Chapter 22

635 82 16
                                    

.

Nafas memburu terengah di malam hari yang sunyi dengan dada naik turun coba mengatur nafas yang tersengal, sesak.

Di kasur sosok Jaeyoon baru saja bangun terduduk oleh mimpi yang sering datang menghantui hampir setiap malam.

Tubuhnya bergemetaran kecil, coba menenangkan diri yang diburu panik dari mimpi menyakitkan dirinya, entah itu fisik, mental, bahkan batinnya sendiri seperti disayat-sayat luka. Perih dan sakit.

Pun nafas diatur setenang mungkin seperti mana disarankan dokter dan sudah sering dilakukan untuk meredakan rasa panik nan gelisah yang melandanya.

Hingga hitungan belasan menit mula teratur tenang nafas Jaeyoon tidak seperti kesulitan bernafas lagi, diserang panik.

Sejenak matanya mengelilingi sekitar kamar di tempatinya, sempat bingung jika saja tak mengingat sekarang ini keberadannya masih di hotel, Iceland.

Sesaat kedua tangannya naik mengusap wajah, berubah kusut rautnya mengingat apa yang sedang dialami sekarang.

Terutama sewaktu sampai pagi kemarin dan luahan Sunghoon sambil menangis sesak itu masih terakam jelas diingatan.

Entah mengapa hati Jaeyoon memberat, sempat terenyuh kasihan dan terharu namun kembali lagi di realita jika apa yang mereka lakukan ini salah.

Mengambil keputusan mendadak untuk menikah disaat bersamaan juga Sunghoon adalah tunangan Hyewon dan tinggal hitungan hari saja acara berlangsung dan mereka malah ingin melakukan hal yang bisa saja berakibat fatal dengan merugikan orang lain.

Ini buat Jaeyoon berpikir keras, setelah kejadian dirinya menenangkan Sunghoon dari terus menangis sesak seakan ketakutan itu hingga berhenti.

Di situ tiada kesan kecanggungan sama sekali malah Sunghoon semakin erat memeluk sambil mengatakan kalau pria itu benar-benar tak inginkan apa-apa lagi, selain cuma mau hidup bersamanya.

Itu yang Sunghoon nyatakan padanya, impian hidup pria itu sekarang tiada apapun lagi diinginkan selain cuma hidup berdua dengannya saja walau harus melawan bahkan mungkin orang tua sekalipun akan dilakukan asal mereka berdua tetap bersama, cuma itu.

Saat mendengarnya lagi-lagi tercengang Jaeyoon, tidak terkata sama sekali. Itu seperti pertaruhkan hidup sendiri.

Namun persis dikatakan Sunghoon, memang tiada apa-apa lagi diinginkan bermaksud akan dilakukan segala hal untuk apapun yang coba memghalangi atau menentang hubungan mereka nanti.

Bahkan tadi Sunghoon sempat katakan kalau dirinya tidak perlu melakukan apapun selain diam saja untuk hal lain itu biar menjadi urusan Sunghoon sendiri.

Tiada apapun harus dirinya lakukan selain cuma setuju menikah dan urusan lain itu diselesaikan oleh Sunghoon, akan dipastikan tiada lagi hal membelit yang menghambat hubungan mereka hingga nanti bisa dijalani dengan tentram.

Itu yang dijanjikan Sunghoon agar tidak perlu khawatir soal hubungan mereka nanti setelah pulang dari Iceland bermaksud mereka berdua pasti pulangnya dengan status menikah.

Hal apapun itu akan diurusi Sunghoon termasuk pernikahan dengan Hyewon yang akan dibatalkan serta merta.

Seperti itu perbicaraan mereka sebelum lanjut berbual soal rencana yang Sunghoon aturkan untuk melaksanakan pernikahan mereka di Iceland.

Hanya mendengarkan saja Jaeyoon, entah dicerna baik atau tidak yang pasti perasaannya masih terlalu abu-abu untuk setuju dan lanjutkan rencana.

Bahkan setelah Sunghoon pamit untuk keluar bertemu teman kuliah sehabis mereka makan siang bersama melalui pesanan hotel di tempati, sudah pasti pertemuan itu membincangkan dan urusi sekaligus membantu laksanakan pernikahan di negeri Iceland.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang