Chapter 16

1.2K 109 6
                                    

Happy reading....

.

.

.

.

Semua anak buah Jasaki berhasil dilumpuhkan, Jasaki juga sudah ditangkap saat mencoba berlari ke dalam hutan. Tak butuh lama bagi Sai untuk melakukannya karena kelompok pembantu sudah datang karena mereka hanya berjalan beberapa kilometer saja darinya.

"Kalian bereskan yang di sini, aku akan melihat Sasuke dan Sakura." Sai berdiri bertolak pinggang menatap semua anak buah Jasaki yang telah dikumpulkan di satu tempat dan diikat.

"Lepaskan aku! Lepaskan!"

"Wanita tua ini berisik juga," keluh salah satu Jounin yang ada di sana sambil mengikat tubuh wanita itu.

Sementara itu, Sai tak memberi respon apa pun selain berjalan menjauh, langkahnya terayun perlahan menuju mulut gua yang tampak gelap dan sunyi. Udara di sekitarnya terasa dingin, angin sore yang berhembus lembut seperti menambah keheningan.

"Di mana mereka?" gumamnya, suaranya menggema di dinding-dinding batu yang dingin.

Alis Sai berkerut ketika ia tak menemukan pasangan suami istri itu di dalam gua ini, padahal ia yakin Sasuke dan Sakura ia tinggalkan di sini. "Apakah mereka sudah pergi?" gumam Sai.

Perlahan pria dengan kulit pucat itu menghela nafas, sepertinya begitu. Sasuke pasti sudah membawa Sakura ke suatu tempat. "Sudahlah, mereka adalah orang-orang yang lebih kuat dariku." Yah, Sai tak perlu berlebihan khawatir pada mereka.

~~~

"Ugh, panass."

Sasuke menurunkan tubuh Sakura di depan sebuah pintu bangunan dengan gaya arsitektur tradisional jepang. Pintu masuk ini seperti tertanam di bawah tanah dan terletak ditengah-tengah hutan, Sasuke tak tahu harus membawa Sakura ke mana karena ini adalah tempat terdekat yang ia ketahui.

"Di mana ini?" tanya Sakura yang tubuhnya masih ditopang oleh Sasuke. Tubuhnya masih terasa tak nyaman, panas dingin, kakinya gemetar, wajahnya memerah dan berkeringat.

Ini pasti gara-gara obat yang disuntikkan sekaligus itu ke tubuhnya membuat efek obatnya malah seperti obat perangsang.

"Markas persembunyian Orochimaru, hanya ini tempat terdekat untuk ...." Sasuke tak melanjutkan perkataannya, ia hanya mengeratkan rangkulannya pada pinggang Sakura.

Sakura memandang Sasuke dengan tatapan sayu lalu beralih menatap lorong yang merupakan jalan masuk ke sana. "Apakah ada orang lain di sini?" tanya Sakura lemah. Mungkin saja ada anak buah Orochimaru atau Orochimaru itu sendiri misalnya.

"Entahlah, tapi sebaiknya kita masuk." Sasuke melirik wajah Sakura yang sudah memerah padam. "Kita harus meredakan panasmu."

Sasuke dan Sakura masuk melalui lorong itu, mata Sakura memandang lorong gelap yang ia masuki bersama Sasuke. Suasana di sini terasa dingin dan agak mencekam, tapi Sasuke terlihat biasa saja mungkin karena ia sudah terbiasa.

Sampai pada akhirnya mereka berbelok-belok ke arah sebuah ruangan, di sana ada ranjang dan juga kursi. Sasuke mendorong pelan Sakura ke arah ranjang. "Di sini tak ada air minum," kata Sasuke sambil melirik ke ruangan yang gelap. "Tunggu sebentar.*

Sasuke berdiri kemudian berjalan ke sudut ruangan, di sana ada sebuah obor kecil. Dengan jutsu apinya, Sasuke menghidupkan obor itu hingga ruangan di sana menjadi lebih terang.

Setelah itu Sasuke mendekati Sakura yang masih duduk di atas ranjang, sinar dari obor di ruangan itu membias lembut di wajah cantik Sakura. Perlahan tangan Sasuke terulur menyentuh lembut pipi istrinya. "Masih panas," suaranya nyaris berbisik, serupa angin yang menyentuh ujung dedaunan, penuh perhatian yang terselubung dalam diam.

My Wife ✓ END [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang