Chapter 11

586 78 49
                                    

.

"Lucu sekali."

Kikikan tertahan dari menggeram gemas membuat senyum Sunghoon ikut tersenyum menoleh ke samping pada Hyewon yang sedang memerhatikan anak-anak kecil sedang bermain.

Ketika ini mereka berdua berada di mall tepatnya di salah satu lantai tempat bermainnya anak-anak kecil.

Setelah mereka berdua makan malam bersama di salah satu restoran berada di mall ini dan memutuskan untuk jalan-jalan hingga berakhir di sini.

Tak jauh dari area permainan mereka berdiri sambil memandang dari jauh kareneh anak-anak yang lucu dan menggemaskan yang sedang berlarian.

Bermacam permainan untuk anak kecil mainkan hingga cekikikan mereka juga terdengar bising tapi menyerukan melihat bunyi berisik itu hasil dari tawa yang saling sahutan juga jeritan nyaring.

"Anak kecil kalau main itu sampai buat kita pikir, mereka itu tiada beban sama sekali, suka lihatnya, polos." Hyewon bergumam pelan masih menatap tingkah anak-anak di sana.

Sunghoon di sebelah mengangguk sama. "Iya, mereka belum kenal dunia sebenar lagi dan aku harap mereka seperti itu terus. Biarkan saja mereka menikmati masa-masa tiada beban pikiran."

Disahut senang Hyewon yang kini menoleh ke samping menatap Sunghoon, sejenak terpikirkan sesuatu ingin ditanyakan. "Menurutmu, apa anak-anak termasuk dalam tujuan hidupmu?"

Laju mengangguk Sunghoon tanpa menunggu sesaat. "Sangat, aku ingin punya anakku sendiri." Senyum terulas tipis, membayangkan masa depannya dengan anak-anak. "Rasanya hampir semua orang punya impian yang sama? Berkeluarga, punya anak, dan hidup harmonis sampai punya cucu ke cicit."

Sama terulas senyum di bibir Hyewon, mengangguk setuju. "Benar, mayoritas memang seperti itu, impian kehidupan dibangunkan orang-orang, termasuk aku sendiri." Senyum makin melebar. "Meskipun aku tahu diluar sana ada yang berbeda impian tapi rasanya ini hampir semua orang impikan."

Terkekeh kecil Sunghoon menyetujui. "Iya, dan aku juga tak ingin masalahkan. Itu hidup mereka, masing-masing punya pilihan. Kita tiada hak mau kritik orang-orang yang bebas mau punya anak atau tidak? Mungkin juga yang memilih tak mau menikah sama sekali? Itu juga pilihan, mereka bebas tentukan hidup mereka sendiri."

Anggukan pantas Hyewon setuju atas tutur yang Sunghoon katakan. "Benar sekali, kadang miris sama orang-orang yang mengurusi kehidupan orang lain, seakan jalan hidup itu mereka yang lewati. Padahal diri sendiri yang rasa bukan mereka." Tergeleng kepalanya mengingat hal ini masih berleluasa. "Like, you can leave them alone, just let them live with their own happiness."

Ikut menghela nafas Sunghoon akan kejadian yang sering terjadi di kalangan masyarakat, sudah seperti hal biasa. "Makanya kehidupan ini masih terbeban dengan orang sekeliling, pandangan mereka itu seakan hal penting harus kita ambil tahu. Padahal cukup urusi hidup masing-masing saja tanpa mengkritik hidup orang lain."

"That's it, I agree." Menggebu setuju Hyewon atas perbualan mereka saat ini. "Karena itu, aku di usia tiga puluh dua tahun ini, bisukan telinga saja setiap kali ada omongan perempuan tua tapi tidak menikah-menikah lagi."

Balas raut memaklumi Sunghoon. "Sama, tapi sepertimu juga aku hiraukan saja, tak peduli. Aku lebih suka kalau teguran itu membawa hal positif jika memang ada salah dari cara hidupku, tapi mengurusi hal sepele itu bukan ranah mereka mau mengkritik."

Lagi-lagi anggukan kepala Hyewon, entah mengapa perbicaraan mereka kali ini seperti curahan hati masing-masing yang sering dicampuri kehidupan oleh orang-orang yang cuma tahu berkata.

Seketika hening sesaat sebelum Hyewon teringat sesuatu yang membuatnya penasaran. "Oh, iya, kau punya kesibukan apa besok? Sampai hari kita harusnya ketemuan tapi batal diganti hari ini?"

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang