Chapter 6

575 86 24
                                    

.

"Pa... a-aku minta ma-maaf."

Seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun berlutut memohon maaf pada sang ayah yang berdiri menjulang dengan amarah mengusai diri setelah mengoyak habis kertas hasil ujian sekolah.

"Arghh!!!"

Tertarik ke atas kepala Jaeyoon saat rambutnya ditarik kasar oleh ayahnya.

"Sudah kubilang, kau cukup beruntung tak kubuat mati seperti ibumu!" Suara lengkingan si ayah menggelegar. "Satu apapun tak bisa kau lakukan, hasil ujian saja tak bisa memenuhi ekspektasiku."

Menangis ketakutan Jaeyoon, tubuh kecilnya bergemetaran hebat apalagi di toyor jari ayahnya persis tamparan di dahi membuat kepalanya terdorong-dorong sakit.

"Ma-Maaf... Pa...Papa..." terbata-bata bibir kecil Jaeyoon mengucap maaf, kening mulusnya memerah orang jari ayahnya mendorong kuat dahinya.

"Memang anak tak guna!" Bersamaan itu tubuh Jaeyoon di hempas ke lantai disusul tendangan kaki dilayangkan di punggung belakang itu tanpa ampun.

Meringis tertahan Jaeyoon, air matanya berlumba jatuh menangis kesakitan. Pandangan matanya melirik pada abangnya yang berdiri tak jauh di ruang tamu itu berserta seorang bibi asisten rumah tangga di kejauhan pintu dapur.

Sekian kali abangnya cuma berdiam tak berbuat apa-apa manakala bibi melihat tak tega dan tidak bisa membantu.

"Kau harusnya mati bersama ibumu!!"

Terbuka serta merta mata Jaeyoon dengan nafas memburu laju kala kejadian lampau mendatangi tidurnya sekian kali.

Dadanya naik turun coba menenangkan diri dari kejadian yang selalu menghantui, bola matanya meliar menyadari ini bukan kamar tidur di penthouse tapi ruang kamar bersama bau yang sangat di hapal, rumah sakit.

Sejenak memejam mata Jaeyoon mulai menyadari kejadian yang membuat dirinya berada di sini, begitu juga luka sakit di perutnya saat ini, terasa nyeri.

Sesaat seperti terimbau kembali kejadian beberapa waktu lalu saat berjalan ingin menuju ke arah Sunghoon, di keramaian orang yang bersesak masih teringat begitu jelas.

Tidak tahu kejadian seperti mana tapi yang pasti Jaeyoon hanya mengingat sekilas dari ekor matanya saat orang berhoodie hitam, topi, mask hitam dengan tudung hoodie menutupi diri berjalan melewatinya seperti mana orang-orang yang berlalu-lalang.

Namun begitu berpapasan antara bahu ke bahu di situ Jaeyoon merasakan perutnya tertusuk benda tajam membuatnya memaku tak bisa bergerak selain mulut terbuka menahan sakit.

Begitu juga kentang spiral di tangan jatuh serta merta dengan kehadiran orang itu juga berlalu pergi seolah tak terjadi apa-apa baru disusul oleh jeritan orang-orang menyadari situasi kejadian.

Itu sangat profesional sampai Jaeyoon tak menyadari ada bahaya di dekatnya, orang yang melakukan itu tampak seperti biasa saja seolah perilaku menikam perut Jaeyoon begitu santai dan berjalan layaknya orang yang lewat.

Menghela nafas Jaeyoon coba mengingat orang yang melewatinya itu bersamaan tusukan di perut karena tak begitu asing baginya seperti pernah dilihat jika diingat sebaik-baiknya.

Pun ingatan kembali pada keadaan sebelum dirinya kehilangan kesadaran, tepatnya di dakapan Sunghoon yang memeluknya dari jatuh menghantam aspal berganti terduduk dalam pelukan pria itu yang coba melihat kondisinya.

Tatapan mata Sunghoon itu jelas diingat, tatapan panik dan khawatir. Membuat dirinya tertawa tanpa sadar yang sejurusnya meringis sakit merasakan tekanan di perut lukanya.

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang