Chapter 14

599 93 46
                                    

.

Jangan pernah terlalu terlampir pada siapapun, itu akan menuju harapan dan harapan selalu menuju kekecewaan.

Antisipasi semuanya dan tidak mengharapkan apapun.

Kutipan kata-kata yang Jaeyoon sematkan di kepala sejak malam obrolan di mobil waktu lalu yang membawa pada kesadaran kalau akhirnya mau bagaimana pun setiap orang akan mempunyai prioritas.

Semua omongan Sunghoon diingat baik bahwa pada akhirnya pria itu tetap ingin memiliki anak dari wanita dinikahi.

Jadi, tidak berekspektasi apapun lagi Jaeyoon walau dua hari setelahnya Sunghoon sendiri datang meminta maaf namun dirinya takkan terjerumus untuk berharap jika hubungan mereka bisa melangkah lebih jauh.

Membatasi diri agar tak terlalu berekspektasi apalagi dengan omongan Sunghoon yang suka berubah-ubah, itu tiada apapun bisa dipercayai sama sekali.

Kini bagi Jaeyoon saat ini meletakkan dirinya lebih teratas agar tidak lagi merasa kecewa dan berakhir sakit hati.

Lebih baik fokus pada apa yang bisa dipastikan daripada tiada kepastian.

Itu yang Jaeyoon lakukan, fokus pada dirinya menjalani hari seperti biasanya.

Ketika ini pagi-pagi lagi seperti yang sudah terjadi beberapa hari ini kehadiran Sunghoon akan tampak masuk ke dalam rumah Jaeyoon.

Membawa kantong makanan khas sarapan itu bersamanya di tangan.

Tiga hari lalu sejak kejadian malam yang Jaeyoon mengamuk menghalau Sunghoon pergi meski berakhir dengan Jaeyoon yang tak sadarkan diri, pingsan.

Membuat Jungwon memanggil dokter datang ke rumah mengecek Jaeyoon yang memang sakit demam ditambah kelelahan membuatnya pingsan.

Keesokannya dalam keadaan tak begitu sehat masih ada Jungwon yang terpaksa bermalam buat pertama kali di rumah majikan untuk menjaga Jaeyoon yang tinggal sendirian.

Pagi itu tiba-tiba kehadiran Sunghoon datang pastinya melalui kepastian penjaga lobi terlebih dulu membuat Jungwon lagi-lagi mengizinkan naik.

Dengan kedatangan membawa makanan pagi untuk mereka makan bersama saat itu Jaeyoon yang sudah sadar hanya memutar bola mata.

Tiada energi mau berdebat selain membiarkan saja Sunghoon melakukan apapun bahkan ajakan berbual saja Jaeyoon abaikan, tak ingin peduli.

Hingga ujungnya Jaeyoon tak tahu apa Sunghoon sengaja masuk lambat berkerja tapi pria itu memang tak langsung pergi begitu selesai sarapan.

Masih terus coba mengajak berbual walau Jaeyoon tulikan telinga tapi tetap saja Sunghoon berusaha sampai akhirnya Jaeyoon mengalah membuka mulut menyuruh pulang.

Namun menekan kata Sunghoon mengatakan tidak akan pergi selagi hal di antara mereka belum selesai ingin dibicarakan baik-baik sekali lagi.

Di situ mendecih tak habis pikir Jaeyoon dengan mengatakan apapun yang Sunghoon kata malam tadi tidak memberi kesan apapun baginya, tiada apalagi harus mereka bicarakan sudah cukup dirinya telah memaafkan.

Tetapi tegas menolak Sunghoon balas utarakan rasa bersalah dan ingin coba perbaiki hubungan di antar mereka.

Malah disela Jaeyoon mengatakan tidak ada hubungan apapun di antara mereka selain cuman urusan kasus dan cuma berhubungan layaknya berteman.

Jadi tiada harus diperbaiki di sini selain kembali profesional urusan kerja yang menghubungkan mereka, soal kasus.

Tapi ternyata Sunghoon tak terima itu mau kembali seperti sebelumnya hubungan mereka yang baik-baik saja, bukannya perilaku dingin yang ditunjukkan Jaeyoon saat ini.

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang