mereka. Dua Jounin yang menjaganya tampaknya juga menyadari hal ini meski mereka berpura-pura tak tahu.

Yah, inilah rencananya. Sakura berpura-pura mendapatkan misi ke luar desa untuk memberi bantuan pada desa yang terjebak wabah penyakit dan membiarkan dirinya ditangkap.

Helaan nafas kecil terdengar dari mulut Sakura, ia menutup matanya sejenak lalu membukanya lagi mempersiapkan dirinya untuk diculik oleh orang-orang itu. Ada rasa ragu, tapi Sakura tahu Sasuke yang jauh di sana akan menjaga dirinya.

"Aku lelah, sebaiknya kita beristirahat," kata Sakura pada dua orang bersamanya.

Mengerti apa yang Sakura maksud, dua Anbu itu mengangguk. Jadi, ini adalah tempat mereka akan beraksi, menjadikan Sakura umpan.

Siang ini memang agak panas, jadi orang yang mengikuti mereka juga tak akan curiga jika tiba-tiba saja mereka berhenti di sini.

"Sakura-san, apakah ada hal lain yang ada butuhkan?" tanya salah satu Anbu itu padanya.

Sakura menggelengkan kepalanya lalu duduk di atas salah satu dahan pohon sambil meneguk air minum dari botolnya. "Aku tak menyangka jika ke desa itu harus berjalan kaki seperti ini," kata Sakura membuka suara. "Apakah tak ada stasiun kereta di sana?" tanyanya lagi.

"Tidak ada Sakura-san, jika kita ingin ke sampai ke sana sebelum matahari terbenam kita harus melewati hutan ini."

Tadinya mereka sudah naik kereta api, tapi kereta api itu hanya bisa mengantar mereka sampai desa sebelah, jika harus sampai ke desa yang dimaksud mereka harus berjalan kaki melewati hutan dengan jalan pintas.

Meski sebenarnya itu bukan tujuan mereka yang sebenarnya,  ini rencana Shikamaru, Shikamaru telah memperhitungkan ini agar tak mencurigakan.

Sakura mendengus berpura-pura sebal. "Aku lelah, akhir-akhir ini kondisimu tidak baik," katanya sambil melirik ke semak yang bergoyang. Mereka ada di sini. "Ngomong-ngomong aku ingin buang air, aku akan ke sungai sana." Sakura menunjuk ke arah dimana deru air terdengar.

"Kami akan menemani Anda." Salah satu Anbu itu bersuara.

Mendengar itu Sakura menukikan alisnya sambil berdiri. "Kau bercanda?! Aku perempuan! Kau ingin mengintip ku, ya?" Dengan sengaja Sakura menaikan suaranya dengan emosi yang terlihat jelas di wajahnya.

"Tak sopan mengatakan itu pada wanita yang sudah mempunyai suami!"  Sakura menatap dua pria itu dengan marah.

"M-maafkan saya, Sakura-san."

Dua Anbu itu hanya menundukkan kepalanya dan dalam hati Sakura tersenyum karena mereka bisa berakting dengan baik. Ngomong-ngomong percakapan ini adalah ide dari Sakura sendiri.

"Kalau begitu aku akan pergi sendiri! Kalian tunggu di sini!" Sakura mengeraskan suaranya, memberitahu pada orang yang mengikutinya itu jika ia akan sendirian.

"Baik, jika terjadi apa-apa panggil saja kami."

Sakura pun pergi dari sana dan menuju ke arah sungai.

~~~

Sakura membasuh wajahnya dengan air, dalam derasnya suara arus sungai telinga Sakura menangkap suara-suara derap langkah kaki beserta gemerisik dedaunan dari belakangnya. Sakura hanya diam lalu lanjut membasuh wajahnya, setidaknya sampai beberapa shuriken dan kunai melesat ke arahnya.

Trang
Trang

Tentu saja, sebelum benda logam itu menggores kulitnya Sakura lebih dulu berdiri tegak lalu dengan gerakan yang lincah menangkis shuriken itu dengan kunainya.

"Kalian," ucapnya geram pada orang-orang yang kini berada tepat di depannya, dengan jarak beberapa meter.

Oh, mereka sudah menampakkan dirinya. Dalam hati Sakura menyeringai, ini akan cepat.

Mereka yang berjumlah lima orang itu tak banyak bicara, ia hanya menyerang Sakura dengan membabi buta sementara salah satu diantaranya menjauh dengan sebuah anak panah, siap membidik Sakura untuk melumpuhkan gadis merah muda itu.

"Jadi, ini rencananya. Klasik, tapi aku harus berpura-pura lengah." Batin Sakura berkata sementara ia melirik orang yang akan memanah dirinya.

Orang-orang yang bertarung dengan Sakura membuat Sakura terdesak, ah tidak Sakura berpura-pura terdesak sementara matanya melirik pada jalan dimana ia meninggalkan dua Anbu tadi. Ah, semua harus sesuai rencana. Dua Anbu itu pasti sedang bertarung juga.

"Shannaro!"

Lalu dengan sengaja Sakura membelakangi orang yang memanah dirinya, membiarkan dirinya diracun, dibius, atau dilumpuhkan seperti yang mereka mau.

Srats!

"Aku!"

Dan benar saja, orang itu tak menyia-nyiakan kesempatan dan detik itu pula anak panah mengenai punggung Sakura.

"Sialan!"

Sakura ambruk di atas tanah lalu menutup matanya.

"Cepat kita bawa!"

Sakura masih setengah sadar, ia membuka matanya sedikit lalu ia merasakan tubuhnya melayang.

"Bagus, bawalah aku pada tuanmu." Batin Sakura lagi.

Dan hanya butuh beberapa detik bagi mereka untuk membawa Sakura menjauh dari sana.

.

.

Bersambung...

My Wife ✓ END [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang