Chapter 4

521 76 18
                                    

.

"Aku umurnya dua puluh tujuh tahun."

Bayangan intensitas Jaeyoon berbicara di sela menjamu makanan di belikan siang hari itu masih diingat baik Sunghoon.

Pias wajah itu, cara dia bercerita, dan bagaimana dia makan. Sunghoon ingat jelas semuanya meski dirinya acuh seolah tak peduli tapi telinganya terpasang baik, ekor mata mencuri lirik.

Saat itu ketika Jaeyoon makan sambil bercerita tentang diri sendiri, sedikit sebanyak ada yang Sunghoon mulai tahu tentang hidup dijalani Jaeyoon.

Diawali dengan pertanyaan Jaeyoon yang sudah pasti tiada jawaban darinya.

"Sudah tujuh hari aku ke sini mendatangimu tapi yang aku tahu soalmu cuma nama saja." Sedikit mendumel Jaeyoon saat mengunyah.

Ini sudah berganti topik lain lagi di mana awalnya berterima kasih dan memuji Sunghoon karena perhatian diberikan hari ini tapi tetap saja ada ketidakpuasan mengingat belum terlalu kenal diri Sunghoon sepenuhnya.

"Aku bisa saja bertanya pada Heeseung tapi aku mau tahu dari mulutmu sendiri." Berhenti mengunyah dulu Jaeyoon meletakkan sumpit di meja. Topik ini lebih seru dibahas sekarang, mengingat ada sedikit perubahan dari respon Sunghoon yang cukup baik walau cuma memberi perhatian sahaja.

"Umurmu berapa? Kau punya saudara apa tidak? Kalau punya, ada berapa? Terus keluargamu juga seperti apa?" Bertubi-tubi Jaeyoon menuturkan pertanyaan sambil menatap Sunghoon di meja kerja sana meski berjarak tapi tidak sejauh itu jaraknya. "Aku mau tahu apapun itu semua tentangmu."

Ada keheningan sejenak di mana tangan Sunghoon berhenti berkerja begitu juga wajah yang hilang fokus dari layar monitor seolah sedang berpikir. Pun hanya helaan nafas sebelum kerjanya dilanjutkan mengabaikan sekian kali segala bicara Jaeyoon tertuju padanya.

Hela nafas Jaeyoon ikut berhembus namun hembusnya terdengar berat. "Memang, mengajakmu bicara sesusah itu?" Bergurat sinis mukanya. "Sekuat itu tekadmu tak mau kudekati sama sekali? Susah benar." Mendengus geram Jaeyoon menjeling kesal.

Kendati, kembali memegang sumpit ingin melanjutkan menyantap yang sempat tertunda karena berpikir bisa memancing Sunghoon bercerita tadi.

"Kalau begitu aku mau menceritakan tentangku untuk kau ketahui." Sesaat tersenyum kecil Jaeyoon, mencari bahan perbicaraan di ruangan ini. "Kalau aku sendiri punya keluarga lengkap dulu, punya kakak laki-laki."

Tanpa sadar senyum Jaeyoon melebar sambil memainkan sumpit ke makanan. "Punya Papa sama Mama juga tapi waktu aku berusia sebelas tahun Mama sudah tiada di dunia, meninggal."

Otomatis menegang tubuh Sunghoon, melirik tipis ke arah Jaeyoon yang sedang mengulum senyum lebar.

"Setahun setelah Mama tiada, Aunty Jenny kakak kepada Mamaku datang mengambilku untuk dibesarkan di Belanda sampai dua tahun lalu baru aku kembali ke sini lagi." Sedikit menunduk kepala Jaeyoon mengingat waktu-waktu itu mengundang rasa sesak di dada dan coba ditenangkan.

Mengalihkan cepat perubahan wajahnya, menunjuk keceriaan. Tak ingin terlalu mengingat. "Aku umurnya dua puluh tujuh tahun." Tatapannya kembali tertuju pada Sunghoon yang sedang berkerja itu. "Masih muda bukan?" Sombongnya.

Meski tiada respon dari Sunghoon tetap saja Jaeyoon bercerita sekalian menceriakan suasana hatinya tidak ingin mengingat kembali masa-masa kecilnya yang hampir telanjur diceritakan tadi.

"Kehidupanku tidak begitu menyenangkan, makanya aku mau tahu ceritamu tapi kalau tidak mau cerita? Tak mengapa, tidak memaksa juga." Putusnya sambil mula menyuap kembali makanan ke mulut ingin dihabiskan karena cukup lama juga dibiarkan dari tadi.

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang