Chapter 20

721 92 56
                                    

.

"Sialan!"

Menggeram tertahan Doxin, antara amarah dan kesakitan pada tungkai kaki yang kini telah di perban rapi.

Baru saja dokter yang berkerja dengannya secara diam-diam selama ini telah merawat kakinya yang di tembak oleh dua peluru yang telah dikeluarkan.

Di salah satu rumah minimalis berlantai satu dengan lokasi tempat yang menjauh dari kesibukan orang-orang.

Rumah sederhana itu dibangunkan di pelosok yang tak begitu jadi tumpuan dan sangat jarang orang-orang lewati selain mobil saja itu juga dari kejauhan jalan raya yang melewati sesekali.

Di situ salah satu tempat Dixon menempati dirinya lakukan perkerjaan kotor dalam mengatur rencana terselebung selain dari apartemen.

Ketika ini ada sosok Minwoo turut berada di sana yang tadi mengambil Dixon secepatnya mungkin, mengendarakan mobil menjemput Dixon yang bersembunyi di dalam hutan sebelum nanti tertangkap oleh orang-orang yang Sunghoon kerahkan.

Raut keduanya saat ini tak bisa dibilang baik, karena rencana diatur sebaiknya dalam mencari celah agar bisa menculik Jaeyoon kini hancur begitu saja.

Tinggal satu langkah saja lagi, untuk membawa Jaeyoon ke satu tempat sekaligus jadi tempat mereka laksanakan rencana diatur jauh hari.

Kini kesempatan itu hilang begitu saja dengan tindakan yang tak diduga jika Sunghoon dan tim dikerjakan itu dapat mengendus keberadaan yang sudah coba sebaiknya disembunyikan.

Padahal sudah mengantisipasi Dixon mengecek tubuh Jaeyoon untuk tak terdeteksi dari pelacak tersembunyi namun tiada apapun, di diri Jaeyoon sampai pakaian dikenakan tiada kesan pelacak sama sekali, benar-benar seperti biasanya manusia berpakaian.

Bahkan aksesori di tubuh Jaeyoon juga tiada apapun di pakai yang bisa jadi pelacak apalagi di helai rambut tebal itu sudah dicek semuanya dan dapati tiada apapun untuk curigai sama sekali.

Pasti ini memberi kebingungan bagi Dixon, menduga akses apa digunakan untuk melacak posisi Jaeyoon sampai begitu cepat diketahui keberadaan.

Pun helaan nafas kasar Dixon dan Minwoo di sana duduk terdiam, mengerut tegang diselimuti amarah.

"Sekarang aku akui, kita tak bisa menyelepekan Sunghoon begitu saja." Bergumam kecil Dixon, tatapannya berkilat bengis diselangi sakit hati. "Aku sekarang paham kemampuannya yang selalu mendapat pujian dari beberapa orang yang ditangani kasusnya."

Mendengus remeh Dixon seakan tertawa yang ditahan. Mengingat saat awal mencari tahu sosok Sunghoon dan mengetahui kalau pribadi itu selalu menerima pujian memuaskan dari orang-orang yang menuntut keadilan.

Dan itu jarang terjadi ketika Sunghoon mengambil suatu kasus untuk ditangani, jarang berlaku namun begitu menangani kasus hampir semuanya mendapatkan titik akhir penyelidikan.

"Jadi? Bagaimana?" Bertanya tertahan geraman Minwoo dari kekesalan dipendam dari tadi saat mengetahui jika rencana mereka gagal total. "Apa kita yang menelungkup kalah dibawa ke pengadilan nanti? Atau bisa saja nyawa kita yang akan terancam saat ini?"

Mengusak kusut Dixon surai hitamnya, memahami keresahan Minwoo karena itu juga dipikirkannya. Setelah pertaruhkan dirinya sendiri untuk tampil sepenuhnya di publik tanpa tertutup apa-apa demi tidak dicurigai menculik Jaeyoon secara terangan di khalayak ramai.

"Entah, yang pasti aku takkan mengalah begitu saja. Mau atau tidak? Aku sudah pertaruhkan semuanya." Mendesis rendah Dixon penuh tekad. "Kita tidak punya pilihan selain teruskan niat kita sesuai sudah diaturkan rencananya."

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang