Chapter 3

617 86 20
                                    

.

Hanya kerana gagal satu kali percobaan, bertemu secara benar, saling tatap muka, dan berbicara. Bukan bermaksud tekat Jaeyoon akan berhenti begitu saja dengan cobaan pertama untuk saling mengenal.

Penolakan tegas terkesan tak suka dari Sunghoon tidak menggoyahkannya. Malah makin merasa semangat dirinya ingin mendekati sosok dingin itu.

Pengalaman hidup mengajarkan Jaeyoon untuk tidak pernah putus asa, banyak sudah dilewati dalam hidupnya hanya karena sekadar ucapan pedas Sunghoon tak bagi arti apapun untuk dirinya.

Sesuai dikatakan Sunghoon kalau dia di mata pria itu tampak seperti terdesak ingin perhatian, maka akan Jaeyoon tunjukkan sehaus apa dia dengan perhatian yang Sunghoon ucapkan itu.

Kalau kata orang-orang zaman sekarang bahasa gaulnya itu, 'caper'

Cari perhatian, itu yang Jaeyoon lakukan. Mencari perhatian Sunghoon.

Ditambah kegiatannya benar-benar lopong, tiada jadwal sama sekali setelah insiden cobaan menikam guna pisau lipat di pantai tempoh hari membuat Jungwon membatalkan beberapa jadwal dalam sebulan ini kecuali satu brand besar sudah terikat kontrak dan cuma bisa melakukan pemotretan saja.

Sebab utamanya juga pasti tidak ingin membuat orang lain ikut terlibat jika berada di keramaian, mengutamakan orang tak bersalah lebih dulu yang bisa saja dirugikan.

Maka karena itu Jaeyoon benar-benar seperti pengangguran sekarang tiada kegiatan apapun selain niat tekad ingin mendekati Sunghoon, satu-satunya hal yang bisa dilakukan diwaktu senggang.

Atas sebab itu juga mengapa dirinya terlihat keluar masuk di tempat kerja Sunghoon beberapa hari ini, bahkan sudah seperti rutin begitu waktu siang tiba kehadiran Jaeyoon juga tampak.

Apalagi sudah mengetahui jalan menuju perusahaan karena dirinya masih asing dengan jalanan kota ini makanya kemarin dia pergi dengan taksi lalu pulangnya minta jemput Jungwon.

Jika waktu pertama kali datang di perusahaan begitu baru bagi Jaeyoon dan dijaga ketat, di hari kemudian seperti sudah bisa menduga orang-orang yang menjaga soal kehadirannya berkunjung dan hari seterusnya sudah seperti biasa melihat kedatangan dirinya menapak kaki di gedung serba hitam itu.

Reaksi si empu diri didatangi terus menerus masih sama, tampak tak peduli dan tetap menyuruh Jaeyoon keluar.

Terlihat sekali pias wajah Sunghoon yang tak begitu suka dengan kedatangan Jaeyoon yang mengusiknya.

Namun diri Jaeyoon punya berbagai cara hanya untuk tetap berada di ruang kantor itu walau cuma untuk puluhan menit meski ujung-ujungnya seperti tak diindahkan dan dianggap tak wujud tapi Jaeyoon juga tak mempedulikan semua itu seperti mana Sunghoon yang tak peduli sama sekali dengannya.

"Halo... tampan!"

Suara sapaan yang menggema di ruangan Sunghoon ke belakangan ini bersamaan pintu terbuka disusul diri Jaeyoon masuk ke dalam dengan senyum secerah matahari, kesenangan.

"Bagaimana? Apa hari ini kau punya waktu luang untuk kita makan bersama?" Soalan masih sama sejak di hari pertama, mengajak makan siang.

Dan lagi-lagi respon Sunghoon tetap sama tak pernah berubah. "Tidak."

Menghembus nafas jengah Jaeyoon sembari duduk di kursi menghadap Sunghoon yang sibuk menatap layar komputer. "Apa kau tak bisa mengubah kata tidak dengan mengiyakan ajakanku?"

Tiada respon, Sunghoon begitu ralit dengan kerjanya, jari di mouse sibuk bergerak mengerjakan skrin di layar.

Menatap lurus Jaeyoon wajah serius Sunghoon yang mengabaikannya. "Ini sudah hari ketujuh aku ke sini," terus bersuara Jaeyoon walau reaksi Sunghoon tiada sama sekali. "Dan seminggu ini juga kau menolakku terus, padahal niatku baik, mau mengajakmu makan siang bentuk perkenalan kita sekalian sebagai ucapan terima kasihku."

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang